TRIBUNWOW.COM - Virus Corona diduga bermutasi dari hewan liar seperti kelelawar dan ular yang kerap menjadi kuliner ekstrem.
Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak membuat pasar kuliner ekstrem di Tomohon, Sulawesi Utara berhenti beroperasi.
Sejumlah warga bahkan membantah bahwa Virus Corona dapat menjangkit hanya dengan memakan kuliner ekstrem.
• Berbagai Negara Evakuasi Warganya di Wuhan karena Virus Corona, Bagaimana dengan Indonesia?
Dilansir TribunWow.com dari tayangan tvOne, Selasa (28/1/2020), Pasar Tomohon menjadi sorotan karena serupa dengan pasar kuliner ekstrem di Wuhan, China yang menjadi lokasi awal virus itu mewabah.
Menurut warga Tomohon, kuliner daging ekstrem sudah menjadi makanan sehari-hari selama bertahun-tahun.
Salah satu pedagang binatang di Pasar Tomohon, Stenly, menyebut dirinya sudah lama berjualan daging kelelawar.
"Yang konsumsi ini di Kota Tomohon banyak," kata Stenly.
Ia menjelaskan penikmat kuliner ekstrem datang dari berbagai wilayah, termasuk dari luar Tomohon.
"Kalau mau bilang virus, sudah puluhan tahun tidak pernah (ada kasus)," lanjut Stenly.
Senada dengan Stenly, seorang warga Tomohon yang juga mengkonsumsi kuliner ekstrem menyebutkan belum ada kasus Virus Corona.
"Kita di Tomohon ini belum ada yang terkena dengan Virus Corona," kata warga tersebut.
Ia menegaskan hal yang penting adalah menjaga kebersihan diri.
"Untuk pencegahan Virus Corona kita harus waspada, memang kita tetap harus waspada dan kita harus menjaga kebersihan, terutama kebersihan diri kita," tegasnya.
Menurut salah satu penikmat daging kelelawar, Jackson Latjandu, kuliner ekstrem adalah makanan sehari-hari warga Tomohon.
Jackson menyebutkan konsumsi daging ekstrem tersebut tidak berpengaruh pada kesehatannya.
"(Saya) memakan kelelawar, ular, tikus, kodok, kucing, babi hutan, anjing, kera, sejak lima tahun," kata Jackson Latjandu.
"Sekarang sudah 60 tahun masih tetap kuat, sehat," lanjutnya.
Jackson juga meragukan ular dan kelelawar menjadi penyebab merebaknya Virus Corona karena sampai saat ini belum ada penelitian ilmiahnya.
Diklaim Bersih
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, Henry Kaitjily, Pasar Tomohon cenderung bersih.
Daging hewan yang dijajakan pun merupakan hasil tangkapan segar hasil perburuan di hutan.
"Banyak yang dijual di sana adalah hasil tangkapan masyarakat lokal, mulai dari kelelawar hingga tikus sawah," kata Henry, dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/1/2020).
"Tikus yang dijual juga bukan tikus rumah. Hewan yang dijual juga bermacam-macam," lanjutnya.
Menurut Henry, hewan-hewan liar yang dijajakan bukan hasil penangkaran di dalam kandang.
Henry menyebutkan tidak semua hewan liar, termasuk kelelawar dijual setiap hari karena bergantung pada musim.
Menanggapi kemungkinan penyebaran Virus Corona, Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw mengimbau agar masyarakat selalu waspada.
"Kami imbau agar mereka tetap waspada. Kami juga semakin perketat keamanan sebelum wisatawan China masuk ke Sulut," kata Steven Kandouw.
Steven juga menyebutkan langkah pencegahan terutama dilakukan di pintu masuk bandara, bukan di pasar.
"Untuk pencegahan Virus Corona, ya, langkah kita adalah mencegahnya dari China dan bukan di pasar. Pintu masuk ke Sulut yang kita jaga," katanya.
Menurut Steven, beberapa warga Tomohon enggan menyantap kuliner daging ekstrem sejak muncul kabar Virus Corona berasal dari daging seperti kelelawar dan ular.
Meskipun demikian, ia menegaskan kelelawar sudah menjadi makanan sehari-hari dan belum pernah ada efek samping apapun.
"Orang-orang sini banyak yang sering makan kelelawar dan belum pernah ada kasus terkena penyakit," tegasnya.
Lihat videonya mulai dari awal:
Diduga dari Kebocoran Laboratorium Patogen di Wuhan
Pusat Pengendalian Penyakit di China memastikan wabah Virus Corona akibat satwa liar.
Namun, kini berkembang kabar bahwa Virus Corona muncul akibat bocornya Laboratorium yang mempelajari SARS dan Ebola di Wuhan seperti dikutip dari Daily Mail pada Senin (27/1/2020).
Laboratorium Keamanan Hayati Nasional Wuhan adalah satu-satunya laboratorium di China yang dirancang untuk mempelajari patogen paling berbahaya di dunia seperti SARS dan Ebola.
Labooratorium tersebut telah dibangung di Wuhan sejak 2017.
• Wuhan Seperti Kota Hantu karena Virus Corona, Inilah Video Warga Saling Ribut saat Cari Makanan
Menjelang 2018, rupanya para ahli dan ilmuwan biosafety Maryland Amerika Serikat pernah mengatakan bahwa virus bisa saja lolos dari laboratorium.
Para ilmuwan AS itu merasa khawatir lantaran pada 2004, Virus SARS bocor dari laboratorium Beijing.
Laboratorium Keamanan Hayati Nasional Wuhan berada 20 mil jauhnya dari Pasar Makanan Laut Huanan.
Akibat kabar tersebut, masyarakat jadi bertanya-tanya apakah memang ada kebocoran.
Sedangkan para ilmuwan di Pusat Pengendalian Penyakit di China menegaskan bahwa virus itu berasal dari hewan di pasar.
• Lokasi Awal Mula Virus Corona Ternyata Dekat Lab Virus Berbahaya di Wuhan, Apa Berkaitan?
Namun, Ahli Mikrobiologi dari Universitas Rutgers, Dr Richard Erbright mengatakan bahwa saat ini tidak ada alasan untuk mencurigai laboratorium dengan wabah yang telah menyebar.
"Tapi, 'pada titik ini tidak ada alasan untuk mencurigai' bahwa fasilitas (laboratorium) itu ada hubungannya dengan wabah," kata Richard.
Menurutnya diperlukan penelitian lebih lanjut terkait masalah tersebut.
"Di samping bertanggung jawab atas urutan genom penting yang memungkinkan dokter mendiagnosisnya," lanjut Richard.
Sementara itu, laboratorium yang berada di Intistut Virologi Wuhan itu didirikan dengan harapan bahwa China dapat membantu penelitian virus-virus paling bahaya di dunia.
Laboratorium itu disebut memiliki standar tingkat keamanan hayati-4 (BSL-4) atau tingkat biohazard tertinggi.
• Mahasiswa Indonesia Lakukan Vlog di Kesunyian Kota Wuhan China akibat Virus Corona: Evakuasi Kami
Sehingga, laboratorium tersebut diklaim sudah memenuhi syarat untuk menangani patogen paling berbahaya di dunia.
Kini, tercatat sudah ada 54 laborotarium BSL-4 yang tersebar di dunia.
(TribunWow.com/Brigitta Winasis/Mariah Gipty)