TRIBUNWOW.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi, Mahfud MD buka suara terkait soal Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang dikabarkan akan menggantikan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Ma'ruf Amin.
Hal itu disampaikannya melalui akun Twitter miliknya, @mohmahfudmd pada Sabtu (16/2/2019).
Mahfud MD menuliskan tentang banyaknya pertanyaan mengenai kemungkinan Ahok menggantikan Ma'ruf Amin jika Joko Widodo dan Ma'ruf Amin memenangkan kontestasi Pilpres 2019.
Ia menegaskan bahwa secara hukum hal itu tak dapat dilakukan.
• Hasil Survei Elektabilitas Capres 11 Lembaga, Bisakah Prabowo-Sandi Kejar Jokowi-Maruf April Nanti?
"Bnyk yg nanya ttg kemungkinan digantikannya KH Maruf Amin oleh Ahok sebagai cawapres atau wapresnya Pak Jokowi kelak.
Scr hukum hal itu tdk bs. Mengapa?
Jam 17.00 Sabtu sore ini KOMPAS TV akan membahasnya.
Sy akan jelaskan di situ sj krn terlalu panjang kalau dijawab di Twitter," tulis Mahfud MD.
• Tanggapi Berita soal Ahok Bakal Gantikan Maruf Amin, Rustam Ibrahim: Itu Merendahkan sang Kiai
Sementara itu, diberitakan dari Kompas.com, Direktur Komunikasi Politik TKN Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Usman Kansong menyatakan pihaknya melaporkan media massa yang membuat pemberitaan soal Ahok yang akan gantikan Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden, Sabtu (16/2/2019).
Usman menyatakan satu diantara media masa itu dilaporkan ke Dewan Pers pada Jumat (15/2/2019).
Menurutnya media masa tersebut telah menginformasikan sesuatu yang tidak benar.
"Kami mengadukan pemberitaan salah satu harian yang di situ menggambarkan sesuatu yang tidak benar dan menyesatkan," jelas Usman di Posko Cemara, Jumat (15/2/2019).
• Setuju Saran Jusuf Kalla soal Ahok Tak Masuk TKN, Faldo Maldini: Istirahat Dulu Tarung Melulu Capek
Pemberitaan dari media masa yang dimaksud, Ahok disebutkan akan menggantikan posisi Ma'ruf Amin lantaran masalah kesehatan.
Ahok disebut akan menggatikan Ma'ruf Amin jika menang dalam Pilpres 2019.
Terkait hal itu, Usman mengaku menyayangkan hal tersebut bisa terjadi melalui media masa.
"Karena kami mendapat info bahwa pimpinan media tersebut katanya merasa kecolongan," ujar Usman.
"Tapi ini sesuatu yang naif bagi kami. Masa pimpinan kecolongan? Berarti tidak mengontrol media yang bersangkutan," tandasnya.
(TribunWow/Atri)