TRIBUNWOW.COM - Gejala Covid-19 sudah dikenal luas, dan serangkaian tindakan pengobatan telah digunakan untuk menyelamatkan nyawa.
Namun, sedikit yang diketahui tentang apa yang terjadi setelah pemulihan.
Apakah orang yang telah sembuh dari Covid-19 harus khawatir dengan kesehatan jangka panjangnya?
• Cara Membedakan Gejala Umum Virus Corona, Pilek Biasa, Influenza, hingga Alergi
Infeksi pernapasan dapat merusak paru-paru
“Infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan apa saja, mulai dari batuk sederhana yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan hingga mengi atau asma kronis,” kata Dr Martin, dokter spesialis paru-paru di California, dikutip TribunWow.com dari Healthline.
Dia menambahkan bahwa ketika infeksi pernafasan parah, pemulihan dapat diperpanjang - bahkan setelah fungsi paru-paru kembali normal.
Siapa yang paling berisiko?
Tidak semua orang yang sembuh dari Covid-19 memiliki risiko yang sama soal konsekuensi jangka panjang infeksi SARS-CoV-2.
Mereka yang paling berisiko adalah orang 65 tahun dan lebih tua, orang-orang dengan paru-paru kronis, jantung, ginjal dan penyakit hati.
• Ibaratkan Masalah Stafsus seperti Kasus Virus Corona, Rocky Gerung: Satu Istana Harus Dinyatakan ODP
Selain itu, ia mengatakan orang lain yang bisa berisiko adalah mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu dan orang-orang dengan obesitas atau diabetes yang tidak wajar.
Dokter spesialis paru-paru lainnya, Dr Gary Weinstein menambahkan bahwa ada masalah kesehatan tertentu yang mungkin dihadapi pasien dengan penyakit Covid-19 yang parah.
Dia mengatakan beberapa pasien perlu pulih dari pneumonia atau ARDS akut dan banyak yang mungkin membutuhkan oksigen.
Selain itu, tergantung pada lamanya penyakit, banyak yang akan sangat lemah, tidak terkondisi, dan bisa memerlukan rehabilitasi yang agresif.
"Akhirnya, ketika pasien mengalami gagal paru-paru, mereka sering mengalami kegagalan atau disfungsi organ mereka yang lain, seperti ginjal, jantung, dan otak," tegas Weinstein.
Namun, pasien dengan gejala ringan akan pulih lebih cepat dan kecil kemungkinan membutuhkan oksigen tetapi kemungkinan akan memiliki beberapa kelemahan dalam tubuh.
• Peneliti Inggris Ungkap Mengapa Corona di Eropa Lebih Cepat, Singgung Lonjakan Kematian di Jakarta
Sindrom perawatan pasca-intensif
Sementara penempatan di ICU rumah sakit dapat menyelamatkan nyawa bagi pasien dengan penyakit parah, hal itu juga dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan lain yang signifikan.
Secara umum, orang yang membutuhkan perawatan intensif berada pada risiko yang lebih besar untuk masalah kesehatan mental seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, dan depresi ketika mereka keluar dari perawatan.
Mereka mungkin juga memiliki gangguan kognitif yang signifikan dan kemampuan fisik yang terbatas.
“Post-intensif care syndrome (PICS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang telah selamat dari penyakit kritis yang parah, namun masih perlu perawatan intensif yang diperlukan untuk bertahan hidup."
"Pasien dapat memiliki beberapa kombinasi gangguan fisik, gangguan kognitif, dan gangguan kejiwaan,” jelas Weinstein.
“Gangguan fisik yang bisa terjadi antara lain kelemahan dan kekurangan gizi."
"Gangguan kognitif dapat mencakup penurunan daya ingat, penurunan perhatian, dan penurunan ketajaman mental atau kemampuan untuk memecahkan masalah.”
(TribunWow.com/Maria N)