TRIBUNWOW.COM - Jumlah kasus positif pasien Virus Corona (Covid-19) di Surabaya, Jawa Timur terus melonjak.
Per Kamis (28/5/2020), penambahan pasien baru di Surabaya sebanyak 98 orang dengan total kasus 2.216.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser mengungkapkan alasan lonjakan kasus di wilayah tersebut.
• Kasus Corona di Surabaya Terus Melonjak, Khofifah Contohkan Keberhasilan PSBB Malang Raya
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia ungkapkan melalui tayangan Kompas TV, Kamis (28/5/2020).
Fikser menyebutkan rapid test yang masif membuat banyak kasus dapat terdeteksi lebih dini sehingga tampak seperti jumlah pasien semakin melonjak.
Awalnya, ia menyebutkan seluruh jajaran Pemerintahan Kota Surabaya sudah berusaha menekan penyebaran kasus.
"Kita tahu bahwa semua elemen di Surabaya ini sudah berjuang untuk penanganan Covid, memutus matai rantai," kata M Fikser.
Menurut Fikser, banyaknya rapid test membuat penderita Covid-19 dapat segera diketahui.
"Kalau pun jumlah di Surabaya ini cukup besar, karena memang dilakukan rapid test dan swab secara masif besar-besaran di level bawah," katanya.
"Tentunya itu pasti memengaruhi hasil," jelas Fikser.
Ia kemudian menyinggung Kota Wuhan, China yang menjadi episentrum pertama penyebaran Virus Corona.
"Kita berusaha yang di Wuhan itu tidak terjadi di Surabaya," kata Fikser.
"Kita berdoa, siapa sih yang menginginkan itu?" tambahnya.
Fikser menyinggung pernyataan dr Joni Wahyuadi yang menyampaikan anggapan tersebut.
• Soroti Perilaku Warga yang Tak Taat Aturan, Gugus Tugas Jawa Timur: Surabaya Bisa Jadi Wuhan
"Saya yakin yang menyampaikan tidak menginginkan seperti itu, tapi kita berharap yang menyampaikan juga bisa bergabung dengan Gugus Tugas Surabaya untuk bersama-sama melakukan penanganan itu," tegas Fikser.
Sebelumnya Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuadi mengatakan Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan.
Menurut dia, hal itu bisa terjadi jika warganya tidak patuh dengan protokol kesehatan.
Joni Wahyuadi menyampaikan hal tersebut sesuai data yang menunjukkan lebih dari sebagian kasus positif Covid-19 ada di Surabaya Raya.
"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata dr Joni Wahyuadi, dikutip dari Kompas.com, Rabu (27/5/2020).
Ia menyebutkan transmission rate penyebaran Covid-19 mencapai 1,6, artinya jika 10 orang terinfeksi maka dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.
Joni menekankan pentingnya melakukan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," kata Joni.
• Curhatan Dokter soal APD sampai Lab Terkontaminasi Disorot Pemkot Surabaya, Kini Klarifikasi Salah
Lihat videonya mulai dari awal:
Khofifah Contohkan Keberhasilan PSBB Malang Raya
Dilansir TribunWow.com, hingga update terbaru pada Kamis (28/5/2020), terdapat penambahan 171 kasus baru untuk wilayah Jawa Timur.
Dari penambahan 171 kasus tersebut, 98 di antaranya berasal dari Surabaya.
• Soroti Perilaku Warga yang Tak Taat Aturan, Gugus Tugas Jawa Timur: Surabaya Bisa Jadi Wuhan
Dengan begitu, saat ini total kasus di Surabaya mencapai 2.216 kasus atau bisa dikatakan lebih dari setengah kasus Corona di Jawa Timur.
Sedangkan untuk total kasus di Jawa Timur mencapai 4.112 kasus atau tertinggi kedua di Indonesia, di bawah DKI Jakarta.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengakui Surabaya menjadi episentrum penyebaran Virus Corona di Jatim.
Selain itu juga ada Kota Sidoarjo dan Gresik yang tergabung dalam wilayah Surabaya Raya.
Khofifah kemudian mencontohkan kondisi yang terjadi di Malang Raya.
Seperti yang diketahui kedua wilayah tersebut yang saat ini menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jawa Timur.
Khofifah menilai PSBB di Malang Raya lebih efektif dibandingkan dengan yang di Surabaya Raya.
"Kasus ini sebetulnya episentrumnya di Surabaya," ujar Khofifah dalam tayangan Youtube tvOneNews, Kamis (28/8/2020).
"Sama-sama PSBB, Malang Raya ini PSBB tahap pertama, hari ini adalah hari ke 12," jelasnya.
• Jokowi Instruksikan Penanggulangan Covid-19 Difokuskan ke Jawa Timur: Betul-betul Saya Minta
Berdasarkan hasil rakor evaluasi pelaksanaan PSBB di Malang Raya, Khofifah mengaku menemukan perbedaan yang sangat mendasar dengan PSBB Surabaya Raya.
Perbedaannya bukan berasal dari sistem atau aturan PSBB-nya melainkan dari segi masyarakatnya itu sendiri.
"Tetapi kemarin kami rakor, apa yang kemudian kita lihat dari pedoman WHO transisi pasca-restriction," kata Khofifah.
"Restriksi kita kan adalah PSBB, itu ada enam yang harus dipastikan."
"Kita urai bersama dengan para pakar dari item satu sampai enam, ternyata item satu sampai enam justru yang keenam menjadi penguatan ini adalah partisipasi aktif masyarakat," jelasnya.
Khofifah mengungkapkan bahwa selama penerapan PSBB, masyarakat di Malang Raya mempunyai satu kebijakan sosial, yakni program Kampung Tangguh.
Melalui program Kampung Tangguh tersebut masyarakat menjadi mempunyai kesadaran yang tinggi terkait penyebaran Covid-19.
Menurutnya program tersebut juga mendapatkan apresiasi dari para pakar yang mengakui keefektifannya.
"Saya ingin menyampaikan bahwa modal sosial masyarakat di Malang Raya luar biasa yang berbasis RW berupa Kampung Tangguh," ungkapnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Elfan)