TRIBUNWOW.COM - Pekerja Seni, Sudjiwo Tedjo tampak tertawa dan menggebrak-gebrak meja setelah mendengar jawaban dari calon presiden fiktif Nurhadi.
Hal itu tampak dalam acara 'ROSI: Politik Tronjal Tronjol, Menolak Fanatisme Buta Pada Capres' di Kompas TV, Kamis (10/1/2019) malam.
Mulanya, Sudjiwo Tedjo mengatakan menjadi menteri lebih enak daripada terpilih sebagai presiden.
• Dengar Pernyataan Sudjiwo Tedjo, Capres Fiktif Nurhadi Tak Kuasa Menahan Tawa
"Enaknya jadi capres presiden itu apa? Kenapa enggak jadi menteri saja. Kalau presiden dimana-mana ada pengawalnya," kata Sudjiwo Tedjo.
Lebih lanjut, Sudjiwo Tedjo mengatakan jabatan menteri masih bisa jatuh cinta.
"Kalau bayangan saya jabatan tertinggi yang masih enak itu menteri karena masih bisa jatuh cinta," ujar Sudjiwo Tedjo.
"Kalau capres dikawal setiap hari enak enggak? Siap enggak sampeyan? Apa artinya hidup tanpa cinta," tanya Sudjiwo Tedjo kepada Nurhadi.
"Saya selalu punya cinta karena selalu asyik, tronjal-tronjol lho," jawab Nurhadi.
Setelah itu, Sudjiwo Tedjo menanyakan kepada Nurhadi soal banyaknya penjilat di dua kubu baik kubu Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto.
"Saya punya pertanyaan begini, sekarang munculnya dua kubu ini, bukan karena Pak Prabowo bukan Pak Jokowi, tapi karena penjilat-penjilat yang tumbuh, penjilat itu yang membuat itu selalu benar, ini selalu benar," kata Sudjiwo Tedjo.
"Nah sekarang, pertanyaan saya untuk Pak Nurhadi, di dalam kontes seperti ini, mana duluan telor sama ayam itu sudah kuno."
"Pertanyaan saya, mana yang duluan, penjilat apa es krim? Kenapa banyak penjilat, karena banyak es krim," tanya Sudjiwo Tedjo.
• Kampanye Paslon Fiktif Nurhadi-Aldo Jadi Trending Topic di Twitter, Putra Jokowi Tak Mau Ketinggalan
Menanggapi hal itu, Nurhadi menjawab dengan pernyataan yang mengundang tawa seluruh narasumber dan penonton.
"Yang jelas enak saling menjilat," jawab Nurhadi.
"Kalah, kalah. Setelah Cak Imin juga kurang lucu, ternyata presiden jancukers kalah," ujar pembawa acara.
Sudjiwo Tedjo pun meluapkan tawanya dengan menggebrak-gebrak meja.
Sudjiwo Tedjo tampak menggebrak-gebrak meja setelah mendengar jawaban capres fiktif Nurhadi di acara Rosi Kompas TV, Kamis (10/1/2019). (Capture/YouTube Kompas TV)
"Baru kali ini lho ada yang skakmat dia," kata pembawa acara.
"Biasanya skakmat orang, yang bisa mengalahkan penjilat cuma pemijat, mas. Ini hebatnya," timpal penulis Maman Suherman.
"Karena pemijat itu bikin nikmat," kata Nurhadi.
Simak video selengkapnya di bawah ini:
Sebelumnya, Sudjiwo Tedjo turut angkat bicara soal capres fiktif Nurhadi yang tengah menjadi perbincangan publik.
"Kalau menurutku Pak Nurhadi muncul menjawab ketika saya melihat TL (Timeline) Twitter, saya begini (sambil menggerakan tubuh) suatu hari, belum lama ini," kata Sudjiwo Tedjo.
Lebih lanjut, Sudjiwo Tedjo mengatakan situasi politik saat ini bahkan bisa merusak persahabatan dengan temannya.
"Jadi saya ngobrol soal, kalau selang itu bohong kira-kira begitu, Esemka itu bohong enggak. Sebaliknya kalau Esemka itu bohong, soal selang itu bohong enggak?" ujar Sudjiwo Tedjo.
"Aku dimaki sama bekas bukan temanku, dimaki di Twitter, teman. Satu lagi, tidak maki, tapi retweet makian ke aku, ini teman, seorang kyai. Satunya seorang akademisi," kata dia menambahkan.
Sudjiwo Tedjo menyayangkan orang yang menghinanya tidak menghubunginya secara pribadi, seperti menelpon.
"Ini Pak Nurhadi seolah-olah muncul ketika begini, kenapa kok dia viral, orang yang kayak aku banyak di Indonesia. Orang gila aja nonton orang gila," kata Sudjiwo Tedjo sembari menunjuk Nurhadi.
Mendengar pernyataan itu, Nurhadi tak dapat menahan tawanya.
Sudjiwo Tedjo dan calon presiden fiktif Nurhadi (Capture/YouTube Kompas TV)
Tak berhenti disitu saja, Sudjiwo Tedjo mengatakan masyarakat menunggu sosok yang muncul saat situasi politik yang serius.
"Sekarang ketika fenomena politik jadi serius dan padahal enggak serius juga sih. Yang kita tunggu adalah kalau enggak tukang pijit, orang gila atau tuka pijit yang gila," kata Sudjiwo Tedjo yang disambut tawa oleh Nurhadi.
• Tampil di TV, Capres Fiktif Nurhadi Tak Kuasa Tahan Tawa Dengar Omongan Sudjiwo Tedjo
Diketahui, pasangan calon presiden dan wakil presiden fiktif, Nurhadi-Aldo sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Nurhadi dan Aldo merupakan paslon fiktif buatan netizen.
Meski tidak benar-benar berpartisipasi dalam Pilpres 2019, paslon Nurhadi - Aldo memiliki banyak penggemar di media sosial karena nada "kampanye" mereka yang kocak.
Meski nada kampanye Nurhadi-Aldo cenderung kasar dan sedikit vulgar, gaya candaan mereka tetap disukai netizen.
Sosok keduanya seakan menjadi intermezzo menjelang pemilihan presiden 2019.
Di samping sosok Nurhadi-Aldo yang viral, tagar dan kalimat yang disampaikan keduanya juga viral.
Pada awalnya, tidak ada yang mengetahui siapa sosok di balik capres cawapres fiktif ini.
Hingga kemudian terungkap fakta siapa sebenarnya Nurhadi, sang calon presiden fiktif.
Nurhadi ternyata seorang tukang pijit asal Kudus yang memang gemar melontarkan kata-kata kocak.
Ketika ditanya tentang calon presidennya, Nurhadi justru tak tahu menahu.
"Saya malah tidak tahu dan tidak kenal siapa cawapres pasangan saya itu," tutur Nurhadi, Pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 kepada Kompas.com, Minggu (6/1/2019).
Diberitakan Tribunnews, Nurhadi adalah hasil imajinatif seorang warga yang mengaku berasal dari Yogyakarta.
Pada Desember 2018 lalu, seseorang yang mengaku bernama Edwin asal Sleman DIY, menghubunginya via aplikasi messenger.
Dalam obrolan itu, Edwin mengaku sangat mengagumi Nurhadi.
Awalnya, beberapa tahun lalu, melalui akun Facebook pribadi, Nurhadi membentuk "Komunitas Angka 10".
"Nah, kemudian ada orang yang mengaku dari Yogyakarta bernama Edwin. Dia yang mengikuti akun saya itu mengaku ngefans dengan saya. Apalagi pengikut saya di komunitas angka 10 mencapai puluhan ribu. Kata dia, unggahan-unggahan saya itu lucu dan menginsiprasi," kata Nurhadi.
Dari situlah kemudian capres dan cawapres bayangan, Nurhadi dan Aldo (Dildo) mulai tercipta.
Edwin terus intens berkomunikasi dengan Nurhadi.
Saat itu, Edwin meminta izin kepada Nurhadi apakah berkenan jika nama dan wajahnya diviralkan melalui medsos sebagai capres fiktif.
Nurhadi pun mengamini penawaran itu asalkan tidak melanggar hukum dan agama.
Apalagi, mereka sama-sama jengah atas situasi menjelang Pilpres 2019 yang menurut mereka sudah tidak sehat.
Maka, terbentuklah capres dan cawapres fiktif tersebut di medsos hasil karya Edwin yang disebutnya sebagai tim suksesnya.
Capres-cawapres fiktif itu hanya sebatas "dagelan politik" yang berisi sindiran-sindiran dengan politik saling sikut saat ini.
"Saya jawab, kenapa harus saya kok tidak orang lain saja. Kata Edwin sih saya lebih berpotensi tenar karena dikenal banyak pengikutnya. Ya sudah saya setuju dengan syarat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagai humor politik saja untuk meredam ketegangan suasana Pilpres 2019. Saya enggak mau terjadi keributan hanya karena beda pilihan presiden," ungkap Nurhadi.
(TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)