Kasus Novel Baswedan

Kompolnas Andrea Poeloengan Ungkap Dugaan di Balik Motif Dendam Pribadi Penyerang Novel Baswedan

Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Kompolnas Andrea Poeloengan mengungkap fakta yang memperkuat dugaan motif dendam pribadi di balik serangan terhadap Novel Baswedan

TRIBUNWOW.COM - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Andrea H. Poeloengan memberikan pandangannya terhadap kemungkinan motif yang mendasari pelaku menyiramkan air keras terhadap Penyidik Senior KPK Novel Baswedan.

Andrea menduga hal tersebut didasari oleh motif dendam pribadi.

Dikutip TribunWow.com, Andrea menjelaskan latar belakang pelaku yang berasal dari Brimob serta memiliki rasa korps yang besar, memungkinkan adanya rasa sakit hati atas tindakan Novel Baswedan.

Penyerang Novel Baswedan Teriak Pengkhianat, Dewi Tanjung: Pelaku Masih Punya Nurani

Mulanya Andrea menjelaskan hingga kini belum ada kepastian yang jelas soal mengapa Novel Baswedan diserang dan disiram dengan air keras.

"Terus terang sampai hari ini, kita semua di seluruh pembicaraan, di seluruh masyarakat masih berdasarkan asumsi," jelasnya di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Minggu (29/12/2019).

Ia juga menanggapi soal aksi pelaku penyerangan yang berteriak bahwa Novel Baswedan merupakan seorang pengkhianat.

Menurutnya hal tersebut masih perlu ditelusuri lebih lanjut, untuk mengetahui kepada siapa persisnya sebutan pengkhianat tersebut ditujukan.

"Artinya, kita hanya menerima fakta yang bersangkutan meneriakkan hal seperti itu," kata Andrea.

"Soal apakah itu pengkhianatnya seperti apa, apakah karena memang ditujukan kepada Pak Novel itu alasannya apa."

"Kita seharusnya menunggu dulu penyidikan," tambahnya.

Andrea kemudian membahas temuan-temuan dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel Baswedan.

"Akan tetapi saya merujuk kepada temuannya TGPF, itu ada 4," jelas Andrea.

"Pertama diserang karena pekerjaannya, kedua penggunaan kekuasaan yang berlebih, ketiga pelaku sakit hati, keempat diduga terkait 6 atau 7 kasus high profile," paparnya.

Berdasarkan temuan tersebut, Andrea menduga memang ada kemungkinan motif sakit hati atas penyerangan Novel Baswedan tersebut.

"Kalau lihat seperti itu hubungannya, mungkin juga karena bersangkutan sakit hati," ungkapnya.

Ia kemudian membahas latar belakang pelaku yang berasal dari anggota kepolisian.

"Kalau kita lihat dari sejarah penangkapannya, katanya penangkapan tersebut berkoordinasi dengan Kakor Brimob," kata Andrea.

Andrea mengatakan fakta pelaku yang berasal dari anggota kepolisian semakin memperkuat dugaan motif dendam pribadi.

Ia beralasan anggota Polri memiliki rasa persatuan yang kuat antar sesama anggotanya.

Kemudian karena pelaku merasa Novel Baswedan telah mencemari institusi Polri, timbul dendam yang berujung pada penyiraman air keras tersebut.

"Artinya yang bersangkutan adalah salah satu anggota pasukan yang ada di Brimob, yang mempunyai rasa memiliki korps yang sangat besar, korps terhadap Polri yang sangat besar," kata Andrea.

"Dan saya lihat bisa-bisa saja merasa mungkin ada institusinya disakiti dalam tanda petik."

"Kemudian dia berperilaku seperti itu," tambahnya.

Namun Andrea tidak ingin menyimpulkan, ia berharap agar publik tetap bersabar menunggu hasil akhir dari penggalian informasi yang sedang dilakukan oleh kepolisian.

"Akan tetapi kembali lagi, saya berharap agar semua pihak menunggu dulu rilisnya seperti apa," terangnya.

Andrea juga meminta masyarakat agar tidak khawatir soal pengusutan kasus Novel Baswedan.

Ia menjelaskan bagaimana Polri sudah sangat kooperatif dan transparan saat menyebut bahwa pelaku penyerangan berasal dari anggota Polri aktif.

"Ini sinyal bahwa Polri transparan," kata Andrea.

Tersangka Teriak Novel Baswedan Pengkhianat, Saor Siagian Prihatin, Beri Imbauan Ini kepada Polisi

Sebelumnya diberitakan Kompas.com, dua pelaku penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan dibawa ke Bareskrim Mabes Polri seusai dilakukan penyelidikan di Polda Metro Jaya.

Dua pelaku berinisial RB dan RM ini dikeluarkan dari ruang pemeriksaan Polda Metro Jaya pukul 14.26 WIB.

Keduanya mengenakan baju tahanan berwarna oranye dengan kedua tangan diikat.

Para pelaku dibawa oleh Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto ke mobil polisi.

Saat hendak digiring ke mobil polisi, salah satu pelaku berteriak bahwa ia tak suka dengan Novel Baswedan.

"Tolong dicatat, saya enggak suka sama Novel karena dia pengkhianat," ucap pelaku RB, di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2019).

Seusai mengucapkan kata-kata tersebut kedua pelaku langsung dinaikkan mobil tahanan dan dibawa oleh mobil polisi.

Pakar Ungkap Ekspresi Penyerang Novel Baswedan saat Teriak Pengkhianat: Belum di Level Maksimum

Lihat videonya di bawah ini mulai menit awal:

Alasan Dendam Tidak Logis

Pengacara Novel Baswedan, Saor Siagian menyebutkan alasan dendam pribadi yang disampaikan kedua pelaku penyerangan adalah tidak logis.

"Fakta hukum mengatakan selama ini 'kan dia diserang adalah karena faktor-faktor pekerjaannya. Yang kedua ini adalah dendam," kata Saor, dikutip dari KompasTV, Sabtu (28/12/2019).

Ia mempertanyakan alasan dendam seperti apa yang sampai membuat polisi seperti RB dan RM menyerang Novel.

"Tentu ini 'kan bukan menjadi fakta hukum. Dalam konteks dendam apa? Apakah seorang polisi kemudian diajari seperti ini kalau dendam, kemudian melakukan penyerangan dan mencederai orang lain?"

Saor mengatakan fakta bahwa penyerang adalah petugas kepolisian dapat membuat citra polisi menjadi buruk.

Maka dari itu, polisi harus menuntaskan kasus ini.

"Supaya oknum ini kemudian tidak mencederai kepolisian, ini tantangannya kepada Kapolri, kemudian Saudara Sigit, saudara Kabareskrim, untuk menuntaskannya," katanya.

Penyerang Novel Baswedan Ditangkap, Haris Azhar Duga Polri Hanya Ingin Senangkan Hati Presiden

"Sepertinya juga (ada) pernyataan Kapolri tadi saya dengar, bahwa ini tidak boleh berhenti hanya di sini dengan azas praduga tidak bersalah."

Sebelumnya Novel sudah mengungkapkan ada keterlibatan polisi bahkan jenderal dalam penyerangan dirinya.

Oleh karena itu, menurut Saor publik akan bertanya-tanya apabila kasus ini tidak diselesaikan.

"Ini kan juga kalau polisi tidak menuntut tuntas, 'kan tersisa kepada publik pertanyaan-pertanyaan yang sangat fundamental ini," katanya.

(TribunWow.com/Anung Malik/Jayanti Tri Utami)