TRIBUNWOW.COM - Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Rustam Ibrahim buka suara soal kabar panggilan pengamat politik, Rocky Gerung atas laporan dugaan tindak pidana penistaan agama.
Rustam menyebut setelah melihat kumpulan video ceramah politik Rocky Gerung, ia menilai bahwa mantan dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut adalah sosok yang sangat mengidolakan sistem pemerintahan demokrasi.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui akun Twitter miliknya @RustamIbrahim pada Jumat (1/2/2019).
Rustam mengapresiasi para pengikut Rocky Gerung yang tertarik dengan cara berpikirnya tanpa mengaitkannya untuk kepentingan Pemilihan Presiden (pilpres) 2019.
• Sebut Pelapor Tak Berfikir Abstrak, Rocky Gerung: Sebab Doktrinnya Kerja Kerja Kerja Bukan Pikir
"Kalau saya saksikan lagi video2 Rocky Gerung @rockygerung dia jelas seorang liberal, penganut sekularisme, mendewakan rasionalitas dan mengidolakan demokrasi. Tapi banyak penggemar2nya justru sebaliknya. Aneh!
Jika para cheerleaders dan pengikut2 @rockygerung adalah orang2 yang memang tertarik dengan pemikirannya, bukan sekedar memanfaatkan Rocky untuk kepentingan Pilpres 2019, kita masih bisa berharap Islam moderat dan liberal akan lebih berkembang di negeri ini," tulis Rustam.
• Tak Hadiri Panggilan Polisi, Rocky Gerung: Peristiwa Setahun Lalu Kok Enggak Diproses-proses
Selain itu, ia mengaku tak mempermasalahkan pendapat Rocky Gerung soal politik di Indonesia, namun Rustam mengatakan yang tak ia suka darinya adalah cara merendahkan pemikiran orang lain dengan menyebut kata dungu.
"Bagi saya apapun pemikiran Rocky Gerung @rockygerung ok ok saja sebagai manifestasi kebebasan berpikir. Yang saya tidak suka adalah kesombongannya yang tidak menghargai pikiran orang lain, yang selalu dia rendahkan dengan kata: dungu," jelasnya.
Kendati demikian Rustam merasa bersyukur jika para pengikut Rocky Gerung menjadi toleran terhadap perbedaan khususnya soal kepercayaan.
Sebab menurutnya, sistem pemerintahan demokrasi berpinsip pada toleransi antar rakyatnya.
"Saya bersyukur jika pengikut2 Rocky Gerung @rockygerung benar2 menjadi toleran, apalagi jika menjadi pendukung sekularisme yang memisahkan agama dari negara, toleran kepada gagasan Islam liberal dan mendukung demokrasi," kata Rustam
• Tanggapi Pemeriksaan Rocky Gerung, Politisi Gerindra: Kini Polisi Berpihak Pada Elite Penguasa
Lebih lanjut, Rustam menyebut cara menyampaikan pemikiran Rocky Gerung terkesan seperti menyerang merupakan ciri khas dari dirinya.
"Sy sdh kenal @rockygerung sejak awal 1990an. Kadang bertemu diforum diskusi. Ciri khasnya selalu nyerang pendapat org lain & terkesan congkak. Beda dgn rekan seangkatannya yg juga sy kenal baik, krn pernah gabung di LP3ES: Skrg Dr Ade Armando, Dr. Nur Iman Subono &Dr. Vedi Hadiz," tandasnya.
Diketahui, kabar Rocky Gerung dipanggil oleh pihak kepolisian tengah santer disoroti oleh masyarakat.
Sebelumnya Rocky Gerung dikabarkan mendapat panggilan dari Polda Metro Jaya untuk memberikan klarifikasi soal laporan kasus ujaran kebencian pada Kamis (31/1/2019).
Namun, kuasa hukum Rocky Gerung, Haris Azhari pastikan kliennya tak bisa penuhi panggilan tersebut lantaran sedang berada di luar kota.
"Besok, besok, ditunda," jelas Haris seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (31/1/2019).
"(Rocky Gerung) lagi di Makassar, itu alasannya," ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya mengajukan penjadwalan ulang dengan pihak berwajib dan kliennya.
Haris memaparkan akan hadir pada panggilan klarifikasinya pada Jumat (1/2/2019) pukul 15.00 WIB.
• Sebut Pelapor Tak Berfikir Abstrak, Rocky Gerung: Sebab Doktrinnya Kerja Kerja Kerja Bukan Pikir
Diketahui, pelaporan ini dilakukan oleh Jack Boyd Lapian lantaran ia menganggap Rocky Gerung telah melanggar Pasal 156 Huruf A Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP dugaan tindak pidana penistaan Agama.
Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Rocky Gerung mengatakan bahwa kitab suci adalah fiksi karena belum selesai dan tiba, Selasa (10/4/2019).
"Saya mulai pelan-pelan buat nyari cara, asal usul dari masalah ini adalah fiksi atau fakta, dan itu sebetulnya permulaan yang buruk, karena saat kita sebut kata fiksi di kepala kita adalah fiktif, fiction (fiksi) itu adalah kata benda selalu ada pengertian literatur di dalam kata fiksi, karena diucapakan di sebuah forum politik, maka dia dianggap sebagai buruk," kata Rocky Gerung.
"Fiksi itu sangat bagus, dia adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi, itu fungsi dari fiksi, dan kita hidup di dunia fiksi yang lebih banyak daripada di dunia realitas, fiksi lawannya realitas bukan fakta," ujarnya.
"Jadi kalau Anda bilang itu fiksi dan kata itu menjadi penyoratif, jadi Anda tidak memperbolehkan anak Anda membaca fiksi karena sudah dua bulan ini kata fiksi sudah menjadi kata yang buruk," sambungnya.
"Kitab suci itu fiksi bukan? Siapa yang berani jawab, kalau saya berbicara bahwa fiksi itu adalah imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi, karena belum selesai, belum tiba, babat tanah jawi itu fiksi," tanya Rocky Gerung.
"Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos (akhir, tujuan, sasaran-dalam bahasa Yunani), dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif," imbuhnya.
"Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci itu adalah fiksi," ucapnya.
Rocky Gerung menyebutkan jika fiksi itu kreatif, sama seperti orang beragama yang terus kreatif dan menunggu telos-nya.
(TribunWow.com/Atri)