TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempunyai usul pada tim pengawas pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
DKI Jakarta saat ini memang sedang melakanakan PSBB selama 14 hari.
Kendati demikian, ternyata dalam kurun waktu 14 hari tidaklah cukup untuk menekan angka penyebaran Virus Corona.
• Hindari Berita Virus Corona hingga Keluar dari Semua Grup Medsos, Ruben Onsu: Pikiran Gak Sehat
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Anies Baswedan pun mengakui PSBB tak mungkin selesai dalam 14 hari.
Anies Baswedan lantas mengatakan bahwa PSBB di DKI Jakarta harus diperpanjang.
"Dalam kenyataannya wabah seperti ini tidak bisa selesai dalam 14 hari. Karena itu hampir pasti PSBB harus diperpanjang," ujar Anies Baswedan pada Kamis (16/4/2020).
Selain itu, Anies Baswedan juga menjelaskan Pemprov DKI Jakarta tak mau mengambil resiko untuk menyelesaikan PSBB.
Berkaca pada beberapa negara lain yang juga belum tahu hingga kapan memberlakukan PSBB.
"Lebih baik kami mengansumsikan ini akan panjang. Bila ternyata pendek Alhamdulillah. Tapi bila asumsinya pendek, akan keteteran nanti," ucap Anies Baswedan.
"Tapi berapa lamanya, saat ini setahu saya di seluruh dunia belum ada yang bisa selesai," imbuhnya.
• Ruben Onsu Akui Dampak Virus Corona Lebih Parah dari Kabar Ilmu Hitam: Sampai Gue Enggak Mau Apa-apa
Tak hanya itu saja, Anies Baswedan juga meyakini bahwa memperpanjang PSBB akan berdampak pada penekan jumlah penyebaran Virus Corona.
Namun, tetap butuh waktu untuk mengetahui secara pasti seberapa besar dampak PSBB pada tingkat penularan Virus Corona.
"Pembatasan ini pasti akan berdampak pada penundaan jumlah kasus, tapi seperti kasus lain perlu waktu untuk mengetahui kebijakan ini berdampak bagaimana," ujar Anies Baswedan.
"Kami yakin dengan adanya pembatasan bisa menekan tingkat penularan," imbuhnya.
Anies Baswedan juga meminta sejumlah tim pengawas (timas) PSBB untuk mengundang pakar epidemiologi yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor terkait Virus Corona.
Bukan tanpa sebab, hal tersebut dilakukan supaya nantinya pakar epidemiologi bisa memproyeksikan soal penyebaran Virus Corona.
"Kalau boleh kami mengusulkan agar timwas bisa secara khusus mengundang ahli epidemiologi, bisa memaparkan proyeksi atas Covid-19," kata Anies Baswedan.
"Kami mendengarkan dari mereka karena ini bukan satu arah kebijakan tapi proyeksi sains," imbuhnya.
• Masih Ada Berita Baik soal Virus Corona, Sosiolog Imam Prasodjo: Informasi yang Baik Saja Tak Cukup
Curhat Sopir Antar Jenazah Pasien Corona
Supir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya menungkapkan keluh kesahnya lantaran terus menerus mengurusi jenazah Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Nursyamsurya mengaku tidak kuasa melihat banyaknya jenazah Covid-19 yang setiap hari terus bertambah.
Namun di sisi lain, masih banyak masyarakat yang masih masa bodoh terhadap penyebaran Virus Corona.
• Tak Tahu Asal Corona yang Tewaskan Istri, Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak: Dia Orang Gigih
Nursyamsurya berharap kesadaran dari masyarakat soal pencegahan penyebaran Virus Corona dengan cara mengikuti imbauan dari pemerintah.
Menurutnya, masih banyak aktivitas yang terjadi dan arus lalu lintas juga masih padat, khususnya di Jakarta, padahal sebelumnya sudah diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, seharusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang," ujar Nursyamsurya.
"Kami memakamkan jenazah-jenazah ini dan tiap hari bertambah, tolong, ikuti instuksi dari pemerintah, diam di rumah, kurangilah kerjaan kami," jelasnya.
Bahkan saking geramnya, Nursyamsurya seakan-akan ingin mengendarai truk tronton dan mengimbau langsung para pengendara yang masih nekat beraktivitas.
Karena di satu sisi dirinya berjuang memakamkan jenazah dan berharap bisa berkurang, atau bahkan berharap tidak ada lagi jenazah Covid-19 yang dimakamkan.
Namun di sisi lain, masyarakat masih juga belum menyadari risikonya.
• Ganjar Pranowo Jelaskan soal Viral Penolakan Jenazah Corona: Mereka Pikir si Virus Bisa Jalan-jalan
Nursyamsurya mengaku ikut merasakan kesedihan, meskipun jenazah tersebut bukan keluarganya.
Ia melihat jenazah yang dengan terpaksa harus dimakamkan menggunakan cara yang berbeda, termasuk tidak diiringi oleh anggota keluarga.
"Saya pingin naik pakai tronton teriak di jalanan kepada masyarakat ayo tolong kalian diam di rumah, tolong ikuti anjuran pemerintah," katanya.
"Kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kami makamkan setiap hari, pasti kalian akan sedih, karena jenazah itu tidak ada yang mengantar, enggak ada yang mendoakan, langsung masuk liang lahat," sambungnya.
Yang membuat Nursyamsurya tambah sedih yaitu sampai kapan rutinitas seperti itu akan berakhir.
Jika masyarakatnya masih belum sadar dan mengabaikan instruksi dari pemerintah.
"Ini enggak jelas, sampai kapan kita enggak tahu, sampai kapan kita begini," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-5.10:
(TribunWow.com/Khistian TR/Elfan)