Virus Corona

Ahli Kesehatan FKM UI Soroti Kelemahan Social Distancing Virus Corona: Pemerintah Memang Bingung

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahli Kesehatan Masyarakat FKM UI Pandu Riono, YouTube Kompastv, Senin (23/3/2020)

TRIBUNWOW.COM - Ahli Kesehatan Masyarakat FKM UI Pandu Riono menanggapi langkah pemerintah dalam menangani penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.

Pandu menyoroti seruan social distancing atau penjagaan jarak antar manusia, yang dilakukan oleh pemerintah masih belum efektif.

Menurutnya pemerintah perlu melakukan langkah lain untuk mendukung terealisasinya social distancing yang efektif.

Para penumpang menggunakan masker kesehatan saat menumpang KRL Commuterline rute Serpong-Tanah Abang di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (12/3/2020). Sebelumnya Pemprov DKI Jakarta memaparkan secara internal potensi risiko kontaminasi terbesar virus corona atau Covid-19 terjadi di dalam KRL, terutama rute Bogor-Jakarta Kota. Warta Kota/Alex Suban (Alex Suban/Alex Suban)

Karni Ilyas Soroti Dokter Meninggal akibat Corona dan Kurangnya APD: Yang Kita Lakukan Belum Apa-apa

Dikutip dari YouTube Kompastv, Senin (23/3/2020), Pandu merasa bahwa pemerintah masih belum bisa merealisasikan social distancing dengan efektif.

Pandu mengatakan untuk merealisasikan social distancing, tidak bisa dilakukan hanya dengan imbauan semata.

"Problemnya adalah pemerintah memang bingung, mereka mengatakan social distancing, atau diganti istilahnya dengan physical distancing, tapi kebijakan apa supaya bisa terimplementasi agar benar-benar social distancing itu terimplementasi," paparnya.

"Jadi tidak cukup dengan imbauan, tidak cukup dengan membatasi arus mobil atau arus public transportation," lanjut Pandu.

Pandu mengatakan salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mendata penduduk secara menyeluruh.

Nantinya warga akan didata siapa saja yang benar-benar perlu menggunakan transportasi umum.

"Nah ini bisa saja diatur, siapa saja penduduk dari Jabodetabek yang membutuhkan transportasi," terang Pandu.

Pandu mengatakan penduduk yang perlu menggunakan transportasi publik sebagian besar pasti berasal dari kalangan pekerja informal.

"Mereka yang bekerja secara informal, dan sebagainya, karena yang bekerja di sektor formal sudah berhasil mungkin sebagian, untuk bekerja di rumah," katanya.

Pandu juga menyarankan agar pemerintah bisa memberikan edukasi secara masif seputar Covid-19, agar masyarakat sadar soal bahaya virus tersebut.

"Tapi kita menghadapi penduduk yang masih belum paham, jadi massive education," jelasnya.

Berdasarkan keterangan Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, per Senin (23/3/2020), terhitung total 579 orang positif Covid-19.

Jumlah tersebut naik 65 pasien, dari angka sebelumnya, yakni 514 pasien.

"Sehingga total saat ini ada 579 pasien positif Covid-19," ungkap Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin.

Empat puluh sembilan pasien telah meninggal, dan 30 pasien telah diumumkan sembuh.

"Ada satu tambahan pasien yang sembuh. Sehingga sampai saat ini total jumlah pasien yang sembuh sebanyak 30 orang," ujar Yuri. 

• Pantau Wisma Atlet, Jokowi: Saya Berharap Rumah Sakit Corona Ini Tidak Digunakan

Lihat videonya di bawah ini mulai menit 5.30:

Anies Baswedan: Mau Membela Negara, Tinggal di Rumah

Menyusul semakin naiknya angka kasus positif Virus Corona (COVID-19) di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta warganya mematuhi seruan pemerintah untuk melakukan social distancing.

Bentuk social distancing termasuk melakukan aktivitas, mulai dari bekerja hingga beribadah di rumah.

Anies meminta warga ibu kota menganggap serius masalah wabah COVID-19.

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020). Penyemprotan oleh petugas gabungan tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di lingkungan Masjid Istiqlal. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

• SBY Buka Suara soal Corona, Sindir Sifat Santai Pemerintah: Mungkin Awalnya Terlalu Percaya Diri

Dikutip dari YouTube tvOneNews, Selasa (17/3/2020), awalnya Anies menjelaskan sekilas perjuangan yang pernah dilalui oleh negara Indonesia, yakni pertempuran masyarakatnya melawan penjajah.

"Dulu Indonesia sering mengalami masalah, kita pernah menghadapi peperangan," kata Anies.

"Kita pernah berhadapan dengan kekuatan asing yang ingin menjajah Indonesia, lalu kita semua dipanggil untuk bergerak, dipanggil untuk membela negara," sambungnya.

Anies mengibaratkan kondisi Indonesia saat ini serupa dengan masa-masa tersebut.

Ia ingin agar masyarakt Indonesia bisa bersatu melawan musuh saat ini, yakni wabah COVID-19.

Apabila pada masa lalu untuk membela negara, masyarakat Indonesia harus berperang, maka saat ini Anies meminta warganya untuk patuh berkegiatan di rumah, sebagai bentuk bela negara.

"Hari ini kalau mau membela negara, membela bangsa, tinggal di rumah, jangan pergi, bertahan di rumah, jangan pergi, itu cara kita membela bangsa kita," paparnya.

"Kita harus menyadari ini sebagai sesuatu yang extraordinary (luar biasa)."

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Selasa (17/3/2020) (youtube tvOneNews)

Kisah Polisi di NTT yang Tunda Pernikahannya karena Virus Corona: Kami Kecewa, tapi Harus Taat

Anies menegaskan masalah COVID-19 bukan lah isu sepele.

"Saya sampaikan ini karena kami menyaksikan dari dekat, bahwa masalahnya tidak sederhana," jelasnya.

"Kita melihat di lapangan, day to day (dari hari ke hari -red) mengikuti hari ini, kami sangat concern (peduli)."

Anies mengakui dirinya juga telah berbicara dengan sejumlah pengusaha terkait penerapan kerja di rumah demi penanganan COVID-19.

Ia mengatakan para pengusaha setuju bahwa keselamatan harus menjadi prioritas.

Para pengusaha dan Anies sepakat bahwa seiring membaiknya kesehatan masyarakat, maka kondisi perekonomian juga akan semakin meningkat.

"Saya minta kepada dunia usaha, mari nomor satukan keselamatan bangsa, nomor satukan keselamatan manusia," tegas Anies.

(TribunWow.com/Anung)