Kabinet Jokowi

Haikal Hassan Ungkap Tak akan Puji Pemerintahan Jokowi, meski Ada Prabowo: Tetap Oposisi sampai Mati

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Babe Haikal Hasan, Ketua II Presididum Alumni 212

TRIBUNWOW.COM - Ketua II Presididum Alumni (PA) 212, Haikal Hassan mengaku tak akan pernah memuji Presiden Joko Widodo (Jokowi), apapun yang terjadi.

Hal itu disampaikan Haikal Hassan saat menjadi bintang tamu dalam acara 'Indonesia Lawyers Club', Selasa (29/10/2019).

Haikal Hassan menyinggung tentang janji-janji Jokowi saat pemilihan presiden (Pilpres) 2019 lalu.

Menurutnya, janji yang diucapkan Jokowi saat pilpres 2019 lalu belum terpenuhi.

Ketua II Presididum Alumni 212, Haikal Hasan dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (29/10/2019) (Tangkapan Layar YouTube Indonesia Lawyers Club)

Di ILC, Kader PKS Singgung Tempat Duduk Terpisah dari Dahnil Anzar: Saya Pikir Masih di Samping Saya

Di ILC, Karni Ilyas Goda Kapitra Ampera soal Jabatan Jaksa Agung, Penonton sampai Ikut Tertawa

Haikal Hassan mulanya mengutip pernyataan Tenaga Ahli Kantor Staff Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang kala itu juga hadir dalam acara tersebut.

Haikal Hassan terang-terangan mengaku tak setuju dengan pernyataan Ngabalin.

"Jadi kalau Pak Ali Mochtar Ngabalin tadi (bilang) '(Jokowi) presiden yang luar biasa', menurut Pak Ali Ngabalin 'Kalau tidak memujinya (Jokowi) ini ada masalah'," ucap Haikal.

"Dan di luar negeri dipuji-puji tapi di dalam enggak, berarti ini ada masalah," kata Haikal menambahkan.

Haikal mengakui dirinya tak akan pernah memuji Jokowi.

"Pak Ali Mochtar Ngabalin, saya tidak akan pernah bisa memuji Pak Jokowi," ucap Haikal.

Ia lantas menyinggung tentang janji Jokowi saat Pilpres 2019 lalu.

"Karena beliau janjinya pada waktu kampanye 7 persen tapi kenyataan 5 persen pertumbuhan ekonomi, yang mau dipuji yang di mana?," ucap Haikal.

"Jadi mohon maaf kita tidak akan pernah bisa memuji keterbelakangan soal itu," sambungnya.

Haikal lantas menyebut nama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.

Dalam acara itu, Mahfud MD menyebut radikalisme di Indonesia harus segera diberantas.

"Dan izinkan saya menyampaikan apa yang disampaikan Pak Mahfud, harus kembali sebentar Pak Karni, dan kita setuju banget dengan apa yang disampaikan Pak Mahfud hari ini," ucapnya.

"Tapi kalau lihat rekam jejak ke belakang enggak begitu, tapi kita lupakan yang belakang, kita maju yang ke depan, setuju dengan apa yang disampaikan Pak Mahfud kita sikat (radikalisme)."

Selain radikalisme, Haikal juga menyebut masalah perekonomian yang harus segera diselesaikan.

"Kita berantas yang mengatakan takfiri (menyebut orang lain kafir) dan sebagainya, tapi jangan lupa jangan fokus di situ gitu loh, fokus lah pada ekonomi," kata Haikal.

Menurutnya, kini yang menjadi permasalahan utama di Indonesia adalah perekonomian dan ketidakadilan.

Kedua hal itu yang disebut Haikal harus segera dituntaskan.

"Sekarang ini yang berantakan ekonomi dan ketidakadilan, buka dong lapangan kerja, stop utang luar negeri, lakukan efisiensi, beri contoh," ujar Haikal.

Ia lantas juga menyoroti tentang utang Indonesia.

"Kita lagi baru empat hari dilantik tiba-tiba pengin ngutang lagi," ucapnya.

Tak hanya itu, Haikal juga mengkritik tentang rencana pemberian mobil baru bagi anggota DPR.

"Sementara itu anggota DPR mendapatkan mobil yang hebat, kenapa enggak Esemka aja yang dipakai sekalian Pak?," tanya Haikal.

"Kan itu janjinya Jokowi juga, jadi kenapa fokus ke situ aja?," lanjutnya.

Meksipun banyak pro dan kontra terhadap susunan kabinet baru, Haikal mengaku tak peduli dengan hal itu.

Ia akan tetap beroposisi, siapapun presiden dan menterinya. 

"Jadi menangis atau tertawa saya hanya bisa mengatakan ada yang enggak peduli, ada yang masa bodoh dengan ini," ucapnya.

Haikal juga menyinggung nama Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju.

"Kami enggak menangis, kami enggak tertawa, kami tetap oposisi siapapun yang menjadi menteri di sana," kata dia.

"Apakah Pak Prabowo yang dulu kami berada dan mendukung Pak Prabowo bahkan siapa pun kami enggak peduli, kami tetap oposisi."

Lebih lanjut Haikal mengakui tak ingin berada di kubu pemerintah (koalisi).

Menurutnya, pemerintah juga memerlukan kritik untuk bisa menjadi lebih baik.

"Kalau kita dituntut untuk memberikan narasi yang menyenangkan, enggak bisa, itu berarti semua koalisi dong," ujarnya.

"Kita tetap melakukan narasi yang mengkritik kerja pemerintah karena kita sudah berjanji kita oposisi, dan semua ulama, ustaz, kiai, itu idealnya adalah oposisi."

Kata Pengamat Politik soal Jokowi Minta Maaf, Sebut Justru Perkuat Dugaan Bagi Kursi di Kabinet

Karni Ilyas Bandingkan Kabinet Jokowi dengan Era PNI, PKI, dan Masyumi, Ibaratkan Seperti Ini

Haikal menambahkan penjelasannya terkait penguasa yang baik menurut islam.

"Karena kita tahu Bang Karni bahwa hal itu terlarang dalam islam, sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang mendekati kepada ulama, tapi seburuk-buruk ulama adalah yang mendekati pintu penguasa," ucap Haikal.

"Lalat yang mengerubungi bangkai itu lebih baik dari pada ulama yang mengerubungi pintu penguasa, dan kita pegang sampai kapan pun."

Ia menegaskan akan tetap beroposisi sampai akhir hayat.

"Kita tetap oposisi sampai mati, tapi tetap uswatun kHassanah, dengan akhlakul karimah, bahwa kita akan tetap mengkritik pemerintah sampai terus supaya pada tetap check and balance dong," kata Haikal.

Simak video selengkapnya berikut ini menit 5.08:

(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)