TRIBUNWOW.COM - Pengungsi korban gempa di Palu tepatnya di Lapangan Watulemo, depan Kantor Wali Kota Palu masih susah mendapatkan air mineral hingga air susu untuk anak-anak.
Bahkan, pengungsi mengatakan, untuk mengambil air mineral, para pengungsi harus menyetor KTP atau Kartu Keluarga (KK).
Atas pemberitaan tersebut, juru bicara wakil presiden Jusuf Kalla (JK), Husain Abdullah memberikan komentar.
Komentar itu disampaikan Husain Abdullah melalui Twitter @husainabdullah1, Minggu (7/10/2018).
Ia mentautkan foto koran dari Tribun Timur dengan judul 'Mau Minum, Pengungsi Dimintai KTP atau KK'.
Husain pun berkomentar dengan memberikan pembelaan pada korban yang dirasa telah kehilangan KTP atau KK mereka karena tersapu tsunami.
"Situ waras??? Korban mana punya KTP/KK rumahnya saja hilang tersapu tsunami," kicau Husain.
• Seorang Balita Korban Gempa di Palu Ditemukan Selamat Usai Sepekan Terjebak di Balik Reruntuhan
Selain itu, Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean juga memberikan komentar pada foto yang sama.
Ferdinand mengatakan jika seharusnya tidak ada alasan bagi para pengungsi yang membutuhkan bantuan untuk dimintai kartu identitas.
"Saya tdk mengerti kenapa harus begini.
Bukankah ini tanggap darurat?
Bahkan hewan yang butuh air pun harus kita kasih minum, apalagi manusia..!!
Tak ada alasan meminta identitas untuk situasi dalam darurat..!!," kicau Ferdinand Hutahaean melalui Twitter @LawanPolitikJW, Minggu (7/10/2018).
Diberitakan dari Tribun Timur, Hartini (45) korban gempa dan tsunami di Palu mengatakan jika untuk mendapatkan bantuan air mineral, ia harus menyetor KTP atau KK.
"Masa kalu mau ambil air mineral saja harus menyetor KTP atau kartu KK," ujar salah satu pengungsi, Hartini (45) di Lapangan Watulemo, Sabtu (6/10/2018).
• BNPB Sebut Matahari Departement Store Palu Mulai Kembali Dibuka
Rumah Hartini di Kampung Petobo telah tertelan lumpur hingga 10 meter tapi dia tetap diwajibkan membawa KK dan KTP untuk syarat mengambil air.
"Rumah saya di Petobo dan semua orang tahu di kampung kami terkena tsunami lumpur dan tanah, rumah kami terkubur, masa masih minta KTP," lanjut Hartini.
Hartini dan suami, Bernat (50) bersama empat anak hanya selamatkan pakaian di badan, akibat lumpur yang tiba-tiba keluar dari dalam tanah usai gempa.
Menurut Hartini, seharusnya petugas bisa berlaku adil untuk kemanusiaan, bukan dengan cara atau sistem birokrasi berbelit-belit.
"Kami harap pemerintahan atau petugas melihat kami sebagai pengungsi bukan sebagai pengemis atau apa, kita butuh masih mau hidup pak," ungkap Hartini.
Selain susahnya mendapat air mineral, para pengungsi juga berharap bantuan berupa beras, popok bayi,obat-obatan, dan pakaian setidaknya diadakan.
Diketahui, selama para pengungsi di Lapangan Watulemo belum juga melihat wali kota, wakil wali kota dan Gubernur Sulteng mengunjungan pengungsi.
Kata salah satu pengungsi, setidaknya kepala daerah dan pemerintahan di Palu dan Sulteng bisa mendengarkan keluhan para pengungsi usai bencana ini. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)