TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Lokataru yang juga Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Haris Azhar, memberikan tanggapan soal pernyataan Koordinator Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN), Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, yang sebut kasus HAM 98 itu ibarat nasi basi.
Hal tersebut disampaikan Haris di acara Mata Najwa bertajuk "Jelang Ronde Pertama" yang tayang di Trans7, Rabu (9/1/2019).
Haris Azhar memaparkan, pelanggaran berat HAM itu tidak lekang dimakan waktu.
• Megawati Sindir Kubu yang Ingin Merebut Kekuasaan dengan Hoaks: Apa Bangsa Ini Tidak Porak Poranda?
"Jadi kalau Dahnil bilang basi, saya minta maaf, ini bukan untuk memuaskan publik tiap lima tahunan," tegasnya.
Menurut Haris Azhar, menyoal penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu itu merupakan pembahasan
terkait kebenaran, dan keadilan untuk korban.
"Makanya di undang-undang 26 (UU No. 26 tahun 2000) yang mengatur soal pengadilan HAM, dia bisa retroaktif," jelasnya.
"Jadi saya minta tolong timnya Prabowo-Sandi baca undang-undang dulu lah," imbuhnya kemudian.
Tawa dan tepuk tangan pun terdengar dari studio Mata Najwa.
"Tetapi, kasus penculikan atau kasus Trisakti Semanggi yang menyebutkan nama Wiranto juga. Atau kasus Talangsari yang menyebutkan nama Hendro Priyono juga, itu juga tidak diselesaikan oleh timnya Jokowi," lanjut Haris mencoba netral.
• Berdiri di Dekat Rumah Jokowi, Posko PDIP dan Posko BPN Prabowo-Sandi Nyaris Berhadapan
Ia pun menegaskan pernyataannya.
Menurutnya, jika membicarakan soal HAM, kedua calon presiden yang sedang berkontestasi di Pilpres 2019 memiliki masalah dengannya.
"Kalau tadi isu HAM ini dibilang dipelihara tiap lima tahun, ya karena memang dipakai untuk menjegal Prabowo, dan jendral-jendral yang berpolitik lainnya," terang Haris lagi.
Ia juga memaparkan, terkait isu HAM yang menyerang Prabowo selama ini, itu bukan masalah politik, namun, hanya keinginan masyarakat untuk menyelesaikan kasus tersebut, serta kasus pelanggaran HAM berat lainnya.
Kubu Jokowi dan Kubu Prabowo Debatkan Kasus HAM
Sebelumnya diberitakan, Mata Najwa membahas sejumlah sub tema di episode "Jelang Ronde Pertama", Rabu (9/1/2019).
Satu di antaranya adalah membahas soal Hak Asasi Manusia (HAM).
Di segmen yang membahas soal HAM, pembawa acara Najwa Shihab membahas soal keraguan masyarakat terkait kasus HAM masa lalu yang menyerang calon presiden nomor 02, Prabowo Subianto.
• Berdiri di Dekat Rumah Jokowi, Posko PDIP dan Posko BPN Prabowo-Sandi Nyaris Berhadapan
Namun, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hadir disana menjelaskan bahwa itu hanya stigma politik saja.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Tim Kemenangan Nasional ( TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Arsul Sani menganggap, masih terlalu dini bagi BPN untuk menyebut bahwa kasus HAM yang mencatut nama Prabowo itu adalah stigma politik.
"Masih terlalu pagi untuk menyatakan itu stigma politik, karena belum ada penyelidikan soal Pak Prabowo itu terlibat atau tidak," tegasnya.
"Tapi, jika kasus pelanggaran HAM berat, terutama kasus 1998 dibuka kembali, dan Pak Prabowo yang terpilih sebagai presiden, implikasi apa yang akan dilakukan pak Prabowo?," tanyanya kemudian.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Jubir BPN Prabowo-Sandio, Dahnil Anzar, mengibaratkan apa yang disampaikan Arsul Sani sebagai nasi basi.
"Bicara pelanggaran HAM 1998 itu bak nasi basi kemudian dipaksakan disajikan ke publik, meminta publik untuk makan nasi itu," ujarnya.
"Kemudian apa yang terjadi? Publik muak. Publik bosan karena itu nasi basi," imbuh Dahnil.
Sorakan dan tepuk tangan pun terdengar dari studio.
"Pernyataan ini menyinggung teman-teman masyarakat sipil loh!," kata Arsul Sani.
• Jawaban Karni Ilyas soal ILC yang Dapat Banyak Tantangan Berani Enggak Angkat Tema-tema Khusus
Dahnil pun menjelaskan, yang dimaksudnya adalah publik merasa muak karena kasus tersebut terus dipolitisasi.
"Pak Prabowo itu seorang prajurit sejati. Ia berani bertanggung jawab kalau memang ada proses pengadilan dan macam-macam. Jadi tak usah khawatir soal itu," papar Dahnil Kemudian.
Arsul Sani pun diberikan kesempatan untuk menanggapi Dahnil.
Ia mengatakan, ketika Dahnil menilai bahwa kasus itu sudah basi, sementara begitu banyak elemen masyarakat sipil yang masih menuntut, dirinya merasa bahwa Dahnil agak melecehkan masyarakat.
"Kedua, kalau memang komitmen itu ada, sekali lagi, kita menggunakan azas praduga tak bersalah yang mengharapkan jawabannya adalah tentu 'kalau saya terpilih, dan ada penyidikan, saya akan membentuk pengadilan ham berat'. Itu yang seharusnya (disampaikan Prabowo)," katanya.
"Itu tidak basi kalau disampaikan oleh pegiat HAM. Itu jadi basi karena disampaikan oleh Anda-anda (TKN)," Dahnil menginterupsi.
"Begini ya pak, Pak Prabowo itu disekelilingnya itu anak-anak muda. Tapi di sekitarnya Pak Jokowi, yang ikut menyetir itu adalah pelanggar-pelanggar HAM," kata Dahnil yang kemudian mendapat tepuk tangan penonton di studio.
Mendengar hal tersebut, Arsul Sani pun mengaku heran.
• Kunjungi Korban Kebakaran di Tambora, Sandiaga Uno Terenyuh saat Lihat Lokasi
Ia lantas menyebutkan kelebihan yang dimiliki tim 02 berdasarkan versinya.
"Ini kelebihannya 02. Mereka berani mengatakan yang disekitar Pak Jokowi adalah pelanggar HAM, tapi tidak berani mengindikasikan dirinya juga pelanggar HAM. Itu kelebihan Anda yang harus saya akui," tegasnya.
Simak videonya:
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)