TRIBUNWOW.COM - Pakar kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany, menyebutkan satu di antara permasalahan penanganan Virus Corona di Indonesia adalah masyarakatnya yang kurang disiplin.
Hasbullah membandingkan dengan grafik penularan Virus Corona di Indonesia dengan grafik di Taiwan, China, Korea Selatan, dan Jepang yang terus menurun.
Menurut Hasbullah, penyebaran Covid-19 di keempat negara tersebut dapat ditekan disebabkan oleh pemerintahnya yang tegas dan kedisiplinan masyarakat yang kuat.
• Tak Bisa Salahkan Pemerintah soal Corona, Pakar Bandingkan dengan China hingga Korea: Kita Tak Punya
Sedangkan di Indonesia, penegakan protokol kesehatan dinilai masih lemah, masyarakat Indonesia juga dikatakan tidak memiliki kedisiplinan yang tinggi.
Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (19/5/2020).
"Nah, problem-nya kalau saya bandingkan dengan apa yang dilakukan di Taiwan, di Korea, di China, di Jepang, yang masyarakatnya punya disiplin kuat, di kita tidak punya," terang Hasbullah.
Hasbullah menyebutkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sama dengan di Taiwan yang tidak menerapkan lockdown.
Namun Taiwan memiliki alat yang dapat menghambat penyebaran Virus Corona di negaranya, yaitu kedisiplinan masyarakat dan penegakan hukum.
"Ada situasi yang menunjang mereka bisa mengendalikan karena ada disiplin masyarakatnya dan ada disiplin penegakan hukum," kata Hasbullah.
"Di kita dua-duanya ini lemah," tambahnya.
Bila kondisi ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan adanya lonjakan penularan Virus Corona setelah hari raya lebaran selesai.
Pasalnya, menjelang hari raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia masih melakukan kebiasaannya untuk mudik dan berkumpul dengan keluarga.
Bahkan diberitakan juga bahwa pusat perbelanjaan kembali ramai karena masyarakat berbondong-bondong berbelanja untuk kebutuhan hari raya.
"Dari sisi kebijakan publik kita harus siap antisipasi setelah lebaran ini mau tidak mau antisipasi terjadinya lonjakan kasus," ujar Hasbullah.
"Yang terbaik jangan mengandalkan sampai ke rumah sakit, cegah sebelumnya," tandasnya.
• Sebut Karakter Asli Bangsa Indonesia Muncul saat Pandemi, Luhut: Saya Melihat Ada Sebuah Gerakan
Perbandingan Indonesia, Korea dan China
Sebelumnya, Hasbullah menyinggung adanya perbedaan penanganan Virus Corona antara Indonesia, China dan Korea.
Ia menyoroti grafik tingkat penularan Korea dan China yang menanjak pada awal virus tersebut menyebar.
Namun grafik tersebut langsung mengalami penurunan setelah dua minggu.
Semetara itu, setelah dua bulan setengah Covid-19 muncul di Indonesia, grafik tingkat penularan masih saja menanjak.
Menurut Hasbullah, kebijakan di Indonesia dinilai kurang solid, karena berusaha mengakomodir berbagai macam aspek.
Ia menyebutkan kebijakan penanganan yang diambil pemerintah didasarkan pada keberagaman situasi yang terjadi di Indonesia.
"Sebuah kebijakan selalu saja kontroversial, makin banyak variasi yang dipertimbangkan, semakin kompleks peraturannya," tutur Hasbullah.
Ia lalu menyinggung kondisi penyebaran Virus Corona di Indonesia yang tak juga menurun setelah sekian bulan virus tersebut dilaporkan ada di Indonesia.
"Kita amati di Indonesia, sejak Virus Corona mulai muncul diumumkan tanggal 2 Maret sampai sekarang ini udah 2 bulan setengah, grafiknya masih naik," ujar Hasbullah.
Jangka waktu tersebut dirasa relatif lama jika dibandingkan dengan waktu penurunan grafik penyebaran Virus Corona di China dan Korea.
"Kalau kita belajar dari China, dua minggu grafik naik tinggi, sudah gitu turun, begitu juga di Korea."
Hasbulla mengatakan bahwa alasan menurunnya grafik tersebut lantaran di China dan Korea, kebijakan yang diambil pemerintahannya sangat tegas.
"Kenapa? di sana keberagaman tidak banyak menjadi pertimbangan untuk kebijakan," imbuhnya.
Pemerintah di negara yang telah berhasil menurunkan grafik penularan tersebut memberlakukan pembatasan yang ketat meskipun mendapat protes dari berbagai pihak.
Menurut Hasbullah, keputusan tersebut tetap harus dijalani meskipun berat, sebagai bayaran awal agar virus cepat menghilang.
"Jadi pemerintahnya segera lockdown tegas, jalanin, walaupun diprotes, walaupun berat, itu adalah biaya yang harus dibayar di waktu awal," jelas Hasbullah.
"Banyak, berat, tetapi cepet ilang," imbuhnya lagi.
Ia kemudian menyebutkan mengenai kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia.
Hasbullah mengatakan bahwa pemerintah dari awal tidak berani tegas dalam mengambil keputusan karena takut adanya biaya besar yang harus dikorbankan.
"Kita dari awal takut biaya besar, biaya dalam artian bukan hanya uang, tetapi juga dampak ekonomi, dampak sosial," ujar Hasbullah.
Menurut Hasbulla, Indonesia terlalu banyak mempertimbangkan berbagai aspek sehingga kebijakan yang dikeluarkan menjadi tidak solid.
Ia mencontohkan adanya protes dari sejumlah pihak yang meminta diizinkan salat berjamaah, meminta pembatasan dilonggarkan dan bisnis tetap dapat berlangsung.
"Semua itu berusaha diakomodir, akibatnya kita tidak mempunyai kebijakan yang solid," tandasnya.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-08:27:
(TribunWow.com)