Demo Tolak RKUHP dan RUU KPK

Moeldoko Senang Hati Buka Istana untuk Berdialog dengan Mahasiswa, Ketua BEM UGM: Kita Tagih Ya

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua BEM UGM, Atiatul Muqtadir atau Fatur secara terang-terangan memprotes Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.

TRIBUNWOW.COM - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan akan membuka istana untuk mewadahi dialog dengan mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasinya.

Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan keduanya saat menjadi narasumber dalam program 'Mata Najwa', yang diunggah channel YouTube Najwa Shihab, Rabu (25/9/2019).

Mulanya Moeldoko ditanyai oleh presenter Najwa Shihab mengenai rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) akankah menemui mahasiswa, seusai aksi mahasiswa yang menuntut sejumlah RUU.

Moeldoko Bocorkan Reaksi Jokowi saat Diberitahu Ada Banyak Aksi Demo, Ini yang Dilakukan Presiden

Ia menyebut bahwa sebenarnya Jokowi sangat terbuka dengan tamu atau masukan.

"Pada dasarnya presiden begitu terbuka ya dengan masukan-masukan. Tradisi Pak Presiden biasa menerima siapapun di istana," ujar Moeldoko.

"Kemarin juga dari KPA ya yang memperjuangkan agraria, diterima oleh presiden dengan baik, Enggak ada masalah."

"Tapi saya juga punya pertemuan tadi malam dengan senior-senior ya, satu poin yang bagus, mungkin perlu kita geser area perjuangan."

Dirinya mengatakan para mahasiswa bisa dikunjungi para elite politik untuk berdiskusi.

"Untuk memperjuangkan teman-teman mahasiswa ini kita berkelahi di kampus, dalam konteks akademik untuk melihat RUU yang mana yang akan diperbaiki. Ayo kita bicarakan di kampus," kata Moeldoko.

"Tapi tidak lewat demonstrasi?," sebut Najwa Shihab.

Ia lantas menilai cara itu lebih akademik untuk para mahasiswa.

"Ya saya fikir itu lebih akademik ya daripada di jalanan nanti belum tentu ada solusinya. Tapi kalau itu di kampus, kita hadirkan beliau-beliau ini, mari kita bicarakan hal ini, menurut saya ini lebih bagus," paparnya.

Kala Moeldoko Panggil Ketua BEM UGM dengan Sebutan Bos saat Bahas Aksi Mahasiswa di Mata Najwa

Seusai itu, Royyan A Dzakiy, Presiden Kelompok Mahasiswa (KM) Institut Teknologi Bandung (ITB), mengaku senang dengan apa yang diungkapkan Moeldoko.

"Saya menunggu sekali karena memang kita tadi banyak membahas tentang komunikasi publik," ujar Royyan.

"Artinya dari pernyataan Pak Moeldoko ini, kami dari mahasiswa dan segenap masyarakat Indonesia tentu sangat menanti sekali, kapan kita bisa berbicara langsung baik dengan perwakilan rakyat maupun dengan Pak Presiden," paparnya.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Atiatul Muqtadir atau Fatur ikut menanggapi.

Ia mengusulkan agar mahasiswa diundang ke istana sehingga tak perlu lelah ke kampus-kampus.

"Atau daripada capek keliling kampus, kita bertemu di istana saja," ujar Fatur.

"Oh enggak ada masalah," kata Moeldoko.

"Oh siap ya, kita tagih ya," celetuk Fatur.

"Dengan senang hati," jawab Moeldoko membuat studio diramaikan tepuk tangan.

Lihat videonya dari menit awal:

Demo di Mata Moeldoko

Sebelumnya, Moeldoko memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi.

Ia menilai demo merupakan hal yang biasa dihadapi pemerintah.

"Persoalan demo bukan persoalan yang haram bagi pemerintah, enggak. Bahkan dalam mengelola pemerintahan yang efektif, di kantor saya, saya buka KSP menengah," ujar Moeldoko.

Moeldoko menuturkan dirinya terbiasa menghadapi mahasiswa yang menggelar aksi.

"Kami biasa menghadapi teman-teman mahasiswa. Itu berhari-hari. Berbagai kelompok elemen masyarakat datang ke KSP, berdialog, marah, saya dengar, saya catat. Saya biarkan mereka berbicara. Saya enggak pernah interupsi, saya enggak pernah marah," ujarnya.

"Yang saya catat itu, pada kesempatan pertama saya bertemu presiden, saya lapor 'Pak presiden, saya telah menerima kelompok ini, apa yang dikatakan bahwa pemerintah kurang memberikan atensi. Mohon ini menjadi perhatian, presiden biasanya langsung 'Oke panggil menteri yang bersangkutan kita bicara'," ujar Moeldoko menirukan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) padanya.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah sempat mengabaikan pertanyaan dari pemimpin acara 'Mata Najwa', yakni Najwa Shihab. (Channel Youtube Najwa Shihab)

Najwa Shihab lantas menanyakan bahwa saat ini eskalasi kritik mahasiswa tengah meningkat.

Ia menanyakan apakah ada indikasi lain yang dilihat pemerintah.

"Iya tapi kemudian sekarang kan ekalasinya meningkat, apakah itu artinya tidak tersampaikan, presidennya tidak mendengar? Atau ini sesuatu yang lain lagi, bagaimana Anda menilai eskalasi demo mahasiswa ini?," kata Najwa Shihab.

Moeldoko menyeletuk bahwa aksi yang digelar mahasiswa bisa sebagai bentuk nostalgia belaka.

"Mungkin teman-teman mahasiswa nostalgia juga kali ya. Karena sekian lama enggak pernah bertemu kan begitu," jawab Moeldoko.

Mendengar ucapan Moledoko Najwa Shihab tersentak dan menanyakan balik.

Ia juga menanyakan kepada Moeldoko apakah dirinya memiliki kesan merendahkan mahasiswa.

"Hanya nostalgia ini Pak Moel dinilainya? Saya tanya ini hanya nostalgia kah teman-teman?," tanya Najwa Shihab.

Fahri Hamzah Bantu Moeldoko Jawab soal Demo Mahasiswa Nostalgia, Najwa Shihab: Jadi Suara Ini Biasa?

Moeldoko lantas tertawa.

"Ya penting juga," kata Moeldoko lirih.

"Ada kesan merendahkan mahasiswa ini? Kok hanya dibilang nostalgia?," kata Najwa Shihab mengerutkan dahi.

"Bukan merendahkan, mungkin mereka sekian lama enggak turun ke lapangan," jawab Moeldoko singkat.

"Saya tidak tahu saya ingin tanya ke mahasiswa," kata Najwa Shihab.

"Na, dulu ada buku pesta dan cinta, itu biasa aja itu," celetuk Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah yang turut hadir dalam Mata Najwa.

"Biasa? Jadi suara ini biasa?," tanya kembali Najwa Shihab.

"Kaum pergerakan itu harus sering ketemu, perjuangkan," kata Fahri Hamzah menambakan.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Atiatul Muqtadir atau Fatur lantas menjawab bahwa Moeldoko dan Fahri Hamzah tak update.

Ia menuturkan bahwa setiap tahun mahasiswa telah menggelar aksi.

"Ada yang salah, kurang update ya Pak Moeldoko dan Bang Fahri Hamzah ini, karena kalau melihat sebenarnya aksi ini tiap tahun. Jadi enggak ada istilah mahasiswa tidur siang," ujarnya.

Moeldoko memotong bahwa maksudnya, demo yang dilakukan mahasiswa kali ini berskala lebih besar.

"Skalanya ini bos, skalanya ini kan biasanya kecil, ini skalanya besar, ini baguslah ini enggak apa," sebutnya.

Fatur lantas menyimpulkan, bahwa tuntutan yang lebih besar yang diajukan mahasiswa memperlihatkan pengelolaan pemerintah menurun.

"Ini artinya, peningkatan kualitas dan kuantitas tuntutan dari aksi mahasiswa ini, sejalan dengan menurunnya pengelolaan pemerintah," pungkas Fatur.

Mendengar hal itu Moeldoko lantas tertawa.

Lihat videonya dari menit ke 3.09:

(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)