TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyindir cacat sistem anggaran.
Anies Baswedan menyebut tidak seharusnya data yang sekian banyak diperiksa satu-satu secara manual.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Deddy Corbuzier, Rabu (13/11/2019), Mulanya Anies Baswedan heran soal cacatnya sistem aplikasi anggaran yang tidak kunjung diperbaiki sedari dulu.
"Kalau ini kejadian setiap tahun kenapa enggak diberesin dari dulu-dulu," kata Anies Baswedan.
Anies Baswedan mengatakan kemunculan angka-angka janggal selalu muncul tiap tahun.
"Kan ini kejadian tiap tahun," jelas Anies Baswedan.
Gubernur DKI Jakarta itu menemukan celah pada sistem itu pada 2018.
"Saya menemukannya tahun lalu," kata Anies Baswedan.
Kemudian Anies Baswedan memberikan contoh kenapa bisa muncul angka Rp 82 miliar di lem Aibon.
Anies Baswedan mengibaratkan dengan perencanaan konser.
"Saya kasih contoh, kita misalnya mau bikin konser 1 tahun. Sebutlah kita bikin konser 6 kali terus diputuskan angkanya Rp 6 miliar," jelas Anies Baswedan.
Anies Baswedan menjelaskan angka Rp 6 miliar itu baru direncanakan belum disetujui.
"Ini baru rencana, belum disetujui bahwa akan konser 6 kali belum disetujui ongkosnya Rp 6 miliar," terang Anies Baswedan.
"Tapi udah ditetapin pagunya, kalau 6 kali, Rp 6 miliar, berarti 1 konser Rp 1 miliar" tambahnya.
Anies menekankan pada fase tersebut belum adanya kesepakatan.
"Di fase itu, belum disepakati belum dibahas," katanya.
Lalu setelah ada dana sebesar Rp 1 miliar tersebut, harus ditentukan komponen-komponen apa yang akan dibeli dengan uang sebesar itu.
"Orang-orang di DKI ini harus menterjemahkan dalam bentuk komponen," kata Anies Baswedan.
"Satu panggungnya berapa, speaker-nya berapa, micropohone-nya berapa, kursinya berapa, semua detail," tambahnya.
• Di ILC, Politisi PSI William Aditya Desak Anies Baswedan Unggah RAPBD, Karni Ilyas Beri Interupsi
Anies mengatakan ketika menjabarkan komponen tersebut juga belum dipastikan secara tetap.
"Di saat ini belum diputusin, ini yang sering jadi masalah," kata Anies Baswedan.
Anies kemudian mengatakan yang menjadi permasalahan adalah ketika orang yang menginput data malas menjabarkan komponen, maka dimasukanlah data sementara dengan jumlah yang tak masuk akal.
"Karena butuh Rp 6 miliar sekarang masukin sewa kursi dulu saja Rp 6 miliar," jelas Anies Baswedan.
"Supaya Rp 6 miliarnya aman," imbuhnya.
Anies Baswedan menjelaskan saat penyusunan tersebut ada berbagai macam tipe orang yang mengerjakan.
Menurutnya yang bermasalah adalah ketika orang yang menginput tidak menjabarkan komponen kegiatan tersebut.
"Banyak yang ngerjain lengkap, ada yang enggak," terang Anies Baswedan.
"Ada orang yang ngerjainnya benar dikerjain semuanya, itu tidak masalah" tambahnya.
"Tapi kalau yang begini (tidak menjabarkan komponen) cukup 1 biji aja jadi masalah," imbuhnya.
Anies Baswedan menjelaskan dari banyaknya data item yang diinput, kesalahan hanya berkisar 10-15 item.
"Kalau kita bicara proporsi dari 39.000 ketemunya paling 10-15 biji yang kayak gini," jelas Anies Baswedan.
Anies Baswedan menyayangkan yang menjadi perhatian hanya sebagian kecil item tersebut.
"Tapi kita enggak ngomong yang 39.000 kan," kata Anies Baswedan.
• Djarot dan Taufiqurrahman Debat Seru di ILC, Karni Ilyas: Kita Diskusi tentang Anies, Bukan Ahok
Anies Baswedan kemudian menyindir betapa tidak efektifnya ketika item sebanyak itu disisir secara manual.
"Ini yang kemarin sering disebut, dari seluruh item 39.000 itu dilihat satu-satu pakai mata," jelas Anies Baswedan.
"Diperiksa satu-satu pakai mata," tambahnya.
Ia menekankan bagaimana pemeriksaan secara manual tersebut tidak mungkin menyisir sekian banyak data item.
"Item yang banyak itu data entry-nya digital, tapi sesudah masuk diperiksain satu-satu, ada enggak yang aneh?" jelas Anies Baswedan.
Begitu ia menemukan celah tersebut, dirinya segera menyadari tidak bisa terus melakukan pemeriksaan secara manual.
"Ini yang saya bilang, tahun lalu ketika saya ketemu masalah begini, ini enggak bisa begini," tutur Anies Baswedan.
Video dapat dilihat menit 4.35
Ketua TGUPP DKI Amien Subekti Ungkap Penyebab Munculnya Lem Aibon Rp 82 Miliar
Ketua TGUPP DKI Jakarta Amien Subekti sependapat dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal munculnya angka tak masuk akal di proses perencanaan APBD DKI 2020.
Amien menjelaskan munculnya angka tak masuk akal itu berasal dari kesalahan sistem e-budgeting itu sendiri.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, Selasa (12/11/2019), Amien menyampaikan dua hal terkait kejanggalan anggaran.
Mulanya, Amien Subekti mengatakan proses anggaran sedang berjalan.
"Satu kalau dari sisi substansi isu sebenarnya sangat clear, ini proses yang sedang berjalan, dari sisi proses," jelas Amien.
Kemudian Amien membahas bahwa memang diperlukan beberapa perbaikan untuk sistem anggaran.
"Yang kedua memang diakui, tidak diakui ada beberapa hal yang terkait dengan sistem yang perlu di-improve," kata Amien.
Amin mengatakan hal tersebut karena sistem anggaran saat ini memungkinkan angka-angka tak masuk akal untuk masuk ke dalam sistem.
"Bahwa di anggaran itu memungkinkan masuknya anggaran-anggaran seperti Rp 82 miliar Aica Aibon," tambahnya.
Amien kembali menyalahkan sistem anggaran itu sendiri.
"Itu sama dengan the system itself, the e budgeting in itself disitu ada kelemahan," jelas Amien.
Ia mengatakan seharusnya kesalahan anggaran tidak dapat masuk ke sistem.
"Harusnya tidak terjadi hal seperti itu," kata Amien
Ketua TGUPP DKI Jakarta tersebut menegaskan bahwa sistem saat ini memang perlu untuk diperbaiki.
"Bahwa itu memang ada hal-hal yang harus kita perbaiki, harus kita update," terang Amien.
• ILC Bahas Anies Baswedan, Politisi PSI William Protes soal Pilihan Judul, Karni Ilyas Beri Pembelaan
Setelah itu, sebelum terjadi kehebohan seperti yang terjadi akhir-akhir ini saat PSI membongkar data kejanggalan anggaran.
Amien mengatakan Anies Baswedan telah melakukan penyisiran dan mengkoreksi.
"Dan Pak Anies sendiri sudah melakukan, sudah memerintahkan sebelum ini ramai di media," katanya.
"Seminggu sebelum dan dua minggu sebelum, sudah ada penjelasan di depan SKPD bahwa ada sesuatu yang tidak proper," imbuhnya.
Amien kembali mengatakan kehebohan yang terjadi saat ini dikarenakan sistem anggaran itu sendiri memiliki kelemahan dan celah.
"Kira-kira seperti itu, kenapa kok sistem itu memungkinkan orang memasukkan dummy," kata Amien.
"Sistem itu sendiri sudah mengatakan adanya kelemahan," tambahnya.
Video dapat dilihat di awal:
(TribunWow.com/Anung Malik)