TRIBUNWOW.COM - Pihak Polda Aceh membenarkan telah terjadi kontak tembak antara aparat kepolisian dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di jembatan Gampong Keudee, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya (Pijay) Kamis (19/9/2019) sore.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dir Reskrimum) Polda Aceh, Kombes Pol Agus Sartijo kepada Serambinews.com, malam ini mengatakan, para anggota KKB tersebut adalah kelompok yang melakukan tindak kriminal.
"Iya, anggota KKB, mereka meras dan ngancam pakai senpi panjang," kata Agus Sartijo dalam keterangan tertulis kepada Serambinews.com.
• Potret Prajurit Kostrad Bertaruh Nyawa Selamatkan Bocah di Papua yang Tenggelam di Sungai
Menurut Kombes Pol Agus, empat anggota KKB tewas dalam insiden tersebut, setelah terjadi kontak tembak dengan pihak kepolisian.
"Korban empat orang pelaku meninggal dalam kontak tembak itu," jelas Agus.
Mantan Dir Narkoba Polda Aceh ini juga mengatakan, setelah kontak tembak itu polisi menyita beberapa pucuk senjata api di lokasi kejadian.
Informasi yang dihimpun Serambinews.com, kontak tembak dengan KKB tersebut berkaitan dengan kasus di Bireuen baru-baru ini.
"Kita sita senjata api jenis AK beserta magasin, kemudian sangkur, dan beberapa lainnya. Untuk informasi lengkap nanti akan kami sampaikan lebih lanjut," pungkas Kombes Pol Agus Sarjito.
Kontak Senjata TNI-Polri dengan KKB di Papua
Sebelumnya, kontak senjata antara kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan tim gabungan TNI-Polri terjadi di Kampung Olen, Distrik Mabugi, Selasa (17/9/2019) dini hari.
Bupati Puncak, Willem Wandik menyebut, 3 warga sipil tewas dan 4 lainnya mengalami luka tembak akibat kejadian tersebut.
"Ada baku tembak di sana dan hasilnya ada 3 orang yang meninggal dan hari ini dibakar, 4 orang kami melalui Dinas Kesehatan urus bersama TNI-Polri larikan ke Timika untuk pengobatan," ujar Willem, saat dihubungi, Rabu (18/9/2019).
Ia mengatakan, beberapa KKB yang sebelumnya bermarkas di Distrik Gome, telah berpindah tempat karena lokasi sebelumnya telah disisir oleh aparat.
Akhirnya, sambung Willem, kelompok-kelompok tersebut melarikan diri ke Kampung Olen.
• Pengakuan Anak di Depan Anggota TNI, Ungkap Penyebab Kakinya Dirantai oleh Orangtuanya
Namun, ia menyayangkan upaya penyisiran yang dilakukan aparat keamanan justru menyebabkan jatuhnya korban jiwa dari pihak sipil.
"Saya selalu menyampaikan, mari kita bangun komunikasi, lakukan pendekatan persuasif agar ada komunikasi antara kelompok TPN OPM dengan TNI-Polri, agar mereka menyerahkan diri," tutur dia.
Saat ini, Willem mengklaim bila masyarakat Puncak merasa tidak nyaman dengan penyisiran yang dilakukan oleh aparat.
Karenanya, ia meminta agar langkah-langkah yang diambil aparat keamanan dalam mengatasi keberadaan KKB harus dibuat secara bijak, jangan sampai hal ini dimanfaatkan oleh pihak lain.
"Suasana seperti ini maka kepentingan dari sisi pandang LSM, HAM, akan mengambil keuntungan karena itu kita jaga secara baik sehingga tidak menjadi konflik dan menjadi konsumsi politik," kata dia.
Willem pun meminta aparat keamanan untuk menghentikan penyisiran agar psikologi masyarakat bisa berangsur pulih.
"Pendekatan kasih itu jauh lebih bagus dari pada itu (penyisiran)."
"Saya harap, Pak Panglima dan Kapolda harus hadapi secara persuasif, tidak bisa dengan senjata, senjata dihadapi dengan senjata tidak akan pernah menyelesaikan masalah, pasti kedua belah pihak jadi korban, masyarakat korban, pemerintah korban, negara korban," tutur dia.
Sementara, Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto mengakui bila telah terjadi kontak senjata antara aparat gabungan TNI-Polri dengan KSB di Kampung Olen.
Namun, ia belum mau mengonfirmasi prihal jatuhnya korban dari pihak sipil.
"Betul ada kontak senjata, tapi untuk korban kami harus konfirmasi lagi," ucap dia.
(Serambinews/Subur Dani/Kompas.com/Dhias Suwandi)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Polda Aceh: Empat Anggota KKB Tewas dalam Kontak Tembak di Pidie Jaya dan Kompas.com dengan judul "Kontak Senjata KKB dengan TNI-Polri, 3 Warga Tewas, 4 Terluka"