TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto adalah suatu musibah, bukan suatu kecolongan.
"Namanya musibah, namanya aksi seperti ini liar," ujar Prabowo di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Mantan Komandan Jenderal Kopassus TNI AD ini bahkan menyebut bahwa aksi penusukan Wiranto adalah aksi yang sulit dicegah.
• Alasan Jenderal Andika Perkasa Copot Anggota TNI setelah Ulah Istri Mereka di Medsos Jadi Sorotan
Sebab, aksi itu secara liar dilakukan oleh seseorang di ruang terbuka.
Prabowo menilai sulit untuk memprediksi serangan, termasuk mencegahnya.
"Kesannya sulit untuk dicegah," ujar Prabowo.
Prabowo berada di RSPAD Gatot Soebroto untuk membesuk Wiranto.
Dia tiba di RSPAD Gatot Subroto pukul 18.10 WIB, dengan menumpang Toyota Alphard putih dengan nomor polisi B 108 PSD.
Prabowo tampak mengenakan pakaian khasnya, yakni safari putih lengan panjang dan celana panjang coklat. Ia datang ditemani Sekjen Gerindra Ahmad Muzani.
Sebut Tak Ada Rekayasa
Prabowo Subianto menuturkan tak ada rekayasa dalam insiden penusukan Wiranto.
"Yang jelas saya lihat tadi ada mungkin sembilan dokter senior dari TNI," ujar Prabowo seusai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Sehingga ia menuturkan tak ada rekayasa dalam insiden itu.
"Saya tidak melihat ada rekayasa," katanya.
Prabowo juga bercerita saat ia datang menjenguk, Wiranto tengah tertidur.
• Istri Hujat Wiranto di Medsos, Anggota POMAU Lanud Muljono Bernasib Sama dengan Dandim Kendari
"Jadi saya tadi datang menengok Pak Wiranto, pas saya datang Beliau masih tidur. Tadi saya ketemu tim dokter ketemu ibu, Alhamdulillah kondisinya stabil," paparnya.
Ia berkata akan kembali jika Wiranto sadar kembali.
"Saya janji akan datang lagi pada saat Beliau bangun," tambah Prabowo.
Menurutnya apa yang terjadi pada Wiranto, merupakan hal yang memprihatinkan.
"Kita prihatin dengan aksi-aksi semacam itu, bukan budaya kita. Kita harus hindari semua bentuk kekerasan, intinya itu," ucap Prabowo.
Kondisi Wiranto
Mantan Menteri Perindustrian periode 2014-2016, Saleh Husin menuturkan kondisi Wiranto.
Diungkapkannya hal itu seusai dirinya menjenguk Wiranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
"Kami masuk dan melihat kondisi Pak Wiranto yang lagi terbaring lemas dan kami ajak bicara tetapi bicara beliau masih sangat pelan, mungkin masih kesakitan," ujar Saleh.
Saleh bercerita dia sempat berbincang dengan dokter jaga.
Menurut informasi dari dokter itu, pada Kamis (10/10/2019) malam, Wiranto telah menjalani operasi usus.
Operasi di bagian usus dilakukan pasca Wiranto tertusuk benda tajam saat kunjungan di Pandegelang, Banten.
Ia lantas berdoa agar Wiranto bisa segera pulih.
"Ya kami doakan agar Pak Wiranto lekas sembuh dan pulih kembali," kata Saleh.
Dijelaskan pula oleh Tenaga Ahli Menkopolhukam Agus Ziani, bahwa usus Wiranto dipotong 40 centimeter karena terluka.
"Setibanya di RSPAD, langsung ditangani secara intensif dan dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi di bagian perut lantaran akibat tusukan ditemukan luka di bagian usus halus, sehingga usus halusnya mesti dipotong sepanjang 40 cm," ungkap Agus melalui keterangan tertulis, Jumat (11/10/2019).
• Kata Psikolog soal Mengapa Sebagian Komentar Publik Justru Tak Simpatik atas Penusukan Wiranto?
Meski demikian, Wiranto masih harus menjalani perawatan intensif.
"Alhamdulillah, pasca-operasi kondisi Wiranto membaik, meski tetap harus menjalani perawatan. Ia percaya, bahwa Tuhan sebaik-baiknya tempat bersandar. Semoga Allah SWT tetap mencurahkan kasih sayang-Nya," lanjut dia.
Kata Psikolog
Guru besar psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Koentjoro, menuturkan alasan adanya reaksi 'senang' dari masyarakat ketika Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto diserang dan terluka.
Sedangkan reaksi yang diberikan oleh masyarakat terkhusus warganet beragam.
Bukan prihatin, sejumlah masyarakat justru 'bersyukur' atas apa yang menimpa Wiranto.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (11/10/2019), Koentjoro menuturkan reaksi yang diberikan masyarakat merupakan bentuk agresivitas yang terpendam.
Agresivitas merupakan perilaku yang memiliki maksud untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik atau verbal.
Sehingga saat ada kabar Wiranto diserang, ada yang justru bahagia.
"Jadi begitu ada kabar itu (Wiranto diserang dan ditusuk), meledak sebagai suatu kegembiraan. Ini semuanya adalah dampak dari yang kemarin-kemarin, pemilu kemarin," kata Prof Koen melalui sambungan telepon, Jumat (11/10/2019).
Ia lantas mengatakan reaksi yang ditujukan sejumlah masyarakat itu merupakan echo chambering.
Echo chamber itu sendiri adalah ruang tempat kita hanya mendengar apa yang kita teriakkan tanpa mau tahu kondisi nyata.
"Ini hubungan dari, kalau istilah saya, terjadi echo chambering yang kemudian membuat bias kognitif," sambungnya.
Menurut Prof Koen, bahwa saat mereka yang memiliki echo chamber itu telah bergantung pada suatu kelompok, maka akan memiliki kebencian yang sangat kuat.
• Kata Pengamat soal Mengapa Wiranto yang Jadi Sasaran Penusukan: Dia Dianggap Public Enemy
"Ketika kebencian sudah sangat kuat, dan ada kejadian seperti kemarin (yang menimpa Wiranto), maka kemudian mereka akan bersyukur," jelas Prof Koen.
Disambungnya lagi, menurut Prof Koen bahwa reaksi itu juga muncul dari reaksi sebelum-sebelumnya.
Yakni hubungan sebab-akibat.
"Ini tidak berdiri sendiri-sendiri. (Fenomena) ini muncul karena peristiwa-peristiwa yang lalu," tegas dia.
"Seakan-akan (kebenciannya) terbalaskan," ungkapnya.
Sementara itu kaitan motif pelaku dengan reaksi masyarakat, berbeda.
Prof Koen menilai mereka memilki alasan masing-masing.
"Siapa saja yang bisa membuat seseorang (yang dibenci) sakit, maka yang lain akan terpuaskan," jelasnya.
(Kompas.com/Bonfilio Mahendra /TribunWow.com/Roifah Dzatu Azmah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prabowo Nilai Penusukan Wiranto Sulit Dicegah, Bukan Kecolongan"