TRIBUNWOW.COM - Acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang ditayangkan oleh TVOne Selasa (4/12/2018) meninggalkan kisah menarik.
Ada sebuah foto yang menarik perhatian sejumlah narasumber.
Foto tersebut yakni sebuah foto kolase yang menunjukkan calon presiden (capres) nomor urut 1 Joko Widodo dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, dengan latar belakang aksi reuni 212 yang digelar minggu kemarin di Monumen Nasional (Monas).
Narasumber yang turut mengomentari foto tersebut di antaranya Pengamat Komunikasi Politik Effendi Gazali dan Pengamat Politik, Rocky Gerung.
Tanggapan yang diberikan oleh Rocky Gerung juga turut disanggah olehPengamat Politik sekaligus mantan tim relawan Joko Widodo, Boni Hargens.
Dikutip TribunWow dari acara Indonesia Lawyer Club, Effendi tampak mengomentari kolase foto tersebut dengan sudut pandang yang cukup unik.
Sebagai pembicara pertama yang dipersilahkan untuk menyampaikan gagasannya, ia memilih memulai pembahasan dengan melihat gambar kolase foto Prabowo dan Jokowi.
• Sindir Boni Hargens di ILC, Fadli Zon: Baru Satu Poin Saja Sudah Gelagapan
"Tapi kalau boleh mulai gambar yang dibelakang tadi yang dipandu dengan lagu Sempurna nya Andra dan The Backbone, kalau disorot lagi ke belakang itu,"
"Gambar yang mempertemukan Pak Prabowo dan Pak Jokowi dengan latar belakang reuni 212 itu, gambarannya kurang lebih pertanyaannya begini, yang satu bertanya seberapa gugup anda dengan reuni 212 ini, sedangkan yang satu lagi pertanyaannya kurang lebih seberapa greget sebetulnya, 212 ini untuk elektabilitas anda selanjutnya," terang Effendi.
Effendi menilai jika kolase foto tersebut sudah cukup menggambarkan tema yang diusung dalam episode tersebut.
"Itu kurang lebih, jadi terimakasih, gambar ini saja sudah mewakili apa yang harus dibicarakan pada malam hari ini," ungkap Effendi.
Diketahui jika ILC episode 4 Desember kemarin mengusung tema "Pasca Reuni 212 : Menakar Elektabilitas Capres 2019".
• Diundang di ILC, Adian Napitupulu Mengaku Bingung: Apa Hubungannya Elektabilitas dan Reuni 212?
Berbeda dengan komentar yang dilayangkan oleh Effendi terkait kolase foto tersebut, Rocky Gerung menyampaikan hal yang berbeda.
"Kalau saya lihat caption (kolase foto Prabowo-Jokowi) itu yang dibelakang saya, itu adalah peristiwa sejarah," ucap Rocky.
Rocky mengapresiasi stasiun TV One yang mendokumentasi dan menayangkan acara Reuni Akbar 212 minggu (2/12/2018).
"Bayangkan misalnya kalau TV One, pada waktu itu gensetnya mati, listriknya korslet, maka enggak ada yang memberitakan peristiwa sejarah itu,"
"Jadi kalau pers nasional tidak memberitakan itu, itu artinya pers memalsukan sejarah, karena orang enggak pernah tahu, ada satu peristiwa, mau dikasih nama apa saja itu, dengan kumpulan orang sebanyak itu, dengan ketertiban intelektual tapi tidak dimuat oleh pers," lanjutnya.
Rocky lantas menegaskan jika pers tidak memberitakan tentang aksi reuni 212, maka pers indonesia dikatakannya telah melakukan penggelapan sejarah.
"Karena itu kalau saya lihat berita-berita itu, akhirnya pers kita itu sekedar jadi humas pemerintah, baca pers mainstream itu sama saja baca brosur pemerintah," jelas Rocky.
• Debat soal Politisasi Reuni 212 dengan Boni Hargens di ILC, Dedi Gumelar: Saya Boleh Pulang Enggak?
Rocky kemudian membandingkan kolase foto tersebut dengan kejadian lampau di tahun 1963 di Washington.
"Bayangkan orang asing, kalau dia lihat video itu, imajinasinya kemana? Monas itu imajinasinya pergi pada satu peristiwa tahun 1963 di Washington ketika Martin Luther King bicara tentang 'I Have a Dream' dalam pidato itu."
Rocky lantas menjelaskan ada kesamaan antara kolase foto Prabowo-Jokowi dengan kejadian tersebut.
"Persis sama itu fotonya itu, Martin Luther King di sebelah kanan dalam posisi Jokowi, dan itu jadi foto yang ada dimana-mana di semua galeri, di toko, di cafe," jelasnya.
"Jadi kita diingatkan jika 212 itu memang sesuatu yang sebut saja momen itu memang di 2016 gitu, tapi kemudian dia menjadi sebuah monumen dipindah dia dari momen menjadi monumen,".
"Itu soalnya, saya sebut 212 lepas dari segala interpretasi, itu adalah suatu reuni akal sehat, kalau bukan karena akal sehat, ada itu orang iseng buat ngasih komando itu, selesai itu istana di depan itu berantakan itu Jakarta" lanjut Rocky.
• Sering Diinterupsi saat Berargumen di ILC, Rocky Gerung Beri Ucapan yang Disambut Tepuk Tangan
Namun, pendapat Rocky yang menyamakan aksi 212 dengan Martin Luther King dibantah oleh pengamat politik yang sekaligus mantan relawan Joko Widodo, Boni Hargens.
Menurutnya, tidak bisa menyamakan gerakan 212 dengan langkah yang dilakukan oleh Martin Luther King.
"Pertama, menganalogikan ini dengan gerakan Martin Luther King ini ada sebuah ketersesatan yang sungguh fatal, yang dilakukan oleh Luther King sebuah protes terhadap penindasan sebuah etnik, sebuah ras,".
"Disini pertanyaannya adalah 212 siapa yang ditindas di sana? Siapa yang menindas umat Islam di republik ini, 32 tahun orde baru itu adalah sejarah penghancuran terhadap hak-hak sipil dan hak politik masyarakat,".
"Kalau hari ini kita paksakan Jokowi empat tahun berkuasa menutup semua kegagalan orde baru, itu sebuah kekejian yang tidak masuk akal, atau ada sistem berfikir yang rusak dari cara berfikir kamu, terimaksaih" tegas Boni menginterupsi pernyataan Rocky.
(TribunWow.com/Nila Irdayatun Naziha)