Virus Corona

Pakar Ekonomi Didik J Rachbini Tolak Wacana Pelonggaran PSBB: Kita Tidak Bisa Langgar Akal Sehat

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekonom, Didik J Rachbini dalam kanal YouTube Talk Show tvOne, Rabu (13/5/2020). Ia mengkritik keras wacana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

TRIBUNWOW.COM - Ekonom, Didik J Rachbini angkat bicara soal wacana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Didik J Rachbini dengan tegas menolak wacana tersebut.

Hal itu Didik J Rachbini ungkapkan melalui acara Indonesia Business Forum tv One pada Rabu (14/5/2020).

Ekonom, Didik J Rachbini dalam saluran YouTube Talk Show tvOne, Rabu (13/5/2020). (YouTube Talk Show tvOne)

Bahas PSBB, Ekonom Didik Rachbini Cekcok dengan Politisi PDIP: Kalau Dikritik Mau Lapor Polisi?

Didik merasa bahwa di Indonesia meski terjadi wabah Virus Corona berbagai lembaga masih tetap berjalan.

"Saya juga kan mengawal sebagai komisaris itu kan jalan sekarang yang di bidang pendidikan, komunikasi, transportasi untuk distribusi barang jalan, itu yang harus dikejar bergerak terus," ujar Didik.

Sehingga ia merasa bahwa dengan adanya PSBB saja sudah longgar.

Apalagi jika wacana pelonggaran PSBB itu dilonggarkan.

"Jadi kita tidak bisa melanggar akal sehat kemudian presiden atau pemerintah ya sudah silahkan longgar sekarang dengan PSBB saja sudah longgar apalagi dilonggarkan," ujarnya.

Didik menilai tindakan pemerintah seperti terburu-buru

Komentar Ekonom soal Wacana Pelonggaran PSBB: Kelanjutan Kelakuan Pemerintah Mengentengkan

"Ini saya kira mau naik kelas mau masuk ke SMP tapi tidak lulus SD-nya nah itu suatu masalah," ungkapnya.

Didik mengakui bahwa dunia usaha juga sudah mendesak pemerintah untuk diizinkan dibuka seperti biasa.

Namun, Indonesia harus bisa bersikap tegas.

"Memang berat tidak terlalu mudah ya permintaan dunia usaha juga sangat trigger untuk dibuka," kata Didik.

Ia lantas mencontohkan China yang berhasil menyelesaikan masalah Virus Corona dengan cara melockdown dahulu.

"Tetapi yang sudah best practice yang sudah dilakukan kan China di-lockdown sudah agak kurang nol sama sekali walaupun ada lima kasus sekarang di Wuhan baru dibuka," ucap dia.

Usulkan PSBB Pulau Jawa, Pakar Epidemiologi Sebut Lebih Mudah: Bukan Meninggalkan Pulau Lain

PSBB Dinilai Masih Top Down

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyoroti tingginya angka penularan Virus Corona di Indonesia setiap harinya.

Dilansir TribunWow.com, jumlah kasus pasien positif Virus Corona di tanah aiar per Sabtu (9/5/2020) mencapai 13.645 kasus terkonfirmasi, jumlah ini naik sebanyak 533 kasus dari pada hari sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, Pandu Riono secara khusus menyinggung tingkat kepatuhan masyarakat terhadap imbauan-imbauan untuk meminimalisir penularan Covid-19.

Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja di perkantoran di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (4/5/2020). Hingga hari ke-21 pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemprov DKI Jakarta telah menutup sementara 126 perusahaan yang melanggar Pergub Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam Penanganan Covid-19. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

• UPDATE Virus Corona di Indonesia Sabtu 9 Mei 2020: 13.645 Kasus Positif, 2.607 Sembuh

Ia juga menyinggung tren di DKI Jakarta yang turut meningkat akibat menurunnya tingkat kepatuhan masyarakat.

Padahal DKI Jakarta dalam beberapa waktu terakhir telah mengalami penurunan kasus penularan cukup bagus.

"Karena tingkat kepatuhan masyarakat itu tidak nambah, seperti data-data nasional menggunakan data dari Google itu tidak ada peningkatan kepatuhan masyarakat," ujar Pandu dikutip dari Inews, Sabtu (9/5/2020).

"Data DKI juga demikian, begitu tadinya sudah tingkat kepatuhannya meningkat sekarang menurun lagi."

"Tidak heran angka kasus meningkat padahal tadinya sudah turun," tambahnya.

PSBB Masih Top Down

Menurut Pandu, pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan sejauh ini di berbagai wilayah masih belum efektif.

Masih ada celah-celah bagi masyarkat untuk leluasa beraktivitas akibat tidak adanya monitoring dan evaluasi yang efektif pula.

"Belum efektif, karena masih banyak bocornya sana sini," ujar Pandu.

"Kenapa tidak efektif karena tidak dimonitoring, tidak dievaluasi.

"Jadi kalau ada kegiatan PSBB, mohon dimonitoring dan dievaluasi sehingga selalu ada perbaikan," imbuhnya.

• Aksi Pembobolan Rekening Meningkat di Tengah Wabah Corona, Jangan Berikan Kode Ini pada Siapapun

Menurutnya, masyarakat masih melihat data Covid-19 hanya sebatas statistik saja.

Hal itu tidak lain adalah karena penerapan PSBB sejauh ini masih bersifat top down.

Menurut Pandu, PSBB saat ini mestinya sudah tidak berbasis wilayah lagi.

Melahinkan lebih dispesifikan dal tiap-tiap komunitas masyarakat, bottom up.

Hal itu akan memupuk kesadaran masyarakat dari bawah langsung dan penerapan PSBB mungkin bisa jauh lebih efektif dibanding saat ini.

"Angka itu tidak hidup, angka itu kan cuma angka orang tidak sadar bahwa angka itu juga manusia apalagi bila kita melihat jumlah kematian," ucap Pandu.

"Menurut saya sih memang terlalu top down selama ini, PSBB terlalu top down," tambahnya.

"Sehingga seharausnya PSBB di mana masyarakat yang mulai mengambil inisiatif, dalam artian pembatasan wilayahnya tidak berbasis wilayah lagi tapi berbasis komunitas."

Sehingga kalau berbasis komunitas, komunitas akan mengingatkan, mereka sadar bahwa mereka yang memulai."

"Jadi tingkat kepatuhannya akan meningkat kalau dibandingkan dengan top down seperti ini," tegasnya.

• Jokowi Targetkan Corona Turun Mei, Effendi Gazali Duga Gara-gara Presiden Dengar Prediksi Singapura

Simak videonya mulai dari awal:

(TribunWow.com/Mariah Gipty/Rilo Pambudi)