TRIBUNWOW.COM - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ade Armando mengungkap persetujuannya dengan pengamat politik, Rocky Gerung.
Ade Armando memiliki pemikiran yang sama dengan Rocky Gerung terkait radikalisme.
Hal itu diungkapkan ketika keduanya menjadi bintang tamu di acara Sarinya Berita channel YouTube realita TV pada Jumat (1/10/2019).
• Rocky Gerung Sindir Menkopolhukam Mahfud MD terkait Radikalisme: Dia Sendiri Enggak Mampu
Mulanya, Rocky Gerung mengungkapkan bahwa pemikiran radikal tak perlu dicegah.
"Apa yang mau dicegah? Berfikir radikal mau dicegah? 24 jam?," kata Rocky Gerung.
Namun, jika ada sesutu hal terjadi, kaan sebaiknya pencegahan atau penindakan dilakukan oleh badan intelijen.
"Oke kalau itu yang diperlukan lakukan aktivitas intelijen, supaya dia dicegah kan? Kalau dia sudah terjadi ya ada KUHP," kata dia.
Pasalnya, pikiran orang tidak bisa dicegah lantaran manusia selalu mengalami perubahan pikiran.
"Yang dicegah itu bukti awal perbuatan, bukan pikiran yang dicegah. Itu konyol mencegah pikiran wong pikirannya floating (mengambang) terus," kata Rocky Gerung.
Menanggapi Rocky Gerung, Ade Armando yang duduk satu sofa dengan pria 60 tahun tersebut mengungkapkan kesetujuannya.
Istilah radikal tidak bisa mudah saja dituduhkan pada seseorang.
"Ya makanya saya katakan tadi, saya tidak terlalu suka dengan istilah radikal," kata Ade Armando.
"Sama," jawab Rocky Gerung.
"Makanya mau duduk bareng sekarang," celoteh presenter.
Lalu, Ade Armando menyingung ungkapan Rocky Gerung soal pemerintah yang mengatakan ada sekitar 30 persen kampus di Indonesia terpapar radikal.
"Kemudian orang mengait-ngaitkannya dengan kekerasan kan, seperti tadi contohnya Rocky."
"Kalau dibilang 30 persen itu radikal, itu artinya mereka seharusnya membawa belati, membawa bom," kata Ade Armando.
Rocky Gerung mengungkapkan apa itu definisi radikalisme. (Channel Youtube Realita TV)
• Setelah Rocky Gerung, Kini Refly Harun Prediksi Kabinet akan Segera Direshuffle, Simak Alasannya
Namun, Ade Armando tidak bisa membantah bahwa ancaman radikalisme itu memang ada.
"Tapi kan bukan itu isunya nah sekarang, bukan sekarang juga dan ini ada ancaman dan ini bukan dibuat-buat."
"Mereka yang percaya bahwa seharusnya Indonesia dijalankan dengan mengikuti syariah misalnya, dan untuk itu mereka akan menghalalkan cara, dan itu berbahaya menurut saya," jelasnya.
Ade Armando kemudian menyebutkan sejumlah tindakan-tindakan yang bisa meruntuhkan bangsa.
"Itu misalnya saja, kalangan-kalangan yang dengan mudah misalnya akan melakukan pembangunan gereja di sekitar rumahnya, mereka yang menyatakan membangun perumahan syariah di mana orang-orang non muslim tidak bisa mau ke sana."
"Buat saya saya lebih jauh concern pada itu, karena dia akan memecah bangsa ini ketimbang yang radikal-radikal," ujarnya.
Ade Armando menganggap seseorang yang berpikiran Indonesia harus berpegang pada syariah itu tidak radikal selama tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan orang lain.
Namun, yang menjadi masalah adalah ketika wacana itu terus berkembang di masyarakat.
"Misal saya punya seorang teman yang percaya betul bahwa memang harusnya menegakkan syariah kemudian kita katakan itu radikal, keberatan, karena saya kan enggak radikal, saya enggak threatening (mengancam) siapapun sebetulnya, saya tidak mengancam siapapun, saya tidak menggunakan kekerasan apapun," katanya.
"Buat saya problemnya bukan di sana, problemnya adalah kalau discourse ini wacana ini terus dikembangkan, maka bangsa ini akan terbelah-belah," sambung Ade Armando.
• Ditolak 6 Kampus, Rocky Gerung Sebut Pesantren yang Mengundangnya: Lebih Terbuka Ngruki dari Istana
Lihat videonya mulai menit ke-12:46:
Rocky Gerung Sindir Menkopolhukam Mahfud MD soal Radikalisme
Rocky Gerung sempat menyindir Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD terkait definisi radikalisme.
Sedangkan, istilah radikalisme kini tengah ramai dibahas terkait fokus Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin memberantas gerakan tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Realita TV pada Minggu (3/10/2019), menurut Rocky Gerung istilah radikalisme itu dapat menciptakan berbagai pandangan.
Padahal menurut Rocky Gerung, radikalisme merupakan upaya berpikir maksimal untuk melakukan perubahan total.
"Ini istilah yang kemudian menghasilkan kebingungan, juncto kecemasan, padahal istilah itu, istilah akademis artinya upaya untuk menghasilkan perubahan total, upaya untuk berpikir maksimal, upaya untuk debat dengan dengan argumentasi yang kuat."
"Jadi itu seluruh aktivitas positif itu sebetulnya," jelas Rocky Gerung.
Namun, istilah radikalisme kini justru dianggap momok bagi masyakarakat.
Pasalnya, Rocky Gerung menilai istilah radikalisme yang disebut-sebut akhir-akhir ini sebenarnya digunakan untuk kepentingan politik.
"Tapi kemudian istilah itu jadi berbau politik, pindah di ruang kampus masuk ke dalam wacana politik sehingga itu yang menimbulkan kecemasan," katanya.
Bahkan, Rocky Gerung sempat menyinggung Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD yang menyebut istilah radikalisme dengan bernada ancaman.
"Karena kalau sampai sekarang di kita dengar tuh tadi malam saya lihat Pak Menkopolhukam yang baru mengucapkan kata itu, di dalam intonasi ancaman."
"Kalian begini, kita begini, akhirnya dia sendiri enggak mampu untuk menghasilkan ulang kejernihan pikiran dari kata radikalisme," papar pria asal Manado tersebut.
Akibatnya, radikalisme kini dianggap sesuatu hal yang menakutkan.
Isu radikalisme dianggap oleh Rocky Gerung sengaja digulirkan untuk mencegah politik Islam.
"Kata itu sekarang itu menakutkan, karena diajukan untuk menghalangi pikiran, komunikasi lain, di dalam bahasa yang lebih telanjang, hal itu diarahkan untuk politik Islam," kata dia.
Namun, yang patut disayangkan oleh Roccky Gerung pada pemerintah, yakni tidak pernah menngungkapkan secara gamblang siapa pelaku radikalisme.
• Ditolak 6 Kampus, Rocky Gerung Sebut Pesantren yang Mengundangnya: Lebih Terbuka Ngruki dari Istana
"Saya menganggap bahwa siapa yang dituduh kaum radikal itu? Nggak bisa diucapkan, tunjukkan mana yang radikal, itu rahasia intelejen, nah kalau rahasia intelejen lakukan derekalisasi dengan cara intelejen."
"Lalu ya memang kita enggak bisa sebutin, siapa yang radikal tapi kan itu aktivitas di bawah tanah."
"Saya pikir mungkin betul yah aktivitas di bawah tanah itu memang yang dimaksud radikal,
"Radiks artinya akar, akar itu di bawah tanah, jadi kata radikal itu natural justru kan karena di bawah tanah," paparnya.
Meski radiks berarti di bawah tanah, namun secara etimologi radikalisme merupakan upaya untuk menyelesaikan suatu masalah sampai ke akar-akarnya.
"Jadi kita masuk dalam kekacauan itu, padahal kata radikal kembali lagi pada etimologinya, upaya kuat sekuat tenaga untuk mencari persoalan sampai ke akar-akarnya," ungkap laki-laki yang kadang disapa Roger ini. (TribunWow.com/Mariah Gipty)