TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara terkait transparansi data jumlah pasien Virus Corona di Istana Merdeka pada Selasa (21/4/2020).
Pada kesempatan itu, Jokowi yang diwawancara oleh Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa sempat disinggung soal perubahan kebijakan mengenai transparansi data.
Najwa Shihab menyebut pada awal Virus Corona masuk ke Indonesia ada kesan ditutup-tutupi, sedangkan kini Jokowi meminta masalah data Covid-19 dibuka seluas-luasnya.
• Di Mata Najwa, Jokowi Blak-blakan Ungkap Biaya untuk Jakarta jika Lockdown: Rp 550 Miliar Sehari
Mulanya, Jokowi mengakui dirinya sadar dan sering mendengar bahwa banyak orang mengatakan pemerintah tidak terbuka.
Namun, ia menjadi bingung di mana letak ketidakterbukaan pemerintah.
"Saya menyampaikan itu karena di luar saya mendengar ucapan-ucapan, bahwa pemerintah ini tidak terbuka, tetapi kalau saya lihat yang tidak terbuka di sebelah mana?" jawab Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan bahwa data yang ia peroleh selama ini juga dari daerah.
Selain itu, data terkait Covid-19 juga bisa diakses melalui portal-portal yang sudah disediakan pemerintah daerah.
"Data itu kan kita peroleh dari Kabupaten, dari Kota, dari Provinsi yang dikonsolidasikan Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Covid menjadi sebuah data yang sudah terkonsolidasi."
"Kalau ingin melihat langsung lihat saja di daerah, di daerah-daerah kan sekarang ada, misalnya daerah A covid.id, B corona.go.id, mereka punya semua," ungkap dia.
Sehingga, Jokowi merasa bingung mengapa banyak tuduhan pemerintah menutup-nutupi data Virus Corona.
"Apa yang tidak terbuka apa yang tidak transparan? Saya kadang-kadang enggak ngerti," sambungnya.
• Sebut Perppu Corona Melegitimasi Cari Utang, Refly Harun: Jangan Heran kalau Sri Mulyani Raja Utang
Lalu, Najwa bertanya mengapa permintaan Jokowi agar data Virus Corona dibuka seluas-luasnya sekarang.
Sedangkan sebelumnya, pemerintah ingin masyarakat tak panik.
"Saya ingat Bapak pada Pertengahan Bulan lalu, sempat mengatakan tidak semua informasi memang disampaikan ke publik agar tidak menimbulkan kepanikan."
"Tapi minggu lalu Bapak memerintahkan untuk membuka semua data yang diperlukan ke publik, apa yang berubah?"
"Mengapa sebelumnya Bapak mengatakan tidak perlu semua dibuka ke publik agar tidak panik, dan sekarang menyadari bahwa penting membuka itu ke publik," tanya Najwa.
Jokowi menjelaskan bahwa awal-awal pihaknya memang tidak ingin membuat masyarakat tidak panik.
Sehingga, ia meminta agar jajarannya menyampaikan masalah Virus Corona secara hati-hati.
Jika pemerintah salah menyampaikan, dikhawatirkan masyarakat menjadi panik hingga membuat sistem kesehatan kewalahan.
"Enggak itu saya sampaikan awal-awal saat ditemukan pasien 01 pasien 02, saya menyampaikan agar hati-hati menyampaikan informasi-informasi ke lapangan agar tidak membuat masyarakat itu panik."
"Karena kalau kita panik sistem kesehatan kita enggak akan mampu menangani, semua orang berbondong-bondong ke rumah sakit, minta diperiksa minta di tes enggak akan mampu, negara manapun enggak mampu," ujar dia.
• Dianggap Lamban Atasi Corona, Jokowi Ungkap Kekesalannya di Mata Najwa: Jangan seperti Itulah
Bahkan, negara-negara maju juga tak akan bisa menangani masalah Virus Corona jika semua warganya panik.
"Negara maju yang kita lihat sama karena kepanikan masyarakat, semua pengin ke rumah sakit, semua pengen dites ya sistem nasional kesehatan mereka yang sudah sangat modern pun juga roboh karena enggak mampu menangani itu itu yang kita jaga dari awal," ucap Jokowi.
Lalu, Jokowi ini mengatakan bahwa transparansi data berguna untuk melindungi warga.
"Sehingga apa yang kita sampaikan di awal-awal itu, tetapi bahwa data itu transparan itu penting supaya semua orang ngerti dan bisa menjaga dan bisa memproteksi, siapa yang terkena sehingga tindakan apa yang dilakukan," katanya.
Tranparansi data berguna untuk melakukan pencegahan penyebaran Virus Corona, termasuk berguna dalam kegiatan pelacakan.
"Tiga hal saya sampaikan sejak awal, tes uji secara masif, pelacakan yang agresif, dan isolasi yang ketat."
"Data yang transparan sangat berhubungan dengan itu tadi," kata Jokowi.
• Permintaan Maaf Rizal Ramli ke Jokowi di ILC, lalu Sebut Presiden Tak Lakukan Strategi yang Benar
Lihat videonya mulai menit ke-1:48:
Keuntungan Transparansi Data Virus Corona Menurut Ahli
Sebelum, Dosen Senior Centre For Precision Health Unisa, Beben Benyamin mengatakan bahwa selama ini perihal keterbukaan data itu lah yang selama ini disarankan oleh timnya.
Hal itu diungkapkan Beben Benyamin melalui sambungan telepon di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Jumat (17/4/2020).
• Di Mata Najwa, Jokowi Blak-blakan Ungkap Biaya untuk Jakarta jika Lockdown: Rp 550 Miliar Sehari
Beben menjelaskan bahwa keterbukaan data itu bermanfaat bagi masyarakat dan ilmuwan.
"Saya juga kebetulan bersama dengan temen-temen Young Scientist Forum dalam sebulan terakhir ini juga membantu memberikan rekomendasi pada pemerintah salah satunya rekomendasi kita ya memang keterbukaan data."
"Jadi keterbukaan data ini ada mempunya dua fungsi, salah satu fungsi untuk publik dan satu lagi fungsi untuk ilmuwan ataupun juga ahli-ahli kesehatan," ujar Beben.
Bagi publik, keterbukaan data bisa mengurangi kecurigaan masyarakat akan masalah Virus Corona di Indonesia.
"Jadi informasi untuk publik itu kita informasi bahwa pemerintah ini terbuka dengan masalah ini kita bisa masyarakat tahu seberapa besar masalah daripada Covid-19 sehingga tidak ada kesan yang ditutup-tutupi," ungkapnya.
Sedangkan bagi para ilmuwan, keterbukaan data bisa menjadi penelitian mereka hingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan.
Selama ini para ilmuwan disebut lebih menggunakan data-data dari negara yang sudah lebih dulu terjangkit untuk diteliti.
• Jokowi Sebut 900 Ribu Orang Bukan Mudik tapi Pulang Kampung, Najwa Shihab: Apa Bedanya? Kan Sama
"Nah sedangkan untuk ilmuwan sendiri, scientist sendiri keterbukaan data itu adalah penting untuk menyediakan semacam feedback loop jadi data-data yang kita selama ini untuk melakukan pencegahan,"
"Diagnosa ini kan banyak menggunakan data-data yang memang sudah dipublikasikan dari China misalnya yang lebih dulu menghadapi pandemi kemudian dari Korea dari Singapura," ujar dia.
Padahal, setiap negara memiliki masalah penyakit penyerta atau penyakit lain di luar Covid-19 yang berbeda-beda.
Seperti di Indonesia di mana tingkat perokoknya cukup tinggi.
"Kan tiap negara unik demografinya unik juga tingkat penyakit-penyakit lainnyak penyakit komordibitasnya, maksudnya tingkat perokok di Indonesia sangat tinggi."
"Kemudian juga penyakit-penyakit lain itu juga kan membutuhkan penanganan khusus sehingga data-data epidemiologi kemudian itu bisa digunakan misalkan terbuka," jelasnya.
Kemudian Beben menjelaskan dengan data yang dibuka maka pemerintah dan ilmuwan bisa bekerja sama untuk menemukan masalah apa yang sebenarnya terjadi pada pasien Indonesia terkait Virus Corona.
Jika telah ditemukan masalahnya, maka pemerintah dan ilmuwan bisa fokus pada masalah itu.
"Lalu misalkan kerja sama dengan ilmuan yang ada di Indonesia yang banyak maupun orang Indonesia di luar negeri, kita bisa olah data-data tersebut sehingga kita bisa memberikan rekomendasi kepada klinik oh ternyata data di Indonesia seperti ini, kayaknya bisa lebih fokus ke ini," pungkasnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)
Baca juga artikel ini di Tribunnews.com dengan judul Ditanya Najwa Mengapa Sikapnya Berubah soal Transparansi Data, Jokowi: Negara Manapun Tak Mampu