TRIBUNWOW.COM - Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan Pri Agung AB membenarkan ada 83 WNI dan WNA yang diobservasi terkait virus corona (COVID-19) karena baru datang dari China.
Ia merinci, dari 83 orang tersebut, 15 di antaranya adalah WNA asal China.
Lalu, sisanya, adalah 66 orang warga Sumut dan dua orang warga Takengon, Aceh.
• Para Ilmuan Ungkap Penyebab Kota Asal Virus Corona, Wuhan Terlihat Merah Menyala di Foto Satelit
Ke-83 orang tersebut diobservasi setibanya di bandara Kualanamu, Medan, setelah transit dari Kuala Lumpur, Malaysia.
"Mereka berjumlah 83 orang, termasuk dari Takengon, Aceh. Saya tidak bawa datanya karena sedang berada di lapangan, di Kualanamu," kata Pri melalui sambungan telepon selulernya, Kamis (13/2/2019).
"Tetapi kalau enggak salah yang di Takengon cuma dua orang."
Dinyatakan sehat, kembali ke daerah masing-masing Pri Agung mengatakan, ke-83 WNI dan WNA tersebut hanya dipantau atau diobservasi saja.
Bahkan saat ini mereka sudah kembali ke daerah masing-masing di Sumut dan Aceh, sebab dinyatakan sehat.
Semua WNI dan WNA tersebut saat ini diawasi Dinas Kesehatan di daerah masing-masing.
"Jadi setibanya mereka di Kualanamu kita catat, kemudian sampaikan notifikasi kepada dinas kesehatan di provinsi maupun di kabupaten kota di daerahnya masing-masing," kata Pri Agung.
"Bahwa ada penumpang dari daratan China yang sudah kembali ke daerah dan diobservasi oleh dinas kesehatan di daerah, karena itu tanggungawab mereka."
• Seorang WN China Positif Virus Corona seusai dari Bali, Kemenkes Lakukan Penyelidikan
Diobservasi, bukan dikarantina
"Saya sekaligus mengkoreksi pemberitaan soal istilah karantina, mereka tidak dikarantina, melainkan dipantau atau diobservasi," kata Pri Agung.
Pri mengatakan, istilah karantina beda dengan isolasi.
Banyak warga tidak memahami istilah karantina sehingga menjadi khawatir akan persebaran virus corona.
Menurut dia, jika masih observasi atau pun karantina, artinya orang tersebut sehat dan bukan berarti orang tersebut terinfeksi atau terdampak.
Sementara jika isolasi, sudah pasti terinfeksi dan dimasukkan ke ruang khusus.
• Kisah Mahasiswa Asing Terjebak di Wuhan karena Virus Corona, Tak Bisa Pulang Hadiri Pemakaman Ayah
"Ini harus dijelaskan kepada masyarakat, karantina itu dilakukan kepada mereka yang sehat."
"Kalau sudah terdampak, atau sudah mengalami, itu pasien akan dimasukkan ke ruang isolasi," kata Pri Agung.
"Salah itu, enggak ada dikarantina. Sekali lagi ya, kita koreksi, itu diobservasi. Kalaupun (tersebut) istilah karantina, itukan terminologi, artinya mereka orang sehat," pungkas Pri Agung.
Pria di Kediri Demam Tinggi Sepulang dari Korsel
Sementara itu, seorang pria Kediri berinisial YM (52) warga Ngadiluwih, Kabupaten Kediri mengalami demam tinggi setelah pulang dari Korea Selatan.
Setelah mengalami demam tinggi, YM pun dibawa ke RSUD dr Iskak untuk mendapatkan perawatan. Di rumah sakit pemerintah itu, YM dirawat di ruang isolasi.
YM dirawat di RSUD dr Iskak sejak Sabtu (8/2/2020) pagi. Hingga saat ini, YM masih menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD dr Iskak.
Menurut Kasi Informasi dan Pemasaran RSUD dr Iskak, M Rifai kondisi pasien saat ini terus membaik.
“Dia sudah bisa makan, keluhan nyeri saat menelan sudah hilang, suhu tubuhnya juga sudah normal. Semoga saja hasil uji laboratorium negatif,” ujar Rifai, Kamis (13/2/2020).
Masih menurut Rifai, kemungkinan hasil uji sampel pasien bisa didapat besok, Jumat (14/2/2020).
Hasil resmi uji laboratorium ini akan disampaikan RSUD dr Iskak kepada awak media, untuk memberi kepastian.
“Mungkin akan kami sampaikan Jumat sore, atau hari Sabtu,” ujar Rifai.
YM diketahui pulang dari Korea Selatan pada Kamis (6/2/2020), dan mengalami demam tinggi.
Dia sempat dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Kabupaten Kediri, dengan keluhan sulit menelan.
YM kemudian dirujuk ke RSUD dr Iskak, sebagai rumah sakit rujukan regional.
Dokter spesialis Mikrobiologi klinik RSUD dr Iskak, Rendra Bramanti, mengatakan YM harus menjalani isolasi hingga hasil uji laboratorium menyatakan negatif.
Hal ini sesuai prosedur stadar penanganan virus corona.
Sebelumnya petugas medis telah mengambil sampel swap tenggorokan, hidung dan sputum pasien, pda Senin (10/2/2020).
“Sampel kami kiri ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) di Jakarta,” ujar Rendra.
Butuh lima hari untuk uji laboratorium semua sampel itu, sehingga diperkirakan Jumat hasil sudah didapat.
Masker langka
Sementara itu, Bupati Tulungagung telah mengirim 4.000 masker untuk pekerja migran yang bekerja di Hongkong.
Pengiriman masker ini sebagai jawaban atas keluh kesah para pahlawan devisa asal Tulungagung, yang kesulitan mendapatkan masker sejak virus corona merebak.
Bukan hanya langka, satu box masker di Hongkong bisa tembus Rp 610.000.
“Makanya kami minta keluarga dan teman yang ada di Tulungagung, termasuk pemerintah untuk mengirim masker ke Hongkong,” ujar Heni Wulandari, salah satu pekerja migran asal Tulungagung, lewat Whatsapp, Kamis (13/2/2020).
Heni adalah koordinator pekerja migran asal Tulungagung, yang menjadi alamat pengirman masker dari bupati.
Kesulitan masker harus membuat para pekerja migran memutar otak agar perafasan bisa tetap terlindungi selama beraktivitas.
• Satu TKA Asal China di Bekasi Tewas Disebut-sebut karena Virus Corona, Pihak Meikarta Membantah
Karena tidak ada pilihan lain, masker bekas yang sudah dipakai akhirnya dicuci kembali.
“Karena mahal dan barangnya tidak ada, kami memilih mencuci masker yang sudah dipakai, kemudian dipakai lagi,” sambung Heni.
Bukan hanya masker, barang-barang lain seperti beras, tisu dan cairan antiseptik juga ikut langka.
Setiap kali ada stok barang, warga harus adu cepat agar tidak kehabisan.
Heni mengaku, situasi saat ini lebih mencekam dibanding saat SARS merebak awal 2.000 silam.
“Saya pernah mengalamI zaman SARS, tapi sistuasinya sekarang lebih mencekam dan mengkhawatirkan,” keluhnya.
Selain itu para pekerja migran memilih tidak beraktivitas di luar ruangan.
Akibatnya suasana Hongkong menjadi lebih sepi, karena biasanya warga beraktivitas selama 24 jam.
Agenda kelompok pekerja migran yang sudah disusun pun dibatalkan, padahal agenda itu digagas dan difasilitasi pemerintah Hongkong.
“Sesama PMI (pekerja migran Indonesia) asal Tulungagung kami sering membuat acara bersama. Tapi sekarang dibatalkan karena virus corona,” keluh Heni.
Kini Heni dan kawan-kawan mengintensifkan komunikasi lewat media sosial.
Lebih jauh Heni mengucapkan terima kasih atas kiriman 4.000 masker dari Bupati Tulungagung.
Namun jumlah itu jauh dari idial, mengingat ada ribuan pekerja migran asal Tulungagung di Hongkong.
“Mungkin dapatnya tiga lembar per orang. Mumet (pusing) baginya, masa tiga lembar untuk satu minggu,” pungkasnya.
(Kompas.com/Iwan Bahagia/Surya/David Yohanes
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KKP Kelas I Medan: 83 Orang Suspect Virus Corona Diobservasi di Sumut, Semua Sehat", dan di surya.co.id dengan judul Diduga kena Virus Corona Pulang dari Korsel, Pria Kediri Ini Demam Tinggi, Kondisi Sekarang?