TRIBUNWOW.COM - Badan Meteorologi, Geofisika, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan saat ini masih mempertimpangkan kondisi di wilayah Selat Sunda terkait dengan potensi kegempaan yang dimungkinkan akan terjadi lagi.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly dalam siaran pers BMKG melalui akun Instagram resminya @infobmkg pada Sabtu (5/1/2019).
Awalnya Sadly menuliskan terkait pertimbangan kondisi lereng atau tebing dasar laut Gunung Anak Krakatau masih dalam pantauan.
Begitu pun kondisi potensi kegempaan di Selat Sunda yang saat ini peringatan waspada tsunami masih diterapkan.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada ketika beraktivitas dalam radius 500 meter dari bibir pantai pada elevasi kurang dari 5 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, masyarakat juga diminta supaya tidak terpancing oleh isu yang tak bertanggungjawab dengan memantau perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui aplikasi yang dikeluarkan oleh BMKG, yakni BMKG Indonesia.
"SIARAN PERS *Update Waspada Tsunami Selat Sunda*
Bedasarkan informasi Badan Geologi terkait perkembangan erupsi Gunung Anak Krakatau, serta dengan mempertimbangkan kondisi lereng/tebing dasar laut ataupun kondisi potensi kegempaan di Selat Sunda, maka zona waspada tsunami masih diterapkan dalam radius 500 m dari tepi pantai yang berada pada elevasi rendah (elevasi kurang dari 5 m di atas permukaan laut).
Masyarakat diminta tetap tenang dan *waspada, dalam beraktivitas* di pantai/pesisir Selat Sunda, dalam radius 500 m dari tepi pantai yang berada pada elevasi rendah.
Mohon terus memonitor perkembangan informasi terkait kewaspadaan bahaya tsunami, melalui website, aplikasi mobile dan media sosial *InfoBMKG*, serta memonitor perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui aplikasi *MAGMA INDONESIA* Badan Geologi-ESDM, agar tidak terpancing dengan informasi / isu yang menyesatkan.
BMKG beserta Badan Geologi dengan dukungan TNI dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman masih tetap terus memantau, dan akan terus menyampaikan informasi perkembangannya.
Jakarta 5 Januari 2019
Pk. 11:00 WIB
Deputi Bidang Geofisika BMKG
Dr. Ir. Muhamad Sadly, M. Eng," tulis akun @infobmkg.
Diketahui sebelumnya, aktivitas Gunung Anak Krakatau telah memicu terjadinya bencana tsunami di Selat Sunda, yang menyebabkan ratus orang meninggal di Pandeglang (Banten) dan Lampung Selatan (Lampung), Sabtu (22/12/2018).
• Tanggapi Prostitusi Online Artis, Hotman: Jangan Cuma Artis yang Diekspos, Oknum Konglomerat Juga
Dikutip dari Kompas.com, menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati imbau masyarakat untuk selalu waspada adanya tsunami susulan setelah menemukan retakan baru di Gunung Anak Krakatau.
Imbauan itu Dwikorita sampaikan saat dirinya berada di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Pandeglang, Banten pada Selasa (1/1/2019).
Dwikorita menjelaskan bahwa retakan muncul setelah Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan, sebelumnya 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.
"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut. Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," jelasnya.
Dwikorita mengatakan, ada dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah stu garis lurus di salah satu sisi bagian Gunung Anak Krakatau.
• Video Detik-detik Gunung Anak Krakatau Erupsi, Tinggi Letusan Mencapai 500 Meter
Diduga retakan terjadi akibat adanya getaran tinggi yang muncul pada saat gunung erupsi.
Dari retakan tersebut, Dwikorita mengkhawatirkan kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau bisa saja terjadi longsor dan masyarakat diminta untuk selalu waspada di zona 500 meter dari pinggir pantai.
"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," jelasnya.
"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," imbuh Dwikorita.
(TribunWow.com/ Atri W)