Virus Corona

Bayar Rp 15 Juta untuk Antar Jenazah Corona, Keluarga Korban Justru Bela Pihak Ambulans

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kuitansi pengurusan jenazah Covid-19 sebesar Rp 15 juta di Kota Tangerang

TRIBUNWOW.COM - Daryanto, keponakan pasien keponakan pasien Orang Dalam Pemantauan (ODP) Covid-19 yang meninggal dunia pada Selasa (7/4/2020) menceritakan fakta di balik heboh pembayaran ambulans sebesar Rp 15 juta.

Alih-alih memprotes, dan mengeluhkan besarnya biaya ambulans, Daryanto justru membela pihak-pihak yang mengkritisi pengelola ambulans Tangerang Ambulances Services (TAS).

Ia menceritakan dirinya telah lama menunggu bantuan dari Pemerintah Kota Tangerang untuk memakamkan jenazah tantenya tersebut, namun tidak ada balasan dari pihak Pemkot Tangerang.

Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19. (AFP/Bay Ismoyo)

Walkot Tangerang Ungkap Fakta Bayar Ambulans Rp 15 Juta untuk Antar Jenazah: Ada Misinformasi

Dikutip dari kompas.tv, Rabu (15/4/2020), awalnya Daryanto bercerita bagaimana dirinya telah menghubungi layanan ambulans Pemkot Tangerang lewat 112.

Namun upaya Daryanto sia-sia, ia tak kunjung mendapat kabar dari Pemkot Tangerang mengenai layanan ambulans untuk mengantar jenazah tantenya tersebut.

"Saya menunggu lama tapi belum ada jawaban. Dokter RS Bhakti Asih sudah menghubungi 112 layanan ambulans Pemkot Tangerang, tapi tidak ada konfirmasi," ujar Daryanto seperti dikutip dari Warta Kota, Rabu (15/4/2020).

Tak ingin kondisi jenazah tantenya semakin buruk, Daryanto akhirnya memutuskan untuk menyewa jasa ambulans lain.

"Jenazah tante saya ini sudah lama dibiarkan saja, takut sudah bau. Makanya sewa jasa ambulans lain untuk mengangkut ke tempat penguburan," jelasnya.

Daryanto lalu meluruskan bahwa sejak awal mereka berniat menyewa, pihak TAS telah menjelaskan biaya yang perlu dikeluarkan, yakni Rp 15 juta.

Ia menjelaskan keluarga besar tantenya tersebut juga tidak keberatan atas biaya yang ditawarkan oleh TAS, akhirnya mereka sepakat untuk menyewa layanan ambulans itu.

Viralnya foto kuitansi ambulans Rp 15 juta juga mengejutkan Daryanto.

Dirinya tidak mengerti mengapa foto kuitansi bisa tersebar, padahal hubungan keluarga besar dengan pihak ambulans baik-baik saja.

Daryanto bahkan keberatan atas pihak-pihak yang menjatuhkan nama TAS gara-gara insiden tersebut.

Bagi Daryanto, pihak TAS sangat membantu proses pemakaman tantenya.

Atas banyaknya pihak yang berusaha menjatuhkan nama TAS, Daryanto akhirnya melapor ke polisi untuk meluruskan masalah itu.

"Kami dari pihak keluarga keberatan, padahal kami sudah ada kesepakatan dengan Tangerang Ambulans Service itu. Jadi terbantu malah, mereka menyediakan peti dan APD untuk menguburkan tante saya," ujar Daryanto.

Biaya juga tidak menjadi persoalan bagi Daryanto, ia mengatakan uang sebesar Rp 15 juta masih bisa tercukupi oleh keluarga besar, dan tabungan pasien itu sendiri.

"Beruntungnya uangnya enggak pinjam sana pinjam sini. Korban guru ngaji punya tabungan sekitar Rp8 juta. Sisanya anggota keluarga lain pada urunan," ujar Daryanto.

Sebelumnya publik sempat dihebokan dengan adanya foto selembar kuitansi biaya pengantaran jenazah Covid-19 sebesar Rp 15 juta.

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/4/2020), pada kuitansi tersebut tertera asal jenazah berasal dari RS Bhakti Asih.

Sedangkan ambulans yang dipakai berasal dari layanan ambulans Tangerang Ambulance Services (TAS).

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi telah melayangkan surat teguran ke RS Bhakti Asih atas insiden tersebut.

RS Bhakti Asih disebut tidak menaati prosedur dari Pemkot Tangerang.

"Pemerintah Kota Tangerang telah membuatkan surat teguran kepada pihak rumah sakit yang tidak menaati prosedur yang telah disosialisasikan," ujar Liza melalui video siaran pers, Rabu (15/4/2020).

"Pemulasaraan dan pemakaman pasien Covid-19 serta mobil jenazah tidak dipungut biaya atau gratis," lanjutnya.

Viral Polisi Bantu Kuburkan Jenazah Corona karena Tak Ada yang Mau: Saya Sempat Diteriaki Kapolsek

Curhat Sopir Antar Jenazah Pasien Corona

Supir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya menungkapkan keluh kesahnya lantaran terus menerus mengurusi jenazah Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Nursyamsurya mengaku tidak kuasa melihat banyaknya jenazah Covid-19 yang setiap hari terus bertambah.

Namun di sisi lain, masih banyak masyarakat yang masih masa bodoh terhadap penyebaran Virus Corona.

Sopir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (15/4/2020). (YouTube Najwa Shihab)

 • Tak Tahu Asal Corona yang Tewaskan Istri, Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak: Dia Orang Gigih

Nursyamsurya berharap kesadaran dari masyarakat soal pencegahan penyebaran Virus Corona dengan cara mengikuti imbauan dari pemerintah.

Menurutnya, masih banyak aktivitas yang terjadi dan arus lalu lintas juga masih padat, khususnya di Jakarta, padahal sebelumnya sudah diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, seharusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang," ujar Nursyamsurya.

"Kami memakamkan jenazah-jenazah ini dan tiap hari bertambah, tolong, ikuti instuksi dari pemerintah, diam di rumah, kurangilah kerjaan kami," jelasnya.

Bahkan saking geramnya, Nursyamsurya seakan-akan ingin mengendarai truk tronton dan mengimbau langsung para pengendara yang masih nekat beraktivitas.

Karena di satu sisi dirinya berjuang memakamkan jenazah dan berharap bisa berkurang, atau bahkan berharap tidak ada lagi jenazah Covid-19 yang dimakamkan.

Namun di sisi lain, masyarakat masih juga belum menyadari risikonya.

• Ganjar Pranowo Jelaskan soal Viral Penolakan Jenazah Corona: Mereka Pikir si Virus Bisa Jalan-jalan

Nursyamsurya mengaku ikut merasakan kesedihan, meskipun jenazah tersebut bukan keluarganya.

Ia melihat jenazah yang dengan terpaksa harus dimakamkan menggunakan cara yang berbeda, termasuk tidak diiringi oleh anggota keluarga.

"Saya pingin naik pakai tronton teriak di jalanan kepada masyarakat ayo tolong kalian diam di rumah, tolong ikuti anjuran pemerintah," katanya.

"Kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kami makamkan setiap hari, pasti kalian akan sedih, karena jenazah itu tidak ada yang mengantar, enggak ada yang mendoakan, langsung masuk liang lahat," sambungnya.

Yang membuat Nursyamsurya tambah sedih yaitu sampai kapan rutinitas seperti itu akan berakhir.

Jika masyarakatnya masih belum sadar dan mengabaikan instruksi dari pemerintah.

"Ini enggak jelas, sampai kapan kita enggak tahu, sampai kapan kita begini," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke-5.10:

(TribunWow.com/Anung/Elfan)