Virus Corona

Viral Polisi Bantu Kuburkan Jenazah Corona karena Tak Ada yang Mau: Saya Sempat Diteriaki Kapolsek

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bripka Jerry Tumondo, seorang anggota kepolisian dengan berani menguburkan jenazah pasien terjangkit Virus Corona saat tak ada petugas yang mau memakamkannya pada Jumat (10/4/2020).

TRIBUNWOW.COM - Polisi di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Bripka Jerry Tumundo sempat viral karena keberaniannya mengubur jenazah Covid-19.

Di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (15/4/2020), Bripka Jerry Tumundo akhirnya ikut menguburkan jenazah Covid-19 lantaran mayat tersebut sempat terlantar hingga beberapa jam.

Bripka Jerry Tumundo mengatakan bahwa awalnya saat mobil pengangkut jenazah datang di pemakaman, terlihat tanpa petugas yang mendampingi mayat tersebut.

Sopir Ambulans Menangis, Kesal karena Jakarta Masih Ramai: Pengin Teriak, Enggak Ada yang Ngerti

Saat itu, Bripka Jerry sendiri ditugaskan untuk mengawal ambulans

Akibatnya, jenazah sempat terlantar beberapa jam.

Setelah itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 setempat datang hanya dengan membawa APD tanpa petugas.

Ditanya Najwa Shihab, Bripka Jerry mengatakan ingin membantu menguburkan mengingat jenazah itu masih jemaat di gerejanya,

Bripka Jerry mengatakan dirinya adalah penatua kolom (pelayan khusus) di gereja yang sama dengan orang meninggal itu.

"Yang membuat saya ingin membantu langsung dikarenakan pasien ini merupakan jemaat saya."

"Di mana saya selaku penatua di jemaat kolom satu," kata Bripka Jerry.

Waspada Predator Seksual Manfaatkan Corona, Reza Indragiri: Kunjungan Situs Pornografi Meningkat

Polisi yang bertugas di Kanit Reskrim Polsek Dimembe ini mengatakan, dirinya sempat diteriaki oleh Kapolsek untuk jangan nekat menguburkan jenazah tersebut.

"Dan pada saat saya bersedia diri mendekati salah satu petugas yang memegang APD, saat itu saya sempat dilarang pimpinan saya dalam hal ini Bapak Kapolsek Dimembe Bapak AKP Decky Demus."

"Di mana dia langsung berteriak dan bilang ke saya agar supaya jangan memakai APD," ceritanya.

Namun, Kapolsek akhirnya mengizinkan setelah mendapat penjelasan dari Juru Bicara Covid-19 setempat yaitu Stevan Daendels.

Bripka Jerry mengatakan, atasannya itu sempat melarang karena dirinya juga baru saja di rapid tes,

"Namun dikarenakan saya diberi penjelasan oleh Juru Bicara Covid-19 yaitu Stevan Daendels, maka kapolsek mengiyakan saya."

"Di mana saat itu Kapolsek melarang saya karena dua hari sebelum itu saya sempat di rapid test, karena saya sempat kontak dengan pasien ini."

"Namun setelah diberikan pengarahan dari juru bicara Covid-19 maka ia mengiyakan untuk menggunakan APD dan menguburkan jenazah," jelasnya.

Imam Prasodjo Ungkap Stigma Negatif Virus Corona karena Kurangnya Simpati: Menangnya Rasa Ketakutan

Saat ditanya apakah ada rasa takut yang sempat menghinggapi, Bripka Jerry tak membantahnya.

Ia sempat takut setelah mengenakan APD dan masuk ke dalam mobil jenazah.

"Ya nanti saya rasa takut saat saya akan memakai APD, setelah saya memakai APD baru timbul rasa takut di diri saya dan juga pada saat berjalan kaki menuju mobil jenazah, di situ rasa takut saya kembali timbul dan malah lebih takut dan was-was," akunya.

Meski demikian, ia terus berdoa kepada Tuhan agar dijauhkan dari perasaan takut tersebut.

"Namun saya berdoa kepada Tuhan agar supaya bisa diberikan kekuatan, saya bisa menghilangkan rasa takut, dan akhirnya rasa takut itu hilang dan dengan secepatnya saya menurunkan peti jenazah ke dalam liang penguburan," pungkasnya.

Lihat videonya mulai menit ke-2:39:

Imam Prasodjo Nilai Stigma Negatif karena Tak Ada Simpati

Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo turut menanggapi soal stigma negatif yang didapat orang-orang yang berhubungan dengan Virus Corona.

Hal itu diungkapkan Imam Prasodjo saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (15/4/2020).

Imam Prasodjo mengatakan bahwa stigma negatif bisa berasal dari berita-berita yang beredar.

• Keluh Kesah hingga Kegeraman Sopir Mobil Jenazah Virus Corona: Tolong, sampai Kapan Kita Begini

Namun, berita-berita mengenai Virus Corona itu bukan bermaksud menakut-nakuti melainkan untuk menimbulkan sikap kehati-hatian.

"Ya ini jelas mengarah pada public stigma ya jadi ada semacam pergulatan pertama memang ada berita-berita yang sekarang ini muncul memang menumbuhkan sikap kehati-hatian, itu sebenarnya yang ingin ditumbuhkan."

"Tapi bukan sikap kekhawatiran yang berlebihan, nah jadi kehati-hatian ini sekarang sudah masuk kekhawatiran yang berlebih bahkan ketakutan yang berlebihan ini yang pertama," ujar Imam.

Menurutnya, ketakutan yang terjadi tidak disertai perasaan empati pada pasien Virus Corona.

"Nah yang saya khawatir di saat orang itu khawatir apa berlebihan dan kemudian takut berlebihan itu menjadi liar, tetapi tidak diimbangi dengan empati," sambunya.

• Kabar Baik, Polri Beri Bantuan Rp 600 Ribu Bagi Sopir Bus, Taksi, hingga Andong Terdampak Corona

Imam mengatakan, orang-orang yang takut berlebihan itu tidak ikut memposisikan dirinya sebagai korban.

Selain itu, kurangnya informasi yang didapat juga menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan.

"Kemampuan untuk bersimpati membayangkan bagaimana kalau seandainya dirinya itu berada di dalam posisi korban, nah ini menumbuhkan empati itu terlupakan."

"Ditambah lagi informasi yang tidak lengkap atau disinformasi," kata dia.

Sehingga, Imam menilai dari apa yang terjadi sekarang misalnya penolakan jenazah Covid-19 itu karena simpati kalah dengan rasa ketakutan tersebut.

"Jadi apa yang terjadi ini menggambarkan menangnya ketakutan berlebihan, menangnya kekhawatiran berlebihan, dibanding simpati, empati dan informasi yang lengkap tentang bagaimana virus ini harusnya disikapi," ucap dia.

• Tak Tahu Asal Corona yang Tewaskan Istri, Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak: Dia Orang Gigih

Lihat videonya mulai menit ke-12:15:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)