Pilpres 2019

Tanggapi Sikap PKS soal Mahar Politik, Teddy Gusnaidi: Paling Ujung-ujungnya Andi Arief Minta Maaf

Penulis: Vintoko
Editor: Astini Mega Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Teddy Gusnaidi

TRIBUNWOW.COM - Politisi PKPI, Teddy Gusnaidi menanggapi pernyataan Jubir PKS Muhammad Khalid terkait tudingan yang dilontarkan Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief soal mahar Rp 500 miliar.

Hal itu ia ungkapkan melalui akun Twitter, @TeddyGusnaidi, yang diunggah pada Sabtu (11/8/2018).

Awalnya, Teddy Gusnaidi mentautkan pemberitaan terkait sikap PKS dalam menghadapi tudingan mahar Rp 500 miliar tersebut.

Ronnie Higuchi Rusli Bahas Masalah Ekonomi Indonesia, Ferdinand: Jokowi Tidak Akan Mampu Selesaikan

Dalam pemberitaan yang dikutip dari Kompas.com, Muhammad Khalid menegaskan, PKS akan melaporkan masalah tersebut ke polisi, tak hanya itu pihaknya juga menuntut Andi Arief meminta maaf dan memberi klarifikasi kepad publik.

"Kalau tidak minta maaf, ada proses. Kami akan memproses itu kalau enggak ada upaya permintaan maaf dan proses klarifikasi," ujar Khalid.

Menanggapi hal tersebut, Teddy Gusnaidi mengatakan jika pada akhirnya Andi Arief akan meminta maaf dan persoalan akan selesai.

"Paling ujung-ujungnya @AndiArief__ minta maaf. Ah.. ini sama persis kayak sinetron hidayah di indosiar," kata Teddy Gusnaidi.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo yang turut hadir dalam acara diskusi itu mengatakan bahwa pernyataan Andi Arief bukan merupakan sikap Partai Demokrat secara institusional.

Roy menegaskan, Demokrat tetap bergabung ke koalisi Gerindra serta mendukung penuh pasangan capres Prabowo Subianto dan cawapres Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.

"Secara institusi kami sudah clear, enggak ada masalah. Kalau ada hal yang ingin diteruskan secara hukum, kami persilahkan saja," lanjut dia.

Susi Pudjiastuti: Kalau Ada yang Berkelahi di Sini karena Pilpres, Saya Tenggelamkan Dia

Pernyataan Andi Arief soal politik transaksional Prabowo itu diungkapkan di tengah masa akhir pengumuman calon wakil Presiden pendamping Prabowo Subianto, Rabu (8/8/2018).

Andi Arief, kala itu mengatakan, Demokrat terancam batal berkoalisi dengan Partai Gerindra dan kawan-kawan.

Sebab, Prabowo dinilai mengakomodir politik transaksional dalam hal menentukan cawapresnya sehingga kesepakatan politik dengan Demokrat yang sebelumnya sudah menjadi komitmen, terancam tidak jadi dilaksanakan.

Saking kesalnya, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal yang lebih mementingkan uang.

Sudirman Said: The Power of Emak-emak akan Menjadi Kekuatan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno

Pernyataan itu ia lontarkan melalui akun Twitter pribadinya.

Bahkan, ia mengaku partainya menolak kedatangan Prabowo ke kediaman SBY pada Rabu (8/8/2018) malam.

"Padahal, untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional, tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya," kata Andi. (TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)