TRIBUNWOW.COM - Pakar politik Hendri Satrio menjelaskan soal kemungkinan putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka untuk maju lewat PDIP.
Menurutnya sangat besar kemungkinan PDIP jadi mengusung Gibran, hal tersebut didasari oleh banyak hal dalam diri Gibran yang dibutuhkan oleh PDIP.
Dikutip TribunWow.com, potensi utama Gibran yang penting bagi PDIP adalah sosok milennial yang mampu meneruskan perjuangan PDIP.
• Rico Marbun Jelaskan 3 Alasan Orang Pilih Gibran, Ungkit Kasus Kegagalan AHY dan Kemenangan Jokowi
Awalnya Hendri menjelaskan soal modal politik yang dimiliki oleh Gibran dan menantu Jokowi, Bobby Nasution.
Ia mengatakan modal yang paling besar bagi mereka adalah sosok Jokowi yang saat ini tengah menjabat sebagai Presiden RI.
"Modal politik yang dimiliki oleh Gibran dan Bobby ini sangat besar," kata Hendri di acara 'KABAR PETANG' kanal Youtube tvOneNews, Rabu (18/12/2019).
"Apa modal politiknya? Joko Widodo, itu tidak bisa dipungkiri."
"Dan modal politik ini tinggal dipoles lagi dengan modal-modal yang lain atau dukungan-dukungan yang dimiliki oleh Gibran dan Bobby nantinya," tambahnya.
Kemudian Hendri membicarakan soal peluang Gibran maju ke Pilkada 2020 melalui PDIP.
Potensi Gibran diusung PDIP menurut Hendri sangat besar.
"Khusus Mas Gibran misalnya, misalnya dia dapat rekomendasi dari PDI Perjuangan, maka hampir pasti dia menang, karena Solo ini kandangnya PDI Perjuangan," kata Hendri.
"Akankah dia mendapat rekomendasi? Kalau menurut saya rekomendasi ini akan ditentukan akhirnya oleh Megawati Soekarnoputri."
"Maka rekomendasi untuk Gibran walaupun ini lokal akan menyertakan isu-isu nasional sebagai pertimbangan."
"Prediksi saya kemungkinan besar Mas Gibran akan mendapatkan tiket untuk Solo."
"Bila demikian maka akan mudah jalannya Gibran," imbuhnya.
Berdasarkan penjelasan Hendri, ada hal dalam diri Gibran yang dibutuhkan oleh PDIP.
"PDI Perjuangan sendiri butuh regenerasi anak-anak milennial, butuh regenerasi anak-anak muda yang bisa tampil," kata Hendri.
Dibandingkan Achmad Purnomo, sosok Gibran di PDIP menurut Hendri akan memiliki posisi yang lebih kuat.
Ia mengatakan PDIP akan memajukan Gibran tidak hanya di level Solo, namun juga nanti di level Jawa Tengah, dan akhirnya maju ke level nasional.
"Dengan segala hormat, dengan kapasitas Pak Purnomo saat ini memang dia luar biasa, tapi memang termasuk generasi senior di Kota Solo," ujar Hendri.
"Sosok Gibran bisa dipupuk oleh PDI Perjuangan, bukan hanya nanti di Solo, tapi juga untuk Jawa Tengah, dan untuk level nasional."
"Seiring berjalannya waktu, rekomendasi PDI Perjuangan akan menentukan," tambahnya.
• Arief Poyuono Sebut Alasan Gerindra Dukung Gibran dan Bobby: Bukan Lagi Anak Papi atau Anak Mami
Hasil survei Gibran tergolong baik
Kemudian Hendri membicarakan soal hasil survei median yang mengatakan popularitas Gibran berada di bawah Achmad Purnomo.
Menurutnya justru angka 24 persen yang diperoleh Gibran adalah angka yang termasuk baik sebagai sosok yang baru saja muncul dan terjun di dunia politik Indonesia.
"Angka 45 persen untuk petahana tidak terlalu baik, dan untuk sosok Gibran di angka 24 persen, sudah modal yang luar biasa, sebagai sosok yang baru muncul, baru pengumuman," papar Hendri.
"Maka saya katakan modal sosialnya ini besar," tambahnya.
• Pilkada Solo: Rico Marbun sebut Gibran Rakabuming Harus Bisa Yakinkan Publik terkait Kompetensinya
Politik dinasti?
Soal langkah Gibran dan Bobby yang dikaitkan sebagai politik dinasti, Hendri menyebut di lapangan sudah banyak kasus serupa terjadi.
"Apakah ini dinasti politik atau bukan? sebetulnya kalau di level-level (tingkat) daerah banyak case-nya (kasus)," kata Hendri.
"Ayahanda jadi gubernur, kemudian anandanya maju sebagai Bupati, kemudian ada satu keluraga yang turun-temurun menguasai suatu daerah."
Hanya saja yang membuat kasus Gibran menjadi sorotan adalah karena kasus anak presiden terjun ke dunia politik baru-baru saja terjadi.
"Karena casenya baru, baru saja ada presiden anaknya masuk," lanjut Hendri.
Hendir mengatakan praktik politik dinasti bisa dicegah dengan dua cara.
"Bisa enggak dinasti politik ini dicegah? bisa, menurut saya ada dua caranya," terangnya.
Cara pertama adalah adanya tindakan dari pejabat yang berkuasa, lalu kedua tidak dipilih oleh rakat.
"Pertama, pejabat yang sedang menjabat melarang kerabatnya untuk maju," tutur Hendri.
"Kedua, tidak dipilih rakyat," imbuhnya.
Ia menduga Gibran sepertinya belajar dari kasus AHY yang gagal di kompetisi pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Belajar dari situ, Gibran menurut Hendri memanfaatkan momentum ayahnya yang masih menjabat sebagai presiden untuk maju ke Pilkada 2020.
"Tapi kalau demikian, kalau casenya Gibran, Gibran juga belajar dari Mas AHY, makannya momentum politiknya dimaksimalkan," kata Hendri.
• Gibran dan Bobby Maju Pilkada 2020, Analis Politik: Kompetisi Tak Seimbang
Video dapat dilihat di menit 6.30
(TribunWow.com/Anung Malik)