TRIBUNWOW.COM - Raudhatul Jannah, gadis bertubuh mungil di Desa Meuraksa, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya (Pijay), terlihat cukup riang saat tim Serambi mendatangi rumahnya, Sabtu (22/6/2016) siang.
Raudhah, begitu ia akrab disapa, baru saja bangun dari tidurnya. Ia terperangah saat melihat kami masuk ke rumahnya.
Perlahan, dia merangsek, mendekap adik-adiknya, sambil tetap menatap heran ke arah kami.
“Salam dulu, ayo salam dulu,” sapa Serambi.
Tak begitu berani, tapi Raudhah tetap menyodorkan tangannya, bersalaman.
Tawanya riang, sesekali Raudhah menepis tangan adiknya, mengajak mereka tetap bicara dan main dengannya.
• Salim Said Minta Jokowi Ubah Sistem Kekuasaan Jadi Sekali dan Hapus Petahana: Banyak Iblis Menggoda
Raudhah terlihat begitu lincah, dia menggerakkan badan ke sana-kemari, sambil menatap tajam orang-orang di sekelilingnya.
Tak seperti gadis belia seusianya yang lain, Raudhah memiliki tubuh mungil sejak kecil.
Dara kelahiran 1996 ini memiliki berat badan lebih kurang sekitar 25 kg dengan tinggi sekitar 90 cm.
Jika dihitung, usianya saat ini sudah 23 tahun, sudah layak untuk menikah.
Namun, karena pertumbuhannya tak lazim, Raudhah masih terlihat seperti balita berusia dua tahun.
• Berulang Tahun, Sandiaga Uno Singgung Kampanye 1567 Titik: Perjalanan Spiritual yang Tak Terlupakan
Diserang Panas Tinggi
Sejak usianya dua tahun, Raudhah telah menunjukkan ada kelainan, pertumbuhannya tidak seperti anak-anak yang lain.
“Pas umurnya dua tahun baru kami tahu, pertumbuhannya seperti tidak ada perkembangan apa pun. Padahal, waktu kecil dia sangat cantik,” kata Nurlaila, ibu Raudhah saat didatangi Serambi hari itu.
Nurlaila menceritakan, suatu waktu, saat anaknya itu belum genap setahun, Raudhah diserang panas tinggi.
Nurlaila bersama suaminya susah bukan kepalang. Mereka bergegas membawa Raudhah ke mantri di kampungnya.
“Namun, mantrinya nggak ada. Akhirnya kami bawa pulang lagi,” ceritanya.
Mereka kemudian merawat buah hatinya itu di rumah, tanpa penanganan medis yang layak.
Panas tinggi yang menyerang Raudhah hari itu, cerita Nurlaila, seperti sebuah pertanda akan pertumbuhan bagi anaknya.
• Viral Penganiayaan Remaja Putri di Klungkung, Polisi Amankan 7 Pelaku yang Masih di Bawah Umur
Setelah itulah, Nurlaila mulai melihat tidak ada perkembangan apa pun di tubuh Raudhah.
Kaki anaknya itu mengecil, tinggi badannya juga tak kian berkembang.
“Pertama dia lahir beratnya 4 kilogram. Setelah setahun, duduknnya bisa, jalan juga bisa pelan-pelan, tapi kakinya kecil tak seperti anak yang lain,” katanya.
Kondisi ekonomi dan tinggal di pedalaman, membuat Nurlaila tak bisa memeriksakan kondisi kesehatan anaknya ke dokter.
Pernah dibawa ke rumah sakit, tapi Nurlaila mengaku tak mendapat penjelasan yang jelas penyakit apa sebenarnya yang diderita Raudhah.
“Setelah dua tahun, pertumbuhan dia begitu-begitu aja, kami pun terus merawatnya, bersama abang dan adik-adiknya,” kata Nurlaila.
Kini, sudah 23 tahun Nurlaila merawat Raudhah. Dia tak membeda-bedakan.
• Senang Jokowi Kembali Pimpin Indonesia, Salim Said Beri Nasihat: Be Your Self, Anda Orang Baik
Raudhah bahkan mendapat ‘pelayanan’ spesial dari semua keluarganya di rumah.
“Kadang-kadang dia makan sendiri, kadang kita suapi. Kalau mandi biasanya kita cuma membasuh badannya biar bersih. Sehari-hari dia main sama adik-adiknya di rumah,” kata Nurlaila yang berprofesi sebagai pembuat kue.
Kepada Serambi, Nurlaila mengaku tidak minder sama sekali dengan penyakit yang diderita anaknya, justru dia mengaku cukup menyaingi Raudhah.
Hanya saja, dia berharap pemerintah melirik anaknya.
“Ya, kita berharap mungkin ada santunan dari pemerintah, dulu pernah dikasih 500.000 rupiah setelah gempa Pijay, setelah itu tidak pernah lagi. Kami tinggal juga di rumah bantuan untuk adik saya, kami awalnya tidak punya rumah,” pungkas Nurlaila.
• Kubu 01 Menangkan Sidang MK, TKN: Idealnya Prabowo-Sandi Ucapkan Selamat kepada Jokowi-Maruf
Kisah Persahabatan
Raudhah ternyata bukan satu-satunya anak yang mengalami pelambatan pertumbuhan di Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, Aceh.
Sebelumnya, ada Sari Rezita Ariyanti (24), juga sempat heboh diliput banyak media, setelah gempa bumi meluluhlantakkan bumi Pijay 7 Desember 2016.
Dan kebetulan, Sari Rezita Ariyanti dengan Raudhatul Jannah adalah sahabat sejak kecil.
Bahkan, keduanya juga masih ada hubungan famili.
Raudhah Jannah tinggal di Desa Meuraksa, Kecamatan Meureudu, sedangkan Sari Rezita Ariyanti tinggal di Dusun Dayah Kleng, Desa Meunasah Balek di kecamatan yang sama di Pidie Jaya.
Namun, setahun lalu, dua sahabat ini dipisah oleh tempat dan waktu.
• Dituduh Istri Selingkuh setelah Jual Harta Warisan, Ayah Aniaya 2 Putrinya dan Coba Bunuh Diri
Sari Rezita Ariyanti putri dari Muslim dan Suryani Suud ini dipanggil menghadap Ilahi.
Sari meninggal dalam usia 25 tahun, setelah menderita penyakit di tenggorokannya.
“Anak saya meninggal 27 Juni tahun lalu, tepat saat hari pemilihan bupati tahun lalu,” kata Suryani di rumahnya, Sabtu (22/6/2019).
Kepada Serambi, Suryani menceritakan, anaknya Sari dengan Raudhah adalah sahabat, biasanya Raudhah sering main bersama Sari di rumahnya di Desa Meunasah Balek.
Raudhah sering dijemput oleh Nellatul Muna (18), adik dari Sari Rezita, untuk dibawa ke rumah mereka.
Terkadang, Sari Rezita yang dibawa oleh Muna ke rumah Raudhah.
“Biasanya dibawa ke sini, main di sini. Sekarang, walau Sari sudah tak ada, Raudhah juga masih sering main di sini bersama Muna, anak saya juga, adiknya almarhumah Sari. Kadang-kadang orang terkejut, dipikir kok Sari masih ada,” katanya.
Kepada Serambi, hari itu, Suryani tak mampu menahan rasa rindu kepada sang putrinya.
• Video Viral di IG, Duel Dua Remaja Diduga Gara-gara Cowok, Korban Diminta Sujud dan Cium Kaki Pelaku
Dia membiarkan rasa sedih menggelayut di hatinya, membiarkan derai air mata di pipinya, sambil bercerita kenangan tentang sosok putrinya.
Persis seperti Raudhah, Sari juga memiliki tubuh mungil, bahkan Sari tidak bisa jalan dan susah bicara.
“Kalau anak kami pas sudah dua tahun memang sudah tidak bisa jalan, dia tidak bisa ngomong juga. Sejak kecil, tak ada keanehan sama sekali, dia cantik, tapi kami tak menyangka kalau anak kami demikian,” ucap Suryani.
Meski berbeda, semasa hidup, Sari dalam keluarga sangat diperhatikan bahkan adik-adik Sari cukup merawatnya.
“Kami cukup sayang sama almarhumah, tapi mau bagaimana, semuanya sudah diatur. Sari telah berpulang lebih dulu,” ujarnya.
Dia ceritakan, pernah suatu kali ia bawa anaknya ke salah satu rumah sakit di Kota Sigli, ibu kota Kabupaten Pidie.
Di sana, Sari didiagnosi menderita gangguan pertumbuhan hormon.
“Katanya perkembangannya ada gangguan, itu saja yang dijelaskan. Alhamdulillah, Sari disayang semasa hidupnya oleh banyak orang.
Sekarang tinggal Raudhah, dia juga kami anggap anak kami, kami juga sayang padanya,” pungkas Suryani.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Persahabatan Dua Gadis Bertubuh Mungil di Meureudu Pidie Jaya Aceh
WOW TODAY: