Terkini Internasional

Penampakan Jasad-jasad Pendaki Gunung Everest yang Bermunculan saat Gletsernya Mencair

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jasad-jasad pendaki yang tergeletak di Puncak Everest Nepal.

TRIBUNWOW.COM - Ratusan Jasad pendaki Gunung Everest mendadak bermunculan lantaran gletsernya mencair.

Dikutip TribunWow.com dari BBC pada Minggu (24/3/2019), mencairnya gletser disebabkan oleh pemanasan global.

"Karena pemanasan global, lapisan es dan gletser mencair dengan cepat dan jasad yang terkubur selama bertahun-tahun kini muncul," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

Akibat pemansan global itu,  gletser di wilayah Everest, seperti di sebagian besar Himalaya, mencair dan menipis dengan cepat.

Disebut 300 pendaki gunung tewas di puncak sejak upaya pendakian pertama dan dua pertiga mayat diperkirakan masih terkubur di salju dan es.

Tercatatat suhu minimum es hanya -3,3 C, dengan es paling dingin pun menjadi 2 C lebih hangat daripada suhu udara tahunan rata-rata.

Proses evakuasi jasad dari kamp-kamp di gunung tersebut merupakan proses yang sulit dan mahal.

Para ahli menyebut biayanya bisa berkisar antara 40 ribu dolar AS (Rp 572 juta) hingga 80 ribu dolar AS (Rp 1,14 miliar) untuk menurunkan jasad pendaki.

Gletser di Gunung Everest Mencair, Ratusan Jasad Pendaki yang Terkubur Bertahun-tahun Bermunculan

Selain tempat evakuasi yang begitu tinggi, tubuh jasad pendaki disebut sangat berat sehingga menambah sulitnya proses evakuasi.

"Salah satu upaya yang paling sulit adalah dari ketinggian 8.700m, di dekat puncak," kata Ang Tshering Sherpa.

"Tubuh itu benar-benar beku dan beratnya 150 kg dan harus diturunkan dari tempat yang sulit di ketinggian itu," imbuhnya.

Dikutip dari foxnews.com pada Minggu (24/3/2019), pernah ada proses evakuasi jasad pendaki asal India dan dua orang lain di sana yang memakan biaya 92 ribu dolar AS (Rp 1,31 miliar).

Ducati Disidang, Gigi Dalligna Bingung Mengapa Aprilia dan KTM Ikut Protes

Jasad pendaki India tersebut sudah setahun terkubur di Gunung Everest.

Sempat terjadi debat untuk mengevakuasi jenazahnya lantaran risiko kematian begitu besar bagi orang-orang yang mengevakuasi.

"Proses evakuasi adalah tindakan yang sangat berbahaya," ujar petugas pemerintah Bengali Barat, Sayeed Ahmed Baba.

"Sangat sulit untuk mencari orang yang rela melakukan evakuasi. Namun hal tersebut tetap harus dilakukan demi keluarga (yang meminta evakuasi jasad)," imbuhnya.

Gletser Gunung Everest. (smithsonianmag.com)

Aprilia akan Ikuti Langkah Ducati Jika Pemakaian Winglet Dilegalkan di MotoGp

Bahkan Ang Tshering Sherpa menyebut pengorbanan orang-orang yang mengevakuasi sama saja taruhan 10 nyawa.

"Untuk mengambil satu jasad dari gunung, mereka taruhkan nyawa lebih dari 10 orang," kata Ang Tshering Sherpa.

 Alan Arnette, seorang pendaki gunung terkemuka menyebut bahwa kebanyakan pendaki lebih memilih dibiarkan di gunung jika mereka tewas dalam pendakian.

"Kebanyakan pendaki suka dibiarkan di gunung jika mereka mati," kata Alan Arnette

Masih Jadi Polemik di MotoGP, Aprilia akan Ikuti Ducati jika FIM Resmi Legalkan Pemakaian Winglet

Karena hal itu, memindahkan jenazah tanpa diminta adalah tindakan yang tidak etis, kecuali untuk memindahkan dari jalur pendakian agar tak terekspos oleh pendaki lain.

"Jadi akan dianggap tidak sopan hanya memindahkan mereka kecuali mereka perlu dipindahkan dari rute pendakian atau keluarga mereka menginginkannya," ujar Alan Arnette.

(TribunWow.com/Ifa Nabila)

Tonton video: