Pilkada Serentak 2020

Pipin Sopian Ungkap Potensi Nepotisme Gibran Maju di Pilkada, PDIP: Jangan seolah-olah di PKS Tidak

Penulis: Laila N
Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politisi PDIP Deddy Sitorus dan Ketua DPP PKS Pipin Sopian saat membahas soal politik dinasti di Pilkada 2020, termasuk pencalonan Gibran Rakabuming Raka.

TRIBUNWOW.COM - Politisi PDIP Deddy Sitorus tampak berdebat dengan Ketua DPP PKS Pipin Sopian terkait Pilkada 2020.

Dilansir TribunWow.com dari tayangan Sapa Indonesia Malam KompasTV, Minggu (8/12/2019), Pipin mengungkapkan kekhawatiran soal nepotisme dan politik dinasti dalam Pilkada 2020.

Hal tersebut lantaran majunya putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020.

 

Maju Pilkada 2020, Gibran Rakabuming Mengaku Ingin Berikan Sumbangsih untuk Solo

Serta menantu Jokowi Bobby Nasution dalam Pilkada Medan 2020.

"Ini kewaspadaan di antara kita, banyak judul-judulnya was-was nepotisme," ungkapnya.

"Jadi semua orang harus berpikir bahwa ketika politisi, presiden, kemudian anaknya nyalon, potensi nepotisme itu sangat besar," sambungnya.

Sebagai politisi, Pipin mengaku melihat apakah majunya Gibran di Pilkada 2020 menguntungkan masyarakat atau tidak.

"Saya sebagai partai politik, partai oposisi, selalu melihat ini lebih dekat, apakah ini menguntungkan masyarakat atau tidak," ucapnya.

"Apakah ini baik untuk masa depan demokrasi ke depan, misalnya, ketika contoh nepotisme, dinasti politik, itu dincontohkan dari era ke era."

Potensi Nepotisme Gibran

Menanggapi hal itu, pembawa acara kemudian menanyakan apakah tidak melihat Gibran maju sebagai kalangan milenial, seperti yang lainnya.

Dan hanya kebetulan saja Gibran anak presiden.

"Kalau misalnya beliau bukan anak presiden kira-kira sekarang jadi perbincangan atau tidak?," jawab Pipin.

"Saya kira tidak, saya termasuk yang setuju kalau misal anak-anak muda saat ini maju menjadi anggota dewan, kemudian menjadi kepala daerah."

Pipin lantas mengungkap kekhawatiran soal kemungkinan penggunaan APBN atau APBD oleh Gibran dalam kampanye.

"Tetapi ketika dia memiliki akses kekuasaan begitu mudah, kalau misalnya itu dibuka dan kemudian banyak sponsor dan sebagainya masuk," ucapnya.

"Dan kemudian ketika kampanye nanti APBN, APBD digunakan untuk memenangkannya, itu sebetulnya yang kita khawatirkan."

Oleh karena itu, Pipin menyebut politik dinasti sangatlah berbahaya, terlebih bagi yang memiliki kekuasaan.

"Jadi dinasti politik, politik dinasti, nepotisme ini sangat berbahaya, bisa apatisme terhadap kelompok milenial akan semakin tinggi."

"Karena mereka tidak punya harapan di politik, karena di politik akses-aksesnya sudah ditutup pintunya, oleh siapa?"

"Oleh elite-elite partai politik yang sudah punya anaknya," sambungnya.

PDIP Pastikan Nepotisme Tak Terjadi

Mendengar hal itu, Deddy Sitorus langsung menyela.

Pastikan Maju di Pilkada Solo 2020 Lewat DPD PDIP Jateng, Gibran: Hari Terakhir

"Saya kira itu tidak akan terjadi di PDI Perjuangan," potongnya.

"Ambil contoh saja Presiden Jokowi, ketika dia menjadi wali kota Solo, siapa sih Pak Jokowi? Tukang Mebel."

"Nepotisme? Dinasti? Lalu kemudian dia diangkat disuruh berjuang," imbuhnya yang tak selesai karena dipotong Pipin.

"Tapi sekarang presiden, bukan lagi tukang mebel, presiden yang punya akses ke mana-mana" sela Pipin.

"Loh bukan, lalu karena dia anak presiden, lalu jangan dong!," sahut Deddy memberikan balasan.

"Memang negara ini tidak punya hukum?"

"Memang nanti tidak ada kompetitor yang nanti mengawasi, tidak ada media, LSM, KPU, Panwas?"

"Come on, zaman sekarang siapa sih yang bisa dengan mudah melakukan itu," sambung Deddy.

Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution Daftar Cawalkot, PDIP Bantah Kritikan Nepotisme

 

Politisi PDIP Deddy Sitorus (dua dari kanan) tampak berdebat dengan Ketua DPP PKS Pipin Sopian (kiri) terkait pencalonan Gibran di Pilkada 2020. (YouTube/KompasTV)

Pipin Singgung Sembako hingga Uang

Mendengar bantahan Deddy, Pipin lantas menyebut banyak praktik nepotisme yang tidak terendus.

"Dan banyak yang tidak terendus, banyak invisible hand yang terjadi di setiap pilkada," ujar Pipin.

"Banyak tiba-tiba datang, apa, sembako ke rumah-rumah, uang masuk begitu."

"Karena apa? Karena dia punya resource (sumber) yang begitu besar."

"Karena sponsor, pengusaha, dekat dengan presiden, mau menyumbangkan kepada anaknya," imbuhnya.

Deddy pun langsung balik memotong pernyataan Pipin.

Menurut Deddy, sebaiknya Pipin tidak berbicara seolah-olah partainya yang paling bersih.

"Tapi jangan seolah-olah itu tidak terjadi di PKS gitu loh," ucap Deddy disambut tawa presenter dan narasumber lain.

"Seolah-olah itu jauh dari PKS, saya bisa tunjukkan buktinya," tambahnya sembari menggeser posisi duduk dan tertawa.

Menanggapi hal itu, Pipin menyebut bahwa Deddy tidak berpikir ideal.

"Bang Deddy ini sangat berpikir kasuistis, kita harus berpikir ideal," kata Pipin.

"Kalau kita berpikir ideal, kita percaya pada proses hukum, kita percaya pada lembaga-lembaga negara," balas Deddy.

"Jangan asal ngomong, karena kalau bicara soal sembako, apa itu, bukan previllage partai di luar PKS."

"Di PKS itu pun terjadi, gitu loh," imbuh Deddy.

"Anda punya bukti?," tanya pembawa acara.

"Loh bukan soal bukti, tadi dia yang bilang, tanya di mana dong buktinya," jawab Deddy.

Menantu Jokowi Maju di Pilkada 2020, M Qodari Sebut Jalan Bobby Lebih Terjal daripada Gibran

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini mulai menit ke-2.08:

(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)