Pilpres 2019

Jokowi dan Prabowo: Waspada Fenomena Migrasi Suara Menit Akhir, Lihat Pilgub DKI, Jabar, dan Jateng

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capres urut 1 Joko Widodo dan nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama pada Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018).

TRIBUNWOW.COM - Beberapa hasil survei pernah berbeda jauh dari hasil penghitungan di lapangan dalam beberapa kesempatan pemilu.

Contohnya seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI 2017, serta Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Barat tahun 2018.

Pada Pilkada DKI 2017, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat diprediksi menang tetapi akhirnya kalah.

Sedangkan, pada Pilkada Jawa Tengah, lembaga survei memprediksi suara Sudirman Said-Ida Fauziah tidak melebihi 20 persen. Namun kenyataannya sampai 40 persen.

Fahri Hamzah Tanggapi Jokowi yang Sebut MRT Keputusan Politiknya dengan Ahok hingga Pernyaatan Anies

Kampanye Terbuka di Manado, Ini 7 Poin Penting Orasi Prabowo Subianto

Di Peresmian MRT, Jokowi Buat Para Menteri dan Artis Duduk Lesehan di Atas Panggung

Sementara itu pada Pilkada Jawa Barat, lembaga survei menempatkan pasangan Sudrajat-Syaikhu pada urutan ketiga.

Namun pada akhirnya suara yang didapat Sudrajat-Syaikhu melebihi prediksi lembaga survei itu.

Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Firman Noor mengatakan, terkadang memang bisa terjadi fenomena yang tidak bisa ditangkap lembaga survei.

"Pertanyaannya apakah ini didorong hasil survei atau ada faktor lain? Menurut saya peran survei ini tidak terlalu menentukan."

"Ada faktor lain yang menjadi latar belakang kenapa terjadi migrasi suara," ujar Firman dalam sebuah diskusi di Jalan Cikini, Minggu (24/3/2019).

Migrasi suara ini seringkali terjadi di menit-menit terakhir sehingga tidak terbaca oleh lembaga survei.

Capres 01 Joko Widodo (Jokowi) dan Capres 02 Prabowo Subianto. (Tribun-video.com)

Faktor pertama adalah karena ketidakpuasan.

Bisa saja awalnya mereka merupakan soft voters atau pemilih yang tidak loyal salah satu pasangan calon.

Namun, karena tidak puas dengan paslon yang diusung, mereka berubah pilihan pada detik terakhir.

Firman mengatakan fenomena ini juga sering terjadi di kelompok swing voters.

"Yang jelas ini terjadi secara akumulatif dan biasanya terjadi di area swing voters. Mereka fungsinya wait and see. Dia sudah mulai merasakan beberapa hal yang tidak seindah yang disampaikan sehingga dia kemudian mulai berhitung secara rasional," kata Firman.

Faktor kedua adalah karakter kandidat.

Hal yang selama ini tidak disadari bisa saja memengaruhi dukungan pada detik terakhir.

Misalnya, kata Firman, sikap calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang kini lebih humanis.

Lama kelamaan masyarakat menyadari ada sisi Prabowo yang merupakan nilai positif dan akhirnya memengaruhi pilihan mereka.

 

Jadwal Kampanye Terbuka Pilpres 2019: Jokowi Mulai dari Banten, Prabowo Start di Manado

10 Fakta Kampanye Terbuka Prabowo, Sempat Ungkap Alasannya Pilih Manado dan Peluk Seorang Anak

Faktor ketiga adalah karena mesin politik yang benar-benar bekerja dan keempat adalah program-program yang bagus.

Namun, ada faktor X yang disebut Firman sebagai blessing in disguise.

Ini merupakan situasi yang terjadi mendadak dan tidak diprediksi sebelumnya.

Situasi ini membawa kerugian bagi salah satu paslon yang melakukan blunder.

Namun bisa menjadi berkah bagi lawan politiknya.

Sesuai Aturan Hukum Firman mengatakan semua faktor itu bisa mengakibatkan hasil hitung yang jauh berbeda dengan prediksi lembaga survei.

Menurut Firman, masing-masing tim sukses pasangan calon harus mewaspadai fenomena ini.

Selalu ada pada peluang bagi dua pasangan calon untuk memenangkan kontestasi ini.

Oleh karena itu, masing-masing timses harus konsisten mengampanyekan program agar dukungan untuk paslon tetap terjaga.

"Jadi seperti yang saya sampaikan bahwa ada fenomena ketika kemigrasian ini sama sekali tidak ditangkap oleh timses maupun lembaga survei dan benerapa kasus terjadi di pilkada. Ini hal biasa dan langkah terbaik adalah mewaspadai kemungkinan itu," kata dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Timses Harus Waspada, Bisa Ada Fenomena Migrasi Suara di Menit Terakhir".