Terkini Nasional

Fahri Hamzah dan Anis Matta Dirikan Partai Gelora, PKS: Alhamdulillah Kami Kian Solid dan Kokoh

Penulis: Fransisca Krisdianutami Mawaski
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inisiator Partai Gelora Indonesia Anis Matta (kiri) dan Fahri Hamzah (kanan) memberikan keterangan usai perkenalan partai baru tersebut di Jakarta, Minggu (10/11/2019). Partai Gelora Indonesia yang akan diketuai oleh Anis Matta tersebut menargetkan deklarasi resmi Partai Gelora Indonesia akan berlangsung pada awal Bulan Januari 2020, usai merampungkan dokumen pendaftaran kepengurusan partai di Kementerian Hukum dan HAM. TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN PRATAMA

TRIBUNWOW.COM - Petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menanggapi kemunculan Partai Gelora yang diinisiasi mantan kadernya, Anis Matta dan Fahri Hamzah.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera seperti yang dilansir dari Tribunnews, Senin (11/11/2019).

Pihaknya mengaku mendoakan yang terbaik bagi mantan rekan separtainya itu.

Mengenal Partai Gelora, Partai Baru yang Diusung Fahri Hamzah, Didukung PKS dan NasDem

"Kita mendoakan yang baik bagi semua pihak yang berniat membangun negeri ini. Membangun partai itu adalah tujuan mulia," ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.

Ia juga mengatakan kemunculan Partai Gelora tak membuat partainya menjadi khawatir.

Justru sebaliknya, ia mengklaim PKS makin solid.

"Fokus membangun kekuatan kader. Pengalaman 20 tahun, alhamdulillah kami kian solid dan kokoh," tegas anggota DPR RI ini.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Partai Gelora lahir dari para mantan elite PKS.

Sebut saja Fahri Hamzah, Anis Matta, Mahfudz Siddiq, Rofi Munawar, dan Achmad Rilyadi.

Menurut Anis Matta, Partai Gelora lahir karena dipicu adanya konflik internal PKS

"Konflik di internal PKS memicu lebih cepat lahirnya atau keputusan untuk melahirkan satu partai baru," ujar Anis Matta seperti yang dikutip Tribunnews, Senin (11/11/2019).

Anis juga mengatakan, partai barunya ini tak terlalu memusingkan ideologi partai.

"Kita ingin menghentikan perdebatan, bahwa Islam dan Nasionalis ini sudah selesai," ujar Anis.

"Tapi untuk itu kita perlu membuka diri kita semuanya kepada seluruh komponen bangsa, dan mengajak seluruh komponen bangsa ini untuk terlibat," tuturnya.

Ia tak ingin Partai Gelora terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif, antara nasionalis atau agama.

Partai Gelora disebut Anis ingin menyatukan semua komponen bangsa.

Hal ini sesuai dengan semangat Partai Gelora dalam membangun integrasi Keindonesiaan.

"Jadi satu narasi besar yang diperlukan Indonesia adalah narasi yang mampu menyatukan seluruh komponen bangsa," ucap Anis.

Anis menilai dengan bersatunya para elite negara, maka negara akan memasuki masa baru.

"Menyatukan elitenya untuk sama-sama memasuki gelombang baru dalam sejarah kita itu. Itu idenya yang paling fundamental," tambahnya.

Meskipun mayoritas anggotanya berasal dari PKS, Anis mengatakan Partai Gelora berbeda dengan PKS.

"Sebenarnya perbedaan utamanya itu pada semangat integrasi ke-Indonesiaan. Saya merasakan bahwa 10 tahun pertama dari 1998-2009 kita mengalami pergulatan demokrasi yang luar biasa intensnya," ujar Anis.

"Tapi kemudian saya merasakan di tataran nasional ini ada krisis narasi,"

"Saya kira juga krisis kepemimpinan karena itu kita di PKS ketika itu, terutama saya dan teman-teman ini, mulai mengalami pergulatan memikirkan tentang narasi baru Indonesia, maka lahirlah Gelombang Ketiga itu," lanjutnya.

Ia juga tak menduga hasil dari pergulatan ini melahirkan partai baru.

"Kita baru memutuskan membentuk partai baru, setelah berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik di internal PKS itu tidak ada jalan lagi,"

Mulanya Anis mengatakan mereka berpikir akan tetap di PKS dengan gagasannya mengenai semangat baru itu.

Komentari PKS dan Pilih Dirikan Partai Gelora, Fahri Hamzah: Partai seperti Mesin, Tak Ada Dialog

Namun, ternyata konflik internal partai tak dapat dibendung.

"Akhirnya baru kita melangkah untuk itu. Sebetulnya kita sempat berpikir bahwa narasi yang selama ini tetap bisa kita pakai di kendaraan yang lama, yaitu di PKS. Tetapi konflik ini tidak terbendung," ujarnya.

Untuk langkah yang akan dijalani Partai Gelora dalam waktu dekat ini adalah mengurus dokumen dan administrasi di notaris dan Kemenkumham.

Setelah segala urusan tentang pemebntukan partai telah selesai, Anis mengatakan, pihaknya akan fokus pada pemilihan presiden 2024 mendatang.

"Syukur-syukur Pilkada 2020 kita bisa juga ambil bagian. Tapi fokus utama kami Pemilu 2024," kata Anis.

Meskipun penyelenggaraan Pilkada serentak dimulai sebentar lagi, Anis mengatakan pihaknya akan melakukan upaya.

"Kita akan berusaha Insha Allah untuk ikut dalam Pilkada, walaupun kami punya hak untuk mengusung ya karena partai baru. Tapi kita akan berusaha untuk ikut. Tapi fokus utama kami nanti, tentu Pemilu 2024," tutur Anis.

Anis juga menyatakan, kemunculan partainya ini tidak perlu dijadikan ancaman bagi partai lain.

Mantan Presiden PKS ini juga menjelaskan mengenai arti nama Gelora.

Pertama ia memaparkan filosofi kata rakyat dalam nama Gelora.

Menurutnya, mereka ingin menjadikan rakyat sebagai pelaku sejarah.

Namun, untuk menjadi pelaku sejarah maka harus mempunyai energi.

Untuk itu mereka memakai kata Gelombang.

Gelombang dimaknai sebagai isyarat tentang energi.

Sementara itu,  seperti logo pada komunitas atau perkumpulan pada umumnya, ada makna di balik logo Partai Gelora.

Logo Gelora tersebut terinspirasi dari gulungan ombak lautan.

 "Itu semuanya maknanya adalah kehidupan. Dan yang kedua adalah energi, makanya kita kasih nama gelombang, jadi dia bertenaga. Bukan riak, tapi gelombang," ujar Anis Matta di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (10/11/2019).

Anis Matta melanjutkan, warna merah dan putih yang terdapat di logo Gelora adalah penghormatan partainya terhadap Tanah Air.

"Nah aksen merah putihnya ini, supaya kita tahu tempat di mana kita berpijak. Jadi biru muda dan biru tua makna air laut dan langit. Warna langit cerah-cerahnya kan biru tosca. Warna dasarnya itu biru tosca," kata dia.

(TribunWow.com/Fransisca Mawaski)