TRIBUNWOW.COM - Aktivis sekaligus pekerja seni, Ratna Sarumpaet, tampak melontarkan sindiran kepada para kader muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter @RatnaSpaet yang diunggah, pada Rabu (12/9/2018).
Dalam postingannya, Ratna Sarumpaet tampak mengutip omongan Juru Bicara PSI, Dedek Prayudi, yang menyindir Prabowo Subianto.
Ratna Sarumpaet pun tampak mentautkan akun Twitter milik Dedek Prayudi, @Uki23.
Menanggapi sindiran untuk Prabowo itu, Ratna Sarumpaet mengaku miris.
"Mendengar komen2 politisi ABG Dari PSI Miris memang, tapi bersabarlah >>
PSI Salut dengan Konsistensi Prabowo Menebar Kesesatan #PSI @Uki23," tulis Ratna Sarumpaet.
• Said Didu Bahas Johan Budi yang Sebut PDIP Paling Tegas soal Korupsi, Fahri Hamzah Beri Komentar
Sementara itu, melalui akun Twitternya, Dedek Prayudi menyebut Prabowo Subianto konsisten dalam menebar pesimisme dan ketakukan, terutama menjelang Pilpres 2019 seperti saat ini.
"Kami salut dengan konsistensi Pak Prabowo dalam menebar pesimisme, ketakutan dan kesesatan, terutama mendekati Pilpres 2019 ini," tulisnya, Minggu (9/9/2018).
• Andi Arief: Demokrat, PAN, PKS Harus Bekerja Ekstra untuk Meyakinkan Rakyat Memilih Prabowo-Sandi
Dedek Prayudi pun mengatakan jika berdasarkan data yang ia lihat, saat ini tren pembangunan di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) telah berada pada jalur yang benar.
Ia pun menyindir Prabowo mengenai hal tersebut.
• Reaksi Presiden Korea Selatan saat Ajudan Jokowi akan Membayar Semua Belanjaan
"Saya tidak yakin Pak Prabowo memahami indikator pembangunan, tapi hampir seluruh indikator ekonomi menunjukkan perbaikan signifikan dan sejalur dengan Pancasila," kata mantan peneliti kebijakan United Nations Population Fund ini dikutip dari Tribunnews.
Dedek Prayudi kemudian membahas mengenai kemiskinan yang turun hingga menyentuh level di bawah 10 persen pada 2018.
"Sedangkan, pengangguran menurun ke level 5,1 persen, terendah sejak era reformasi. Indeks Pembangunan Manusia meningkat diseluruh Provinsi," ujar Dedek Prayudi.
Dedek Prayudi mengungkapkan jika kenaikan paling tajam justru provinsi-provinsi di Timur Indonesia, yang penduduknya hanya 10 persen dari total penduduk Indonesia.
"Kalau hanya mementingkan efek elektoral, ngapain capek-capek membangun Indonesia Timur?" imbuhnya.