Terkini Nasional

Di ILC, Rizal Ramli Bongkar Jual Beli Jabatan Pemerintah: Mereka Nyolong Rame-rame Partai-partai Ini

Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekonom Senior Rizal Ramli dalam acara indonesia lawyers club, Selasa (11/2/2020)

TRIBUNWOW.COM - Ekonom Senior Rizal Ramli menjelaskan apa yang menyebabkan perekonomian di Indonesia tidak bisa berkembang dan terus maju.

Ia mengatakan pusat permasalahannya ada di sistem money politics (politik uang) yang mengakibatkan orang-orang bagus tidak bisa masuk ke tubuh pemerintahan.

Rizal Ramli juga menyindir partai-partai politik yang dikelola bagai perusahaan keluarga.

Ditanya soal Puji Kinerja Jokowi, Rocky Gerung: Itu Enggak Mungkin Terjadi

Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (11/2/2020), Rizal Ramli menyebut, tidak semua orang yang bergabung dengan Parpol, memiliki kesempatan untuk menjadi Ketua Umum (Ketum).

"Yang menghancurkan ini (kesempatan Indonesia menjadi negara baik) semua adalah money politics," kata Rizal Ramli.

"Akibat money politics, pemilihan," tambahnya.

Ia kemudian pernah bercerita bagaimana sistem politik di Indonesia berbeda jauh dengan di negara-negara lain.

Rizal Ramli menceritakan pengalamannya bertanya kepada Perdana Menteri Belanda, berapa uang yang dikeluarkannya untuk mendapatkan posisi jabatan perdana menteri.

Merasa tersinggung, PM Belanda itu mengatakan hal yang dijualnya adalah ide, bukan uang.

Rizal Ramli lanjut membandingkan kejadian tersebut dengan realita yang terjadi di Indonesia.

Di Indonesia menurut penjelasan Rizal Ramli, diperlukan banyak uang untuk menempati posisi-posisi tertentu.

"Padahal mau jadi Bupati di Indonesia paling enggak Rp 10 miliar sampai Rp 50 miliar, mau jadi gubernur berapa sampai berapa," paparnya.

"The whole system (sistem keseluruhan), the mother of corruption (induk korupsi) di Indonesia itu is money politics," tambah Rizal Ramli.

Membela Diri di Hadapan Gerindra soal Penggerebekan PSK, Andre Rosiade Bawa Bukti 10 Rangkap

Sindir PDIP, Gerindra, Demokrat

Pria yang pernah menjabat sebagai menteri di beberapa bidang itu mengatakan sudah saatnya partai politik di Indonesia dibiayai oleh pemerintah untuk mengakhiri praktik politik uang.

"Oleh karena itu, menurut saya sudah waktunya, partai-partai politik kita dibiayain saja oleh negara, seperti di Eropa, Australia, New Zealand," katanya.

Ia mengatakan untuk pembiayaan Parpol bisa menghabiskan pemerintah Rp 6 triliun per tahun.

Menurutnya hal tersebut lebih baik ketimbang Parpol memainkan politik uang dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar.

"Perlu Rp 6 triliun satu tahun."

"Mereka nyolong ramai-ramai partai-partai ini, estimate saya Rp 50 triliun sampai Rp 70 triliun satu tahun," tambah Rizal Ramli.

"Kita hentikan, kita ubah criminal democracy (demokrasi kriminal) ini, jadi democracy yang amanah, yang good governance, sehingga orang-orang baik, orang-orang bagus bisa masuk ke dalam sistem."

Rizal Ramli menegaskan selama Indonesia masih marak praktik politik uang, Indonesia tidak akan bisa maju.

Disebut Sudjiwo Tedjo Keteteran Jadi Menteri dan Lebih Baik Mundur, Erick Thohir Tertawa

"Selama kita money politics mendominasi politik Indonesia, enggak usah mimpi yang aneh-aneh, survive (bertahan) saja sudah lumayan," katanya.

Ia juga menyindir beberapa partai politik yang petingginya hanya diisi oleh orang yang itu-itu saja, seperti PDI, Gerindra, dan Demokrat.

Rizal Ramli menginginkan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dalam sebuah partai politik.

"Jadi kita perlu segera ubah sistem pembiayaan partai politik kita, tapi tidak bisa hanya dibiayai negara."

"Sementara partai politik dikelola bagaikan perusahaan keluarga, mana bisa kita teriak demokrasi, partai politiknya tidak di-run (dijalankan) dengan demokrasi," jelasnya.

Daftar 5 Menteri Layak Direshuffle Versi Survei Indonesia Political Opinion, Ada Nadiem Makarim

Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-5.55:

Rizal Ramli Sindir Kualitas Kabinet Jokowi

Sebelumnya, Rizal Ramli sempat membandingkan soal Kabinet Indonesia Kerja dan Kabinet Indonesia Maju.

Menurut Rizal Ramli, terkait penunjukan orang-orang yang duduk di kursi kabinet, Jokowi telah mematahkan apa yang ia cita-citakan sendiri.

Dilansir TribunWow.com dari tayangan YouTube Macan Idealis, Selasa (26/11/2019), Rizal Ramli mulanya menyinggung soal kehebohan yang ditimbulkan oleh menteri kabinet jilid 2. 

"Jadi ini memang aneh, istilahnya biasanya presiden baru, kabinet baru kan ada honeymoon lah, enam bulan gitu," kata Rizal Ramli.

"Tapi saya monitor seminggu aja udah heboh, iya kan," sambungnya.

Lantas, Rizal Ramli menyinggung soal kabinet Jokowi jilid 1. 

"Kenapa bisa terjadi demikian? Kalau kita lihat kabinet pertama Pak Jokowi, cita-citanya bagus, misinya bagus, tapi begitu pemilihan personel dia pilih personel yang berbeda dengan cita-cita itu," kata Rizal Ramli.

Rizal Ramli juga menyebut Jokowi memilih menteri yang berbanding terbalik dengan cita-citanya.

"Misalnya cita-citanya untuk Nawacita, Trisakti, begitu dia pilih menteri kabinet pertama, dia pilih yang sebaliknya, iya kan," jelas Rizal Ramli.

Ia pun menyinggung nama Mantan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita.

"Demikian juga cita-cita untuk mengurangi impor supaya swasembada pangan, begitu dia pilih, dia pilih menteri Enggar yang raja impor," ungkapnya.

"Ya jadi akhirnya Pak Jokowi mematahkan sendiri apa yang dia udah cita-citakan."

Lantas, Rizal Ramli mulanya mengaku maklum pada periode pertama Jokowi salah memilih menteri.

"Nah, jadi akan inkonsistensi antara cita-cita, misi, dengan strategi dan pemilihan personalia," jelas Rizal Ramli.

"Nah, pada waktu kabinet pertama, saya maklum karena dia orang baru, dari Solo, enggak kenal orang, banyak titipan lah dari yang kuasa-kuasa di sampingnya."

Menurut Rizal Ramli, kegagalan kabinet Jokowi jilid 1 disebabkan karena ketidaksesuaian antara visi misi presiden dengan menteri yang dipilih.

"Nah, saya berharap yang kedua dia belajar, ternyata kegagalan dia atau ketidakberhasilan di beberapa program utama karena tidak ada konsistensi antara visi, strategi, dan pemilihan personalia," ucapnya.

Namun, kesalahan Jokowi memilih menteri kembali terjadi di kabinet jilid 2.

"Tapi ternyata terulang lagi karena banyak yang cuma buat hadiah, jilid dua ini," kata Rizal Ramli.

Ia pun menyinggung sejumlah menteri yang memiliki kedekatan dengan Jokowi.

"Hadiah pada Hary Tanoe dikasih anaknya (jadi wakil menteri), hadiah buat Wishnutama karena bawa standman dari Korea waktu Asian Games, orang-orang yang sebetulnya kemampuannya sangat terbatas," jelas Rizal Ramli.

Bicara Keadilan, Sujiwo Tejo Soroti Arloji Erick Thohir di ILC: Jauh Banget, Gimana Persamaan Nasib?

Ia pun menyinggung pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama.

"Sehingga menteri pariwisatanya bilang mau bilang wisata muslim di Bali, ya marah orang Bali," ungkapnya.

"Ngada-ngada aja, kalau mau bikin di lokasi baru lah, di Lombok apa di mana gitu."

Lantas, Rizal Ramli menanyakan tentang keberlangsungan kabinet jilid 2 Jokowi ini.

"Akibatnya, timbul pertanyaan ini mau sampai mana kabinet kayak begini kalau caranya kayak gini?," tanya Rizal Ramli.

Simak video berikut ini menit ke-10.25:

(TribunWow.com/Anung Malik/Jayanti Tri Utami)