TRIBUNWOW.COM - Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, janji calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang sebut akan turunkan harga bahan pokok dalam 100 hari setelah dirinya menjabat adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan.
Hal tersebut disampaikan Bhima di program Sapa Indonesia Malam KompasTV, Minggu (10/2/2019).
Pasalnya, menurut Bhima, harga yang ada di pasaran memiliki ketergantungan dengan harga impor.
• Fahri Hamzah: Fakta Bahwa Ekonomi Bocor Sebagaimana Keyakinan Prabowo Lambat Laun Makin Terbukti
"Ini nggak bisa begitu. 100 hari dipaksa harga turun, ada berapa barang yang itu kita impor. Jadi harga itu tidak ditentukan di dalam negeri. Tapi ditentukan variabelnya di luar negeri," kata Bhima.
Bhima lantas memberikan sejumlah contoh dari pernyataannya itu.
"Contoh bang Sandiaga (calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno) bilang terigu naik. Andai kata naik, kita harus cek harga gandum yang ada di Amerika Serikat itu berapa? Naik apa turun?" paparnya.
Namun, dijelaskan Bhima, untuk trennya di sepanjang 2018, harga gandum mengalamani penurunan.
"Kemudian kita cek tempe, yang sering dibilang setipis ATM. Tempe itu kan dari kedelai. Kedelai impor di Amerika Serikat itu sepanjang 2018 juga mengalami penurunan," tambahnya.
Bhima pun menegaskan, mengendalikan harga tidaklah semudah itu.
"Daging sapi itu juga bergantung dari harga impor yang ada di Australia," ujarnya.
"Artinya apa? Artinya ada si pemain lokal, kita bisa bilang daging sapi lokal. Tapi kalau dipaksa untuk turun secara drastis, misalkan harga eceran tertingginya diturunkan, itu yang kena pasti adalah peternak dan kemudian petani," imbuh Bhima.
Bhima lantas membagikan sejumlah hal yang sekiranya bisa cepat menurunkan harga pokok.
Opsi pertama, jelas Bhima, adalah impor bahan pokok secara besar-besaran.
"Tapi kan itu kontradiksi dengan apa yang dijanjikan pak Prabowo," katanya.
• Hasil Survei 7 Lembaga, Jokowi-Maruf Ungguli Prabowo-Sandiaga, Mungkinkah Terkejar April Nanti?
Opsi lainnya, papar Bhima, adalah menertibkan mafia-mafia pangan.
Yang lainnya, kata Bhima, adalah jangka pendek produktifitas pangan, khususnya beras, daging ayam, dan telur.
Memastikan jawaban, pembawa acara lantas bertanya.
"Tapi bisa itu dilakukan dalam 100 hari?" katanya.
"Ya justru itu, saya bilang enggak mungkin bisa," pungkas Bhima.
Simak videonya:
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)