TRIBUNWOW.COM - Sinar ultraviolet (UV) disebut oleh para ahli bisa menghancurkan Virus Corona yang berada di luar tubuh manusia.
Namun, garam juga diisukan juga bisa menghancurkan Virus Corona.
Lantas apa perbedaan garam dengan sinar UV pada Virus Corona?
• Bahas PSBB DKI, Mahfud MD Singgung Bansos Warga Miskin Terdampak Corona: Mereka Harus Selamat
Ahli Virologi dan Epidemiologi University of Oxford, Stanley Mitchell lantas memberikan penjelasan.
Berdasarkan wawancara TribunWow.com melalui WhatsApp pada Senin (27/4/2020), Stanley Mitchell menjawab bahwa sinar UV dan garam itu berbeda.
Sinar UV disebut memiliki energi yang memang bisa merusak virus.
"UV adalah bentuk cahaya berenergi tinggi yang merusak DNA sel dan virus. Kerusakan ini membunuh atau menghambat replikasi, menjadikannya tidak menular," kata Stanley.
Sementara pada garam, belum ada bukti yang kuat bahwa bisa menghancurkan Virus Corona.
Meski demikian, kekurangan garam memang bisa menyebabkan gangguan fungsi kekebalan tubuh.
"Saya ingin memulai dengan mengatakan tidak ada bukti yang baik bahwa mengonsumsi garam dapat meningkatkan sistem kekebalan Anda di atas tingkat basal."
"Maksud saya, kekurangan garam yang parah dapat menyebabkan gangguan fungsi kekebalan tubuh, tetapi bagi sebagian besar populasi dunia kita mendapatkan garam yang cukup dari makanan kita untuk mencegahnya," jelas Stanley.
Pria asal London, Inggris, ini melanjutkan bahwa garam memiliki mekanisme antibakteri namun tidak pada virus.
"Garam memiliki mekanisme antibakteri yang sangat mapan. Ini mengganggu potensi air melintasi membran sel bakteri yang menyebabkan air mengalir keluar dari bakteri, dan dalam keadaan dehidrasi ini bakteri mati," kata dia.
Ada beberapa studi yang menyebut garam bisa membunuh virus namun Stanley menegaskan hanya pada garam yang berkosentrasi sangat tinggi.