TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan, Rizal Ramli angkat bicara soal kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
Hal itu diungkapkan Rizal Ramli dalam program 'Indonesia Business Forum' yang tayang di tvOne, Kamis (13/9/2018).
Awalnya, Rizal Ramli menyinggung persoalan impor yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
• Sri Mulyani Sebut Pelemahan Impor Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi, Rizal Ramli Beri Tanggapan
Rizal Ramli mengatakan sumber persoalan perekonomian saat ini karena Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, yang gemar melakukan impor.
"Dulu menteri perdagangan enggak boleh impor seenaknya, harus dari departemen teknis, departemen perindustrian atau usaha kecil di bawah koordinasi menko," kata Rizal Ramli.
"Yang terjadi perdagangan seenak-enaknya impor, pokok masalah ada disitu," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Rizal meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengatasi persoalan impor tersebut.
"Kami minta Presiden Jokowi kembalikan ini. Impor harus ada koordinasi, harus denger dari departemen teknis, termasuk departemen perindustrian, departemen keuangan, dan lain-lain," ucap dia.
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman itu mengaku siap membantu untuk menyelesaikan persoalan impor itu.
"Kami minta coba berpikir yang lebih lurus, yang lebih obyektif. Kalau perlu departemen menteri keuangan, undang kami, kita diskusi," kata Rizal Ramli.
"Jadi bagaimana caranya kita di depan dari krisis, jadi ahead of the curve. Tanpa itu Rp 15 ribu ini hanya permulaan," tandas dia.
• Dolar AS Terancam Melemah, Kurs Rupiah Menguat Tipis
Simak video selengkapnya di bawah ini:
Sementara itu diberitakan Kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada risiko negatif dari pelemahan impor yang berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Impor sebelumnya diperkirakan akan mulai melemah pada kuartal III 2018 seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
"Kami memproyeksikan, impor akan sedikit menurun, sehingga mempengaruhi apakah itu di sisi investasi maupun konsumsi," kata Sri Mulyani usai rapat bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (13/9/2018).
• Amerika Serikat akan Rilis Data Inflasi, Analis Perkirakan Rupiah Kembali Melemah
Melemahnya impor menurut Sri Mulyani, jika terus berlangsung hingga tahun 2019, bisa berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah melalui tahapan pembahasan Rancangan APBN 2019 menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 sebesar 5,3 persen.
"Kami tetap pada pemikiran growth (2019) di 5,3 persen dan kami akan tetap menjaga seluruh komponen, baik dari sisi agregat demand-nya maupun supply-nya," kata Sri Mulyani
"Namun, downside risk yang kami sampaikan ke dewan adalah kalau terjadi dinamika ini, kemungkinan akan menekan pertumbuhan ke 5,15 persen," tutur dia menambahkan.
Untuk mengantisipasi risiko tersebut, langkah yang dapat ditempuh adalah terus menggenjot ekspor guna mengimbangi pelemahan impor.
Meski impor sempat tumbuh tinggi beberapa waktu belakangan, pelemahan impor ke depan akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, terutama dalam hal kinerja industri Tanah Air.
• Imbas Pelemahan Rupiah, Sri Mulyani: Bukan pada Utangnya, namun pada Defisit Transaksi Berjalan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir Juli 2018, porsi impor paling banyak ada pada kategori bahan baku (75 persen), disusul dengan barang modal (16 persen), dan barang konsumsi (9 persen).
Pertumbuhan impor bahan baku sampai akhir Juli 2018 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year) sebesar 23,1 persen, barang modal sebesar 30,1 persen, serta barang konsumsi 27 persen.
"Faktor impor makin rendah, kami harapkan ekspor bisa makin tinggi sehingga momentum growth-nya cukup positif.
Namun, harus diwaspada dari sisi growth investasi yang selama ini kami harapkan bisa tumbuh di atas 7 persen," ujar Sri Mulyani. (TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)