Virus Corona

Karni Ilyas Terjunkan Bawahannya Wawancara Warga terkait Lockdown: Anak Kami Enggak akan Makan

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas mengungkap ketidaksutujuannya pada lockdown (penguncian) secara total akibat Virus Corona.

TRIBUNWOW.COM - Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas mengungkap ketidaksetujuannya pada lockdown (penguncian) secara total akibat Virus Corona.

Hal itu diungkapkan Karni Ilyas saat menjadi narasumber di acara Kabar Petang TV One pada Senin (23/3/2020).

Mulanya, Karni Ilyas menilai bahwa pemerintah kini dalam kondisi yang sangat berat akibat Virus Corona.

Masa Darurat Virus Corona Diperpanjang, Kemenhub Batalkan Mudik Gratis

Selain itu, pemerintah juga dihadapkan pilihan lockdown atau tidak.

"Saya kok melihat apa yang ditanggungkan, beban pemerintah saat ini betul-betul sangat-sangat berat."

"Antara dua, kita mau membikin social distancing mungkin lebih ketat dari hari ini, namanya juga lockdown," ujar Karni Ilyas.

Dengan tegas ia mengaku tak ingin mempertentangkan keputusan pemerintah, hanya saja lockdown bukan sesuatu yang mudah dilakukan.

"Saya enggak mau mempertentangkan itu, saya hanya mau memberi pertimbangan saja," kata Karni Ilyas.

Pasalnya, ada banyak rakyat miskin yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Namun, dana yang dibutuhkan untuk mencukupi mereka juga sangat besar.

"Kalau kita lockdown ada 28 juta orang di Indonesia yang di bawah garis kemiskinan atau yang miskin."

"Kalau untuk mereka yang kalau kita lockdown itu dibutuhkan subsidi yang enggak tanggung-tanggung jumlahnya, setidaknya kita seperti dulu bantuan tunai itu Rp 4 juta per orang."

"Bayangin Rp 28 juta kali Rp 4 juta berapa triliun negara harus kasih dana," jelas Karni Ilyas.

Guru Besar UI Bambang Sutrisna Diduga Meninggal karena Corona, sang Anak: Meninggal, Sesak Sendirian

Lalu, Pemimpin Redaksi TV One sekaligus pembawa acara Indonesia Lawyers Club (ILC) mengaku sudah menyuruh bawahannya untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang lockdown.

Para pekerja banyak yang mengeluhkan jika mereka tak bekerja maka mereka tak bisa menafkahi keluarganya.

"Kemudian kalau kita lockdown saya meminta reporter TV One untuk turun ke bawah ke tukang ojek, tukang pedagang sayur, yang harian harus cari uang."

"Mereka mengatakan kalau di lockdown kami itu 'Anak kami enggak akan makan', 'kami enggak akan makan', apalagi kami enggak boleh keluar rumah lockdown yang absolut."

"Sehingga mereka sangat-sangat tidak setuju dengan lockdown," cerita Karni Ilyas.

Sehingga, wartawan senior 67 tahun ini setuju dengan langkah pemerintah yang belum mau memberlakukan lockdown total.

"Jadi beban ini bukan hanya rakyat, tapi juga pemerintah saya memahami benar kalau Pemerintah Pusat belum mau memutuskan lockdown tersebut,' ucap Karni Ilyas.

Polri Keluarkan Maklumat Larangan Berkumpul, Ancaman Hukuman 4,5 Bulan hingga 7 Tahun Penjara

Lihat videonya sejak menit ke-6:00:

WHO Ungkap Lockdown Kurang Efektif

Sementara itu, Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr. Mike Ryan mengatakan bahwa langkah-langkah untuk mencegah penyebaran Virus Corona harus dilakukan secara besar-besaran.

Dikutip TribunWow.com dari The Hill pada Senin (23/3/2020), Mike Ryan di acara BBC Andrew Marr Show mengatakan bahwa kini harus fokus menemukan penderita Covid-19.

Setelah menemukan para penderita, harus segera dilakukan tracking di mana saja dan dengan siapa penderita melakukan kontak fisik.

• Fakta Wanita Meninggal di Dalam Bus saat Perjalanan dari Jakarta, Sempat Dikira Korban Covid-19

Sehingga, penderita maupun yang terlibat kontak bisa langsung diisolasi.

"Yang benar-benar perlu kita fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka dan mengisolasi mereka," ujar Mike Ryan.

Menurut dia, langkah lockdown yang diterapkan banyak negara di dunia kurang efektif.

Pasalnya, jika suatu daerah hanya dikunci dan tidak melakukan penerapan kesehatan maka sia-sia.

Misal daerah yang di-lockdown itu dibuka maka penyakit bisa muncul kembali. 

"Bahaya saat ini dengan lockdown. Jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, ketika pembatasan gerakan dan lockdown itu dicabut, bahayanya penyakit ini akan melompat kembali," imbuhnya.

Lantas, Mike Ryan mencontohkan Korea Selatan, Singapura dan Cina yang melakukan pembatasan sosial sekaligus pengujian tes covid-19 secara massal.

Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr. Mike Ryan mengatakan bhahwa langkah-langkah untuk mencegah penyebaran Virus Corona harus dilakuak secara besar-besaran. (AFP/FABRICE COFFRINI)

• Terancam Batal Juara Liga Inggris karena Virus Corona, Jurgen Klopp Singgung Fans yang akan Menggila

"Setelah kami menekan transmisi, kami harus mencari virusnya. Kita harus berjuang melawan virus," ujar dia.

Lantas, Mike Ryan menambahkan bahwa vaksin memang diyakini akan datang.

Meski demikian, saat ini semua harus bekerja aktif.

Apalagi, vaksin diperkirakan baru bisa siap digunakan secara luas setidaknya setahun lagi.

“Vaksin akan datang, tetapi kita harus keluar dan melakukan apa yang perlu kita lakukan sekarang,” ungkap Mike Ryan. (TribunWow.com/Mariah Gipty)