TRIBUNWOW.COM - Seorang nelayan bernama Widodo Saputra (22) yang menyamar menjadi pelajar STM untuk demo di depan Gedung DPR akhirnya menyesali perbuatannya.
Widodo kini harus pasrah menjalani masa tahanan di Polres Metro Jakarta Utara dan menahan rindu kepada sang ibunda.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut diungkapkan Widodo saat diwawancara oleh Aiman Witjaksono dalam program 'Aiman' di KOMPASTV, Senin (7/10/2019).
• Fadjroel Rahman Puji Jokowi soal Demo Mahasiswa, Fahri Hamzah Langsung Ajak Presenter untuk Minum
Sebelumnya, beredar video Widodo yang mengaku bahwa ia ikut demo dan menyamar menjadi pelajar hanya karena disuruh orang bernama Firman.
"Nama saya Widodo Saputra. Pekerjaan saya nelayan, umur saya 22 tahun, diajak ke DPR atau MPR saya sama Firman," aku Widodo.
Widodo mengaku diminta untuk meramaikan unjuk rasa dengan berpura-pura sebagai anak STM dan melakukan kerusuhan.
Widodo hanya diberi imbalan uang bensin sebesar Rp 10 ribu.
"Saya berperan sebagai yang meramaikan massa, dan saya pinjam celana sekolah teman saya, tetangga saya, Adi Setiawan," ungkapnya.
"Saya dikasih duit bensin Rp 10 ribu."
Saat diwawancara oleh Aiman, Widodo mengenakan kaus tahanan warna biru tua.
• Fadjroel Rahman Nilai Demo Mahasiswa saat Ini seperti Flower Generation, Soroti Spanduk-spanduk
Pemuda asal Cilincing Jakarta Utara ini mengaku ikut berdemo hanya karena ajakan Firman.
"Anda kenapa jadi pendemo jadi-jadian?," tanya Aiman.
"Diajak," jawab Widodo singkat.
"Anda bukan pelajar? Dari mana bisa punya (celana abu-abu)?," tanya Aiman.
"Pinjam sama tetangga," jawab Widodo.
Widodo mengaku harus meminjam celana seragam milik tetangganya hanya agar tampak seperti pelajar.
• Tidak Takut Sering Kritisi Demo Mahasiswa, Fahri Hamzah: Saya Lagi Ngasih Rumus agar Demonya Lama
"Kenapa mesti pakai seragam SMK?," tanya Aiman.
"Biar kelihatan anak pelajar saja pak," jawabnya.
"Diajak Firman tadi kamu bilang. Tapi Firman minta kamu untuk kalau mau ikut demo harus pakai seragam pelajar sekolah menengah SMK?," tanya Aiman yang diiyakan oleh Widodo.
Jika beberapa pendemo jadi-jadian lainnya diiming-imingi sejumlah uang tunai, Widodo ternyata memang benar-benar hanya diberi uang bensin.
"Cuma uang bensin doang pak, Rp 10 ribu," ungkap Widodo.
"Masa Rp 10 ribu kamu mau diajak demo?," tanya Aiman heran.
"Saya enggak tahu, tiba-tiba saya mau ikut saja pak," aku Widodo.
"Katanya kalau misalnya naik mobil, kalau ramai-ramai ada teman, 'Sudah, ikut saja' gitu," jelasnya.
• Kritisi Demo Mahasiswa dengan Kejadian 1998, Fahri Hamzah: Saya Menganggapnya Itu Kurang Solid
"Oh, jadi lihat kelompoknya, ada orang banyak, ikut ke sana?" tanya Aiman yang mendapat anggukan dari Widodo.
Widodo mengaku tidak diberi instruksi apa-apa, termasuk untuk melakukan pelemparan, ia hanya ikut saja dan tidak tahu apa-apa.
Kini Widodo mengaku menyesali perbuatannya itu.
"Ibu sudah tengok?," tanya Aiman yang langsung mendapat respons wajah menunduk dari Widodo.
Widodo kini mengaku rindu kepada sang ibunda lantaran ia hanya punya ibu dalam keluarganya.
"Apa yang ingin disampaikan?," tanya Aiman lagi.
"Kangen, kangen ibu, mau peluk. Mau peluk seerat-eratnya pak, cuma ibu doang yang punya pak," ucap Widodo.
• Jokowi Bertemu dengan PM Belanda Mark Rutte di Istana Bogor, Apa yang Dibahas?
Selain Widodo, ada juga Rahmat Hidayat, seorang satpam yang menyamar menjadi pelajar saat demo.
Tayangan tersebut juga menampilkan pengakuan Rahmat Hidayat yang diajak oleh seseorang.
"Nama saya Rahmat Hidayat, pekerjaan security, umur 22 tahun, diajak ke DPR MPR oleh Taufik Ilham Riyadi," aku Rahmat.
Rahmat menjelaskan dirinya dijanjikan uang Rp 40 ribu oleh Taufik dan diminta untuk mengenakan seragam putih abu-abu serta berbuat kericuhan.
"Saya berperan sebagai yang meramaikan massa dan mericuhkan suasana dan menyamar anak sekolah," ujar Rahmat.
"Dan saya dijanjikan uang oleh Taufik Ilham Riyadi setelah sampai di DPR sebesar Rp 40 ribu dan saya meminjam seragam SMA agar saya bergabung dengan pelajar," lanjutnya.
• Warga Banten Ini Ceritakan Detik-detik Kerusuhan di Wamena, Sebut Pengungsi Dilanda Ketakutan
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi mengungkap pendemo jadi-jadian itu datang dari berbagai daerah.
"Jadi ada yang dari Sumedang, ada yang dari Kuningan, ada yang dari Cirebon, ada yang dari Purwakarta, ada yang dari Cikampek," ujar Budhi.
Diketahui, massa pelajar STM mengikuti demo setelah sebelumnya didahului oleh massa mahasiswa.
Pelajar sekolah tampak dalam demo pada 24-25 September serta 30 September 2019.
Mereka terpantau hadir sejak siang menjelang sore hingga malamnya berbuat kericuhan sampai dini hari.
Massa pelajar tersebar di berbagai daerah, di antaranya kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, lalu Jalan Gatot Subroto hingga Slipi, Jakarta Barat, serta Jembatan layang Slipi, Jakart Barat.
Dampak dari demo ini adalah lalu lintas di lokasi yang lumpuh, jalur Transjakarta lumpuh, serta KRL juga lumpuh.
(TribunWow.com/Ifa Nabila)