TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) Kwik Kian Gie menceritakan kisah Presiden Pertama RI Bung Karno (Sooekarno) yang pernah mengemis pada negara seluruh dunia.
Hal ini diungkapkan Kwik Kian Gie saat menjadi narasumber di acara Indonesia Business Forum, Rabu (3/4/2019).
Mulanya, pembawa acara bertanya soal penguasaan asing di Indonesia apakah menganggu kedaulatan atau bisa menguntungkan dari segi ekonomi.
"Soal bandara dan pelabuhan yang dikelola oleh asing apakah ini mengganggu kedaulatan atau justru dari segi ekonomi ini bisa menguntungkan kita juga?," tanya pembawa acara.
Kwik Kian Gie lalu menjawab bahwa penguasaan asing bisa dilihat melalui sistem Information and Technology (IT).
• Cerita Kwik Kian Gie Sempat Beri Peringatan ke Megawati sebelum Penjualan Indosat: Tak Dihiraukan
• Kwik Kian Gie Sebut Hanya Ada 3 Presiden yang Berani Berperang Melawan Asing, Siapa Saja?
"Pertama mengenai mengganggu kedaulatan atau tidak itu yang paling mengetahui adalah orang-orang IT, Bapak Jokowi berkali-kali mengatakan revolusi industri 4.1," ujar Kwik.
"Lalu segala sesuatu sudah pakai cyber, kalau perusahaan asing ada di tempat-tempat kita sampai di mana kemampuan mereka melalui IT, itu membuat rahasia, strategi dan lain-lain."
Mantan menteri era Presiden Soeharto ini lalu menceritakan perjuangan Presiden Soekarno yang mengemis beasiswa pada negara asing.
Tanpa mempedulikan kedaulatan, Bung Karno perjuangkan mahasiswa Indonesia agar mendapatkan beasiswa.
"Kita itu mempunya ribuan universitas yang sudah lama sekali, Bung Karno itu mengemis negara di seluruh dunia tanpa peduli ideologinya untuk beasiswa karena ingin mempunyai putra-putri Indonesia yang pandai," ujar Kwik.
"Dan itu berhasil ribuan."
• Benarkan Prabowo soal Kedaulatan, Kwik Kian Gie Beberkan Amerika Pernah Bermanuver ke Indonesia
Namun, Kwik mempertanyakan ke mana naungan mahasiswa yang dulu disekolahkan oleh Bung Karno.
Hingga Indonesia saat ini tak menikmati hasil perjuangan Bung Karno itu.
Justru banyak warga Indonesia yang hanya menjadi staf dari pimpinan orang asing.
"Ke mana mereka kok sampai saat ini merdeka masih dirasa perlu membutuhkan orang asing yang ahli."
"Yang saya amati di dalam perusahaan asing semua itu yang mengoperasikan mengendalikan itu orang Indonesia, orang asingnya cuman satu di atas, itu kenyataan," tutur Kwik Kian Gie.
• Komentari Pembangunan Infrastruktur Pemerintahan Jokowi, Kwik Kian Gie: Ngawur!
Dalam acara itu, Kwik Kian Gie juga sempat mengatakan asing yang masuk ke negara Indonesia bisa dibagi menjadi dua, yakni untung rugi secara komersial dan untung rugi secara kedaulatan.
"Jadi kita harus membedakan untung rugi secara komersial dan kedaulatan," ujar Kwik.
"Secara untung rugi itu kan investor asing di-invite dengan karpet merah oleh karena sangat dibutuhkan."
Kwik lalu bercerita pengalamannnya menghadapi perusahaan maupun pimpinan asing.
"Saya akan cerita dua pengalaman, yang pertama dari mulutnya Pak Adam Malik almarhum bercerita pada saya bahwa waktu Indonesia pertama kali, ini bukan zaman Pak Jokowi, ini zaman Pak Harto."
"Pertama kali invite investor asing itu city bank mau masuk, city bank mau masuk silahkan tapi harus sekarang juga mendepositokan uangmu di dalam negeri sambil menunggu izin keluar."
"Dia mendepositokan uang tingkat bunganya tinggi sekali waktu itu, dia izin. Izinnya satu tahun lebih baru keluar, waktu izin keluar dan dia beroperasi uangnya sudah kembali, bagian terbesar dari bunga yang dibayar oleh pemerintah jadi hampir 0."
"Sesudah itu karena nama besar, masyarakat percaya menabung di sana, tabungan itulah yang dipakai untuk membiayai perusahaan-perusahaan Amerika, jadi perusahaan Amerika beroperasi dibiayai oleh bangsa Indoensia, dipimpin oleh orang asing. Ini Pak Adam Malik."
• Pernyataan Kwik Kian Gie yang Membuat Fadjroel Rachman Unggah Surat Tantangan Debat dari Adinoto
Sementara cerita kedua adalah pengalaman soal perusahaan Jerman yang berada di Indonesia.
"Pengalaman saya sendiri pernah ke agen tunggal dari pabrik televisi, lancar semua, bank yang memberi kredit pada saya adalah Europian Asian Bank," ujar Kwik.
"Kan kontrak-kontrak kalau sudah habis kontraknya diperpanjang selama masih beres, loh ini kan beres, saya bayar bunga terus? Iya tapi kan dana yang saya berikan kredit kepada Anda diberikan ke perusahaan Jerman di bumi Indonesia, ini semua kenyataan."
Menteri era Pak Harto ini lalu bercerita soal keuntungan perusaahaan asing di Indonesia.
"Sekarang mengenai cost benefit, perusahaan asing yang di sini itu kita lihat perincian neraca dan perincian rugi labanya itu kan per omzet."
"Jadi omzet itu kan uang yang masuk dari penjualan kemudian omzet satu tahun, 6 bulan, atau 3 bulan kita bagi habis berapa rupiah bahan baku listrik, berapa ini, berapa ini, perbandingannya seperti apa, yang sangat-sangat besar itu perusahaan yang milik orang asing, jadi ditinjau cost benefit apa mesti diusir semua? Tidak."
"Tapi hitunglah cost benefit. Karena waktu saya jadi Menko saya menerima limpahan dari dua Menko zaman Pak Harto, Hartarto (Menko saat itu) mengatakan pada saya you mempunyai tugas yang mission imposible."
"Karena listrik menjual pada Amerika menjual pada PLN dengan harga tiga kali lipat, pada orang Indonesia tapi langsung digadaikan pada Amerika, itu kerugiannya 30 miliar. Saya tahu sebelumnya, tapi ini kan koruptif."
• Kritisi soal Utang, Kwik Kian Gie: Yang Saya Amati Kecenderungan Jokowi Gak Mau Tau Pokoknya Ini
Pembawa acara lalu kembali bertanya apakah hal itu bisa menganggangu kedaulatan.
"Berarti Pak Kwik mengatakan mengganggu kedaulatan dengan contoh yang ada?," tanya pembawa acara.
"Jelas, karena koruptif kan merong-rong kita semua," jawab Kwik,.
Lalu, Kwik menegaskan saat ini hanya ada tiga presiden yang berani bertarung untuk kedaulatan rakyat.
"Tapi sekarang ini yang saya amati tidak ada presiden kecuali Bung Karno dan Pak Harto, Gus Dur, tidak ada presiden yang berani perang, ini dadaku mana dadamu, tidak."
"Bicara berargumentasi, berbantahan saja tidak berani, ada apa?," ujar Kwik.
Lihat Videonya di Bawah Ini:
TONTON JUGA:
(TribunWow.com/Tiffany Marantika)