Reuni Akbar 212

Diundang di ILC, Adian Napitupulu Mengaku Bingung: Apa Hubungannya Elektabilitas dan Reuni 212?

Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adian Napitupulu Tim Kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin

TRIBUNWOW.COM - Tim Kemenangan Pasangan Calon Presiden Nomor Urut 1, Adian Napitupulu mengakui dirinya bingung untuk berdiskusi mengenai Aksi Reuni Akbar 212, yang disangkut pautkan dengan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Dikutip Tribunwow dari akun YouTube Indonesia Lawyer Club tvOne, Selasa (4/12/2018) menurutnya, kedua hal tersebut tidak saling berkaitan.

"Kalau saya mau meyakini bahwa sebenarnya tidak ada kaitan antara reuni 212 ini dengan elektabilitas," jelas Adian membuka pembahasan.

Ia kemudian menegaskan jika reuni 212 tersebut tiak mempunyai kaitan dengan urusan politik.

"Tetapi karena judul acara ini mengukur elektabilitas calon presiden dan wakil presiden terkait reuni itu, justru saya yang jadi bingung, apa hubungannya?."

"Kalau kemudian itu (reuni 212) adalah acara politik, mungkin ada kaitannya dengan elektabilitas para capres, tapi kalau misalnya tidak, harusnya tidak perlu dikait-kaitkan, menurut saya itu," terangnya.

Inilah 3 Poin yang Disampaikan Effendi Gazali di ILC terkait Aksi Reuni Akbar 212

Mengenai survey yang dilakukan oleh lembaga survey, Adian lantas menjelaskan jika hal tersebut belum tentu benar.

"Tentang Survey, dari sekian banyak survey lalu yang yang dibawah lima puluh persen memang hanya surveinya median ya, dan memang beberapa kali contohnya 26 Juni 2014, median juga mengatakan bahwa Jokowi kalah, tetapi sekitar 13 hari sampai 14 hari kemudian ketika pemilu sudah berjalan, justru Jokowi yang menang, berarti bahwa belum tentu juga apa yang disampaikan itu benar adanya," terang Adian.

Adian juga mengungkapkan bahwa hasil survey Median yang mengatakan jika Jokowi kalah dalam elektabilitas, diduga lantaran adanya subsidi silang.

Adian Napitupulu Tim Kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Youtube Indonesia Lawyer Club)

"Tapi mengapa survey Jokowi disini sangat kecil versi Median, ya mungkin karena subsidi silang tadi, bagaimanapun kalau subsidi kan memang biasanya kecil-kecil ya, sehingga hasilnya juga kecil." terangnya.

Kamudian ia juga mengaku bingung jika Jokowi dikatakan kalah dalam elektabilitas.

Lantas Adian mengungkapkan jika hanya ada satu hal yang dapat mengalahkan Jokowi dalam pencalonan 2019 mendatang.

"Kalo menurut saya, Jokowi akan kalah ketika ada yang mempunyai prestasi lebih daripada Jokowi, jadi kemudian kalau kita gunakan acara reuni 212 ini dijadikan alat ukur untuk elektabilitas, menurut saya enggak tepat, bagaimanapun juga yang dilkakukan oleh Jokowi itu prestasinya jelas." kata Adian.

Adian menegaskan jika Jokowi sampai sekarang masih belum mempunyai lawan untuk menandingi prestasi yang telah sang presiden peroleh.

Kata Peneliti Survei LSI Denny JA soal Pengaruh Reuni 212 ke Elektabilitas Capres Jokowi-Prabowo

Ia lantas mengungkapkan jika ada pola yang berbeda sehingga didapatkan kaitan mengenai aksi reuni 212 dengan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden.

"Jokowi tidak akan mendatangkan sekian banyak orang, bahkan berjuta-juta orang, tapi menurut saya bahwa Jokowi lah yang akan mendatangi berjuta-juta orang," tegas Adian.

Hal tersebut dijelaskan oleh Adian merupakan pola yang memang sudah sejak lama ia lakukan ketika blusukan.

Adian kemudian mengungkapkan apa dampak yang akan dirasakan dari perkumpulan massa yang sangat besar.

"Ketika kemudian reuni 212 ini bisa berdampak kepada elektabilitas, sambil kita menunggu hasil survey, kita lihat, apa yang paling sensitif dari akumulasi massa sangat besar," terang Adian.

Dampak yang dijelaskan oleh Adian kemudian dicontohkan seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar, namun menurutnya pula, sampai saat ini nilai tukar rupiah masih dalam kondisi wajar justru nilai tukar semakin menguat.

"Berarti bahwa secara ekonomi tidak berdampak, elektabilitas pun menurut saya tidak berdampak buruk terhadap Jokowi, rakyat akan melihat kemudian bagaimana rakyat melihat Jokowi sebagai presiden yang paling sering dihina oleh orang itu ternyata mampu menjaga Indonesia tetap kondusif saat menjelang pemilu," terang Adian.

Effendi Gazali Saat dengarkan sanggahan dari Adian Napitupulu, Selasa (4/12/2018) (Youtube Indonesia Lawyer Club)

Dalam kesempatan yang sama, Adian juga sempat memberikan tanggapan terkait pernyataan Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali yang mengatakan jika ada media yang tidak menginformasikan terkait acara akbar 212 minggu kemarin.

Menurut Adian kebebasan pers mempunyai banyak persepsi masing-masing.

Effendi Gazali Sampaikan 3 Hal di ILC soal 212, Irma Suryani: Jangan Provokatif dan Berat Sebelah

Bahkan jika mewajibkan suatu media untuk memberitakan sebuah informasi, menurut Adian juga turut melanggar kebebasan pers.

"Bahkan di era keterbukaan ini, ketika HUT kemerdekaan pun ada media yang tidak memberitakan, dan tidak masalah," terang Adian.

Adian lantas menegaskan jika kebebasan pers dapat memberikan ruang kepada media, untuk memberitakan maupun tidak memberitakan suatu informasi tanpa mendapatkan penghakiman.

"Jika kemudian media itu beritakan maka dia media yang bagus, hebat, jempol, tidak juga, lalu jika dia tidak memberitakan dia media yang tidak berpihak, tidak juga, tidak sesederhana itu menurut saya kita menghakimi media," jelas Adian.

Dikatakan oleh Adian, jika penghakiman kebebasan pers di masa ini dilakukan, berarti hal tersebut menunjukkan adanya pewarisan dari orde baru.

"Bukan seperti itu cara pandang kita, karena Abang juga orang media tentunya." jelas Adian menanggapi pernyataan dari Effendi Gazali.

Diketahui Effendi mengungkapkan ada semacam kekhawatiran terkait elektabilitas sehingga terdapat media yang mencoba untuk menyembunyikan acara reuni 212, dan tidak mempublikasikannya.

"Coba tanyakan, apakah ada acara sebesar ini barangkali yang terbesar di dunia, ada nggak yang mengajarkan jika media boleh blok dan menutup hak infomasi publik dan seakan akan itu tidak terjadi," terang Effendi disambut tepuk tangan penonton.

Ia lantas mengungkapkan jika seharusnya media tersebut tetap melakukan peliputan namun disesuaikan dengan kebijakan dari media yang bersangkutan tersebut.

"Anda bisa menyampaikan kebijakan editorial Anda atau mengundang analisis tertentu dan melakukan analisis," ungkap Effendi.

Effendi menegaskan jika media tersebut, harus tetap menyampaikan adanya acara besar reuni akbar 212 tersebut.

(TribunWow.com/Nila Irdayatun Naziha)