Kabar Tokoh

Penjelasan Seto Mulyadi soal Usulan pada Mendikbud Nadiem Makarim terkait Sekolah Tiga Hari

Penulis: Fransisca Krisdianutami Mawaski
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seto Mulyadi

TRIBUNWOW.COM - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto meluruskan soal usulan pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim tentang sekolah tiga hari yang menjadi perbincangan publik.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (6/12/2019), Kak Seto menyatakan hal tersebut dapat menjadi pilihan.

"Ini ada salah persepsi, intinya begini, kita mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional," kata Kak Seto.

Kak Seto Usul Sekolah Cukup 3 Hari ke Nadiem Makarim, Bandingkan dengan Sekolah Internasional

Undang-undang tersebut berisi tentang tiga jenis jalur pendidikan di Indonesia, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Untuk pendidikan nonformal terdiri dari kursus dan juga homeschooling, pembelajaran homeschooling sendiri dipecah menjadi tiga, yaitu tunggal, majemuk, dan juga komunitas.

Mekanisme homeschooling tunggal adalah pembelajaran informal yang dilakukan sendiri dengan keluarga.

Untuk homeschooling majemuk terdiri dari dua hingga tiga keluarga yang berkumpul jadi satu.

"Dan homeschooling komunitas yaitu datang ke sekolah cuma sifatnya nonformal, jadi seminggu bisa tiga kali atau empat kali, per hari juga tidak harus enam jam, bisa tiga jam," terang Kak Seto.

Kak Seto kemudian mengatakan sejumlah anak yang tidak merasa cocok dengan pembelajaran formal, karena waktunya sampai sore.

UU No 20 Tahun 2003 pasal 26 dan 27 dengan tegas menyatakan bahwa jalur pendidikan informal maupun nonformal, diakui setara dengan hasil pendidikan formal pada saat siswa sudah mengikuti evaluasi sesuai dengan standar nasional pendidikan.

"Nah, evaluasi itu juga termasuk UN tapi lengkapnya UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan atau populernya ujian paket, paket A untuk SD, paket B untuk SMP dan paket C untuk SMA," kata Kak Seto.

Perbedaan sekolah formal dan nonformal

Ia kemudian mengemukakan perbedaan antara pola belajar yang diikuti para siswa yang mengikuti sekolah formal dan nonformal.

"Akhirnya kami bandingkan bahwa mereka yang sekolah 3 kali seminggu, sehari hanya 3 jam itu ternyata efektif sekali dan banyak anak-anak yang berprestasi, baik saat sekolah, ada yang dapat juara olimpiade matematika, dan lain sebagainya,"

Kak Seto pun menyayangkan sikap yang diambil sebagian masyarakat yang meributkan usulannya.

"Ini yang salah kaprah jadi seolah-olah semua harus 3 kali seminggu, enggak, ini akhirnya banyak yang ribut juga, banyak yang marah-marah, itu karena pada belum tahu apa yang sebenarnya saya ungkapkan," jelas Kak Seto.

Indonesia Krisis Literasi, Ini Kata Mendikbud Nadiem Makarim

Usulan Seto Mulyadi

Diberitakan sebelumnya, Seto Mulyadi mengusulkan pada Mendikbud Nadiem Makarim untuk membuat aturan tiga hari sekolah pada kurikulum baru nanti.

Dilansir oleh Kompas.com, Rabu (4/12/2019), usulan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia itu pun sudah ia uji coba di  sekolah nonformal miliknya di Tangerang Selatan.

"Nah kami sudah membuat percobaan sekolah selama 13 tahun ini. Sekolah seminggu hanya tiga kali. Per hari hanya tiga jam. Tapi lulusannya yang masuk Kedokteran ada di UI, Gajah Mada, dan Undip. Kemudian USU dan Unhas. ITB IPB ada," kata Kak Seto di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019).

Terkait usulannya memotong jam pelajaran sekolah, Kak Seto menilai anak-anak tak hanya berprestasi di bidang akademis.

Siswa-siswa binaannya pun  banyak yang jadi pengusaha hingga atlet yang sudah berlaga di kancah Internasional.

"Ada yang tuna rungu, putranya Mbak Dewi Yull lulus diundang ratu Elizabeth di London karena mampu memotivasi sesama tuna rungu," ujar Kak Seto.

Merasa Terkekang

Kak Seto menilai saat ini para siswa merasa terkekang saat di sekolah, sehingga ketika tidak ada pembelajaran di kelas maka siswa-siswa itu akan merasa senang.

"Begitu tanya, anak-anak senang enggak sekolah di sini?, Seneng banget pak. Itu yang penting. Kalau zaman now begitu dengar, anak-anak hari ini guru mau rapat. Horeee bebas dari penjara rasanya," tutur Kak Seto.

Menurut Kak Seto, anak-anak akan bisa meluangkan waktu dengan keluarga dan mengembangkan bakat minat mereka apabila waktu belajar di sekolah berkurang.

Sehingga anak-anak tersebut tidak menjadi "robot" yang hanya bisa menerima pelajaran tanpa bisa mengembangkan bakatnya.

Ia berharap usulan ini dapat dipertimbangkan oleh Nadiem Makarim dalam merancang kurikulum baru kelak.

"Nah ini yang saya harapkan idenya Mas Menteri baru. Pokoknya gaya (kurikulum) milenial," pungkas Kak Seto.

(TribunWow.com/Fransisca Mawaski)