TRIBUNWOW.COM - Politikus Demokrat, Andi Nurpati memberikan komentas soal hasil survei tingkat kepuasan pada menteri yang dilakukan Indo Barometer.
Berdasarkan hasil survei, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi menteri yang dianggap berkinerja paling bagus dalam 100 hari kerja Kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com dari Kompas TV pada Rabu (20/2/202o) Andi Nurpati menilai, Prabowo Subianto jadi peringkat pertama tak terlepas dari popularitasnya sebagai mantan calon presiden (Capres).
• Politisi PKS Sebut Beberapa Menteri yang Buat Gaduh, Singgung Nadiem Makarim hingga Edhy Prabowo
"Ya tapi kan Prabowo Ketua Umum, dia jelas di posisi nomor satu partai dan Beliau mantan Capres," ujar Andi.
Sedangkan, Sri Mulyani di peringkat kedua lantaran sudah memiliki banyak pengalaman.
Sri Mulyani diketahui pernah menjadi menteri di zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan pernah menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.
"Kemudian Sri Mulyani bukan orang baru sudah jaman dari SBY sudah jadi menteri, kemudian pernah menjadi di tingkat Internasional, jadi bukan orang baru, jadi sangat wajar," katanya.
Namun, perolehan hasil survei Sri Mulyani dinilai masih rendah untuk seorang Menteri Keuangan.
"Dan itupun menurut saya rendah ya kalau Sri Mulyani 13 persen itu sangat rendah untuk sekelas Beliau di bidang ekonomi," kata dia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD juga dinilai wajar berada di posisi ke empat lantaran sudah beberapa kali masuk ke dalam pemerintahan.
• Erick, Nadiem, dan Wishnutama Ngaku Berat Jadi Menteri Jokowi, Najwa Shihab: Tukeran Mau Enggak?
Ia pernah menjadi Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur.
"Lalu misalnya Pak Mahfud MD bukan orang baru juga, Beliau sudah malang melintang di dunia birokrasi," ucap Andi.
Lalu, politisi 53 tahun ini mengomentari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim yang berada di posisi ke lima.
Andi mengakui, Nadiem pujaan publik dengan programnya Merdeka Belajar meski belum diketahui secara jelas seperti apa.
"Nadiem kan ini sedikit menjadi darling (kesayangan) bagi publik ya kan karena menggelontorkan program pendidikan yang memberikan wajah baru di pendidikan di antaranya ya itu misalnya Merdeka Belajar."
"Ya itu tentu Mahasiswa senang ya jadi pasti publik menyenangi walaupun kita belum tahu model Merdeka Belajar ini masih seperti apa bentuknya kan," jelas dia.
• Ngaku Syok hingga Stres di Awal Jadi Menteri, Nadiem Makarim: Apa yang Kita Lakukan Bisa Dipelintir
Lalu, ia sempat menyinggung sistem pendidikan di zaman SBY.
"Ini masih 4 tahun juga kuliahnya, zaman SBY kan 3 tahun setengah sudah selesai, Pak Jokowi merubah jadi empat tahun sekarang masih empat tahun juga baru selesai S1," katanya.
Andi mengatatakan, kini publik tengah menunggu program pendidikan yang nyata dari Nadiem Makarim.
"Ini yang belum ada sesuatu regulasi atau kebijakan-kebijakan atau pencerahan-pencerahan bagi masyarakat terutama dunia kampus atau pendidikan," ucap dia.
Lihat videonya mulai menit ke-24:30:
Politikus PKS Sebut Beberapa Menteri yang Buat Gaduh
Politisi PKS, Sukamta turut mengomentari hasil survei tingkat kepuasan pada menteri yang dilakukan Indo Barometer.
Dalam survei itu, tingkat kepuasan masyarakat terhadap menteri lebih rendah dibanding periode sebelumnya.
Sukamta mulanya mengatakan bahwa menteri lama bekerja lebih baik dari menteri-menteri baru.
• Azyumardi Azra Bela Maruf Amin soal Hasil Survey dengan Jokowi: Dia Tak Ingin Jadi Matahari Kembar
Sukamta mencontohkan, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang dianggapnya bekerja dengan memuaskan.
"Kalau dilihat dari dekat ya ada menteri-menteri yang lama yang berlanjut lagi mereka saya lihat mereka sudah menguasai masalah kemudian mengerti keinginan presiden dan mengerti jalan keluarnya, sehingga menjadi lebih smooth."
"Misalnya di Komisi I itu Menteri Luar Negeri kemudian termasuk yang sangat bagus kinerjanya," kata Sukamta.
Sedangkan, beberapa menteri-menteri baru dinilai tidak bisa beradaptasi hingga membuat gaduh.
"Sementara yang pendatang baru ini adaptasinya itu bermacam-macam."
"Sayangnya juga ada yang beradaptasi tenang tapi ada yang beradaptasi dengan membuat gaduh," lanjutnya.
Menurutnya, kegaduhan yang dilakukan oleh beberapa menteri itu seperti periode sebelumnya.
Satu di antara yang membuat gaduh kali ini menurutnya Menteri Agama, Fachrul Razi.
• Bocoran Grup WA Menteri Jokowi, Prabowo Left Group setelah Ditantang Erick Thohir ke Mata Najwa
"Ini saya kira salah satu yang kami rasakan dari luar tentu kalau yang dari dalam pasti akan melihat baik-baik saja tetapi kalau kami yang dari luar misalnya," kata Sukamta sempat terdiam
"Kali ini polanya mirip yang periode pertama dulu, menteri buat gaduh misalnya Menteri Agama," tambahnya.
Lalu, ia mencontohkan sejumlah pernyataan kontroversial Fachrul Razi.
"Mengatakan soal apa namanya mau melarang cadar, niqab di Pemerintahan."
"Kemudian bicara tentang radikalisme, sekarang mau memulangkan eks kombatan ISIS," lanjut Sukamta.
Lalu, ada pula Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim.
"Ini kan kegaduhan-kegaduhan yang luar biasa, kemudian Pak Mendagri Pak Tito juga apa namanya mau mengevaluasi Pilkada langsung walaupun kemudian diralat."
"Pak Mendikbud juga membuat cukup luar biasa gaduh tentang Ebtanas lah tentang evaluasi ini itu jadi," jelasnya.
• Jubir Menhan, Dahnil Anzar Buka Suara soal Prabowo Jadi Menteri Terbaik: Bukan Domain Kami Sesumbar
Lalu, pria yang juga anggota DPR ini sempat menyinggung kontroversi wacana ekspor bibit lobster oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.
"Kemudian muncul lagi Pak Menteri Kelautan yang mau mengekspor apa namanya bibit lobster, kemudian terjadi polemik yang kuat Bu Mantan Menteri Kelautan yang lama, Bu Susi," kata Sukamta.
Sehingga ini membuat pertanyaan di masyarakat, padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memiliki dukungan yang cukup besar di periode kedua ini.
"Saya kira ini memunculkan banyak pertanyaan gitu loh kenapa di awal kabinet,yang sebetulnya pemerintahan yang kedua Pak Jokowi punya basis, hubungan yang kuat, dukungan politik yang sangat kuat tinggal lanjut tapi kenapa ini kabinet baru ini mustinya kabinet lama dimulai dengan kegaduhan luar biasa," kritiknya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)