TRIBUNWOW.COM - Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menyinggung soal banyaknya data salah yang disampaikan Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dalam debat kedua Pilpres, Minggu (17/2/2019).
Hal tersebut disampaikan Dahnil Anzar saat hadir di program Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne bertajuk "Debat Kedua Capres, Seberapa 'Greger'?", Senin (18/2/2019).
Dahnil membahas soal sejumlah tuduhan pada kubunya yang menyebutkan bahwa capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno adalah pihak yang kerap berbohong.
• Soal Jokowi Ungkap Tanah Ratusan Hektar Milik Prabowo, Tsamara Amany: Harusnya Memang Dibuka
"Kami menyayangkan tuduhan selama ini menyebut Prabowo-Sandi selalu menyemburkan kebohongan. Di debat ini kita lihat semburan kebohongan di setiap segmennya itu mucul dari pak Jokowi," papar Dahnil Anzar.
Menurut Dahnil, pernyataan terkait kebohongan itu sering disampaikan kubu 01 untuk menuding kubunya.
"Hampir semua data yang disampaikan oleh pak Jokowi dalam debat ini penuh dengan kebohongan," ujarnya lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Dahnil Anzar juga membahas soal prinsip Prabowo terkait data berisi kebohongan.
"Pak Prabowo punya prinsip, kemarin dia sebutkan, 'sudahlah ini kan momentum kita menunjukkan siapa yang jujur, siapa yang tidak'," papar Dahnil menirukan pernyataan Prabowo.
Dahnil mengatakan, data yang berisi kebohongan terkait dengan kualitas kepemimpinan para calon presiden.
"Pak Prabowo menunjukkan kebesaran hati, ksatria, beliau ingin tidak mempermalukan pihak lain tapi kemudian pak Jokowi kita tonton ada kebohongan yang masif yang ditunjukkan dalam debat kemarin," pungkasnya.
• Budiman Sudjatmiko Jawab Tantangan Fahri Hamzah soal Keberanian Jokowi Meminta Kembali Lahan Negara
Simak video selengkapnya:
Sementara itu, diberitakan TribunWow.com sebelumnya, Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan beberapa kesalahan data saat debat capres, Minggu (17/2/2019).
Tema debat capres tersebut terkait masalah energi, pangan, infrastruktur, lingkungan, dan sumber daya alam.
Berikut ini 7 kesalahan data Jokowi yang dirangkum TribunWow.com, Senin (18/2/2019):
1. Pembebasan Lahan
Jokowi mengatakan dalam 4,5 tahun hampir tak ada konflik pembebasan lahan.
"Untuk ganti rugi, dalam 4,5 tahun hampir tak terjadi konflik pembebasan lahan untuk infrastruktur, karena tidak ada ganti rugi, yang ada ganti untung," ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan, biaya pembebasan lahan saat ini sangat kecil yakni sebesar 2-3 persen.
"Kenapa tidak ditingkatkan menjadi 4-5 persen sehingga seluruh kontraktor jalan memberi angka yang lebih besar, sehingga tidak terjadi konflik antar masyarakat," pungkas dia.
Namun, dilansir melalui Twitter @KompasTV, berdasarkan laporan dari Ombudsman tahun 2017 ada sejumlah laporan pembebasan lahan yang tercatat.
Setidaknya ada tiga substansi teratas sepanjang 2017 dari 8.264 yang dilaporkan ke Ombudsman.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 13,43 persen berasal dari pertanahan.
Sebanyak 13,07 persen dari pendidikan, dan kepolisian sebanyak 12,2 persen.
• Penjelasan soal HGU, Status Lahan Prabowo yang Disinggung Jokowi saat Debat Capres
2. Jalan Desa
Jokowi Jokowi yang merupakan presiden petahana ini mengatakan bahwa dalam era pemerintahannya telah membangun 191 ribu jalan di desa.
"Sebetulnya kalau pembangunan infrastruktur untuk rakyat dari depan sudah saya sampaikan, pembangunan 191 ribu km jalan-jalan di desa betul-betul untuk rakyat di bawah, ini yang sering tidak dilihat orang," ujar Jokowi.
Namun, dalam rapot tahunan Jokowi yang diunggah melalui channel YouTube Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2018 tercatat tidak ada jumlah sebanyak yang disebutkan Jokowi saat debat.
Tercatat 158.691 km jalan desa yang terbangun.
Data rapor pemerintahan 4 tahun Jokowi (Capture YouTube Presiden Joko Widodo)
• Komentari Debat Capres, Rizal Ramli Sebut Jokowi Kampanye dan Prabowo Tidak Terlalu Detail
3. Kebakaran Hutan
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Calon Presiden Petahana Jokowi menyebutkan, satu di antara keberhasilannya dalam memimpin Indonesia selama 4 tahun terakhir adalah menekan kebakaran hutan dan lahan.
Capres nomor urut 01 ini mengatakan, selama tiga tahun terakhir pemerintahannya, kebakaran hutan sudah bisa diatasi.
"Kita ingin kebakaran hutan, kebakaran lahan gambut tak terjadi lagi, dan ini sudah kita atasi," kata Jokowi dalam segmen pertama atau penyampaian visi misi pada debat calon presiden di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019).
"Dalam tiga tahun ini, tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan gambut," lanjut Jokowi.
Namun, Greenpeace Indonesia memberikan bantahan atas pernyataan Jokowi itu melalui Twitter miliknya, @GreenpeaceID, Minggu (17/2/2019).
Greenpeace mengungkapkan bahwa faktanya kebaran hutan besar terjadi pada 2015 dan masih terus terjadi hingga saat ini.
"Pak @jokowi tadi mengeluarkan statement bahwa tidak terjadi kebakaran hutan selama 3 tahun terkahir. Faktanya?
Sejak tragedi kebakaran hutan terbesar 2015, kebakaran hutan dan lahan terus terjadi setiap tahun hingga sekarang. #DebatCapres," tulis Greenpeace Indonesia.
• Kementerian LHK Klarifikasi Materi Debat Jokowi soal Kebakaran Hutan yang Dibantah Greenpeace
4. Impor Beras
Jokowi mengatakan sejak 2014 hingga 2019 ini, Indonesia telah menurunkan impor beras.
Pernyataan presiden petahana itu juga dilengkapi dengan pernyataan stok suplus sebanyak hampir 3 juta ton.
"Bahwa sejak 2014 sampai sekarang impor kita untuk beras ini turun, dan produksi beras kita supaya kita tahu semuanya sembilan belas delapan empat kita memang swasembada," ujar Jokowi.
"Dan saat itu produksi beras kita dua puluh satu juta ton per tahun. 2018 kemarin produksi beras kita 33 juta ton beras."
"Konsumsi kita, konsumsi kita dua puluh sembilan koma. Artinya apa? Ada stok ada surplus sebanyak hampir 3 juta ton. 2,8 juta ton. Apa artinya? Kita ini sebetulnya sudah surplus."
Namun dilansir dari Twitter Kompas TV berdasarkan data Kementrian Pertanian, produksi beras tahun 2018 adalah 48,5 juta ton.
Sementara total konsumsi beras nasional benar yakni sebanyak 33,47 juta ton.
Surplus data yang diberikan Jokowi melenceng jauh yakni saat ini sebesar 13,03 juta ton.
5. Palapa Ring
Jokowi banyak menyebutkan prestasinya soal Palapa Ring di kabupaten dan kota di era 4.0.
Ia mengatakan dalam pembangunannya, Palapa Ring Indonesia bagian tengah sudah selesai 100 persen.
"Saya sampaikan Palapa Ring di Indonesia bagian Barat telah 100 persen selesai, Indonesia bagian tengah 100 persen selesai, Indonesia bagian Timur 90 persen selesai, dan nanti di Juli insya Allah 100 persen juga akan selesai, ini menyambungkan-menyambungkan backbone dengan broadband dengan kecepatan yang sangat tinggi dan yang kedua juga," kata Jokowi.
Sementara data yang diperoleh dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, Palapa Ring paket barat telah selesai 100 persen pada Maret 2018.
• Jokowi Tunjukkan Pulpen yang Disebut sebagai Alat Bantu Komunikasi Dirinya saat Debat Capres
Paket tengah selesai Desember 2018.
Sedangkan paket timur 88,14 persen per Desember 2018.
6. Sistem 4G
Presiden petahana, mengatakan di Indonesia Bagian Timur hampir 100 persen dibangun sistem 4G.
Ia menambahkan saat ini juga tengah dibangun hampir 74 persen di kabupaten dan kota.
"Indonesia bagian Barat bagian Timur bagian tengah semuanya hampir sudah 100%," ujar Jokowi.
"Juga sistem 4G, yang sekarang ini telah kita bangun hampir 74 persen di kabupaten kota yang kita miliki telah kita selesaikan."
Faktanya berdasarkan Kementrian Komunikasi dan Informatika, saat ini jumlah kabupaten atau kota yang terlayani broadband 4G di tahun 2017 adalah 64, 4 persen.
Atau sekitar 331 dari 514 kabupaten dan kota.
• Reaksi Kaum Milenial ketika Prabowo Subianto Ditanya soal Unicorn oleh Jokowi
7. Produksi Kelapa Sawit
Jokowi dalam tema Sumber Daya Alam mengatakan saat ini produksi kelapa sawi di Indonesia sudah 46 juta ton per tahun.
"Supaya masyarakat tahu bahwa sekarang produksi sawit Indonesia itu sudah 46 ton per tahun, dan melibatkan petani kurang lebih 16 juta petani," ujarnya.
Sementara sumber dari data BPS mencatatkan, produksi kelapa sawit dalam satu tahun tidak mencapai 46 juta ton.
Rata-rata masih di angka 30 juta ton tiap tahun.
Seperti di tahun 2015 yakni sebesar 26,5 juta ton, lalu yahun 2016 sebesar 31,4 juta ton, dan tahun 2017 sebesar 34,4 juta ton.
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani/ Tiffany Marantika)