TRIBUNWOW.COM - Rifaldi, seorang tenaga medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan menceritakan diskriminasi yang dia alami.
Rifaldi yang tinggal di Jakarta Selatan itu bercerita soal pengalaman yang ia dapatkan di tengah masyarakat.
Rifaldi menjelaskan jika pemberitaan mengenai tenaga medis RSUP Persahabatan diusir dari tempat tinggal itu tidak benar.
Ia menceritakan jika dirinya dikucilkan dan menjadi bahan pembicaraan tetangga karena merawat pasien Covid-19.
"Kita dikucilkan dalam arti aku di Jakarta perantau dari Padang. Tinggal dengan kakak di Jakarta Selatan."
"Pernah pas wabah ini datang ke Indonesia aku pulang ke rumah malam, paginya kerja lagi salah satu tetangga ngomong (ke kakak) 'Lu ngapain ke sini kan adik lu kerja di rumah sakit Covid-19 ntar bawa virus lagi'," ujarnya.
Hal inilah yang membuat Rifaldi tidak pulang selama 3 minggu ke rumah.
Menurutnya, masyarakat harus memberi dukungan kepada para tenaga medis yang menangani virus ini dan bukan menghakimi.
"Jadi diskriminasi ini yang membuatku enggan pulang selama 3 minggu dan ada kejadian yang menurut aku miris."
"Seharusnya masyarakat yang memberi support malah menjudge kita kenapa harus kita yang di judge karena kita berbuat baik," ujarnya dilansir melalui YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu (1/4/2020).
Selain itu, Rifaldi juga dijauhi oleh teman-temannya karena pekerjaanya yang berhubungan dengan pasien Covid-19.
"Seperti aku mau kumpul sama teman-teman biasa baik nongkrong-nongkrong malah mereka agak menjauhi karena mereka tahu aku bekerja di rumah sakit ini, kontak fisik dengan pasien covid," ungkapnya.
Rifaldi juga menceritakan kejadian yang dialami temannya seprofesi.
Kali ini kejadian dialami oleh temannya yang kosnya tidak diperpanjang oleh pemilik kos.
"Contohnya, di lingkungan masyarakat ada kejadian bukan mengusir ya, teman kos malahan tidak dilanjutkan kosnya dengan alasan kos tersebut mau digunakan untuk rumah anaknya. Aku gak apakah karena masalah ini atau tidak," imbuhnya.
Kemudian ia dan rekan-rekannya juga mendapat perlakuan tidak mengenakkan ketika berada di warung tegal (warteg).
Ia berharap masyarakat dapat memberikan dukungan ke para tenaga medis.
Sekarang perlahan-lahan masyarakat sudah dapat menerima.
"Teman aku mau jajan ke warteg dibilang itu perawat covid jadi kitanya yang jadi perawat jadi tidak enak. Kok kita di-jugde sih, harusnya disupport."
"Kalau tidak terima beberapa tidak terima. Tapi dari waktu ke waktu sampai sekarang semua masyarakat sudah menerima. Sampai sekarang kita baik-baik saja," ungkapnya.
Rifaldi menjelaskan bahwa para tenaga medis RSUP Persahabatan dibekali Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
"Malahan di rumah sakit kita pun tercukupi APDnya, Alhamdulillah itu sangat bersyukur. Karena rumah sakit selalu menyediakan APD buat pekerjanya," ceritanya. (Tribunnews.com/Mohay)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Curhatan Tenaga Medis Covid-19 yang Mendapat Diskriminasi dari Masyarakat".