TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, membahas wacana new normal, atau kebiasaan hidup baru yang kerap dibicarakan dalam masa pandemi Virus Corona (Covid-19).
Dikutip TribunWow.com, pendapat itu ia ungkapkan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Kamis (21/5/2020).
Menurut Riono, saat ini masih dalam fase kritis sebelum hari Idul Fitri.
• Di Mata Najwa, Bima Arya Geram soal Mal dan Pasar Ramai: Masa yang Lain Perang, Ini Malah Belanja
Hal itu ia sampaikan mengingat animo belanja masyarakat yang tampak seperti tahun-tahun biasanya sebelum masa pandemi.
Seperti diketahui, sejumlah pusat perbelanjaan dipadati pembeli meskipun ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selama ini dalam penerapan PSBB, masyarakat masih diizinkan keluar rumah untuk keperluan penting seperti belanja kebutuhan pokok atau ke fasilitas kesehatan.
Awalnya, Riono menegaskan pasar dan pusat perbelanjaan lainnya harus diregulasi meskipun ada kelonggaran semacam itu.
"Regulasinya dianjurkan untuk di rumah, mereka diperbolehkan keluar untuk belanja," jelas Pandu Riono melalui sambungan video call.
"Nah, pasar harus diatur. Tidak bisa pasar itu tidak diatur dan dibiarkan begitu saja," tegas Riono.
Membludaknya pengunjung mal, toko pakaian, dan pasar menjelang hari raya disebut Riono sebagai euforia.
"Atau tiba-tiba ada pusat perbelanjaan yang dibuka dan orang seperti berebutan untuk memanfaatkan, jadi semacam euforia," tutur dia.
Ia menyebutkan faktor-faktor yang dapat memungkinkan hal itu terjadi.
• Pasar Ramai Lagi, Achmad Yurianto Bantah Ada Relaksasi PSBB: Kami Sedang Buat Skenario-skenario
"Menurut saya, kelengahannya di dua. Pertama, dibuka kesempatan untuk belanja besar-besaran," kata Riono.
"Kedua, tanpa memerhatikan social distancing dan protokol kesehatan lainnya, dan juga masyarakat memanfaatkan itu," lanjut dia.
Ia menyinggung perilaku masyarakat semacam itu adalah akibat selama ini seperti dibatasi untuk bepergian.
"Karena selama ini seperti dikekang, begitu dilepas untuk belanja saja sudah seperti enggak pernah ke mal atau enggak pernah ke pasar," ungkap Riono.
Riono kemudian menanggapi wacana new normal yang kerap dibicarakan sebagai cara hidup baru setelah pandemi usai.
"Sebenarnya boleh saja wacana, tetapi jangan diucapkan terus-menerus," ungkapnya.
"Itu boleh atau bisa terjadi kalau kita tahan sebentar," lanjut dia.
Riono menyebutkan saat ini masih dalam masa yang rawan mengingat animo masyarakat menyambut Idul Fitri.
"Ini 'kan fase kritis. Menjelang hari raya Id itu fase kritis di mana orang ingin 'tetap berlebaran'," jelas dia.
"Ingin tetap memakai baju baru, ingin membelanjakan. Ingin tetap ada makanan yang spesial dan sebagainya," lanjut Riono.
"Memang demikian tidak bisa dicegah, tetapi bisa diantisipasi," tambahnya.
• Tolak Rapid Test, Pengunjung Pasar Induk: Saya Sehat, Damai Saja Pak, Kalau Harus Bayar Berapa?
Lihat videonya mulai menit ke-02.00:
Tanggapan Sosiolog
Pasar maupun pusat perbelanjaan di sejumlah daerah kini mulai dipenuhi pengunjung.
Banyak dari mereka juga tak menerapkan protokol kesehatan.
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne pada Minggu (17/5/2020), Sosiolog Bayu A Yulianto angkat bicara.
• New Normal sebagai Cara Hidup Baru Pasca-pandemi Virus Corona, Jokowi: Berkompromi dengan Covid
Menurutnya hal itu terjadi karena ada contoh kejadian kerumunan-kerumunan lain yang sempat viral.
Misalnya ada penumpukan calon penumpang di bandara Soekarno-Hatta beberapa hari lalu.
"Ada beberapa contoh-contoh bahwa di hadapan masyarakat kemudian masyarakat melihat ini jangan-jangan sudah oke," ujar Bayu.
Selain itu muncul pula wacana-wacana dari pemerintah mengenai hidup berdamai dengan Virus Corona, misalnya yang sempat diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Padahal, jelas Bayu, protokol kesehatan yang akan diterapkan masih belum jelas.
• Ungkap 3 Target Kekecewaan di Balik Indonesia Terserah, Imam Prasodjo: Pertama Tentu Pemerintah
"Misalnya wacana pelonggaran, wacana tentang siap-siap berdamai, wacana tentang new normal itu seperti apa, nah ini kan sudah muncul."
"Sementara aturan-aturan protokol-protokol pada tingkat lapangan relatif masih belum ditegakkan atau disiapkan," ujar Bayu.
Bayu menilai, masyarakat mungkin makin tidak takut ketika ada kerumunan di Bandara Soetta yang sama sekali kala itu tidak ada penindakan dari petugas keamanan.
"Ini yang menurut saya membuat masyarakat menganggap 'wah kemarin orang sudah berkumpul di bandara'."
"Banyak enggak apa-apa tuh enggak ada yang kena sanksi dan segala macam, akhirnya mereka menganggap hal yang lumrah," ungkapnya.
• Dengan Nada Tinggi, Jokowi Ingatkan Jajarannya: Saya Tegaskan Belum Ada Kebijakan Pelonggaran PSBB
Bayu mengatakan, masyarakat mungkin mengira bahwa kini sudah waktunya menerapkan the new normal.
"Kejadian pasar kan kemarin yah sebelumnya bandara beberapa hari yang lalu, sehingga ada macam contoh-contoh yang diperlihatkan kepada publik."
"Bahwa oh mungkin sudah boleh ini beraktivitas, mungkin sudah disiapkan infrastrukturnya, prasarana, aturan petugas untuk menyambut namanya berdamai atau istilahanya sedang ngetren new normal," katanya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Mariah Gipty)