TRIBUNWOW.COM - Purnabakti Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mochtar Pobotinggi memberikan komentar terkait orasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dilakukan, pada Jumat (3/8/2018), dengan pidato Joko Widodo (Jokowi) yang dilontarkan di depan para relawan, Sabtu (4/8/2018).
Hal ini diungkapkan Mochtar melalui Twitter miliknya, @MPabotinggi, Senin (6/8/2018).
Bermula dari kicauannya terkait orasi AHY yang ditayangkan di TV One, Mochtar menganggap orasi tersebut gagal.
Kegagalan tersebut juga disebutkan Mochtar terlihat dari cara penyampaian AHY dan sikapnya ketika berorasi di depan para hadirin yang datang.
"Orasi AHY di TV-One kemarin gagal. Sarat ungkapan klise, jelas itu orasi karbitan. Agus menyampaikannya tanpa keyakinan. Hampir di sepanjang orasi matanya terus bolak-balik ke layar “prompter” di depannya. Maka tak satu pun “pause” dengan tatapan berenergi ke hadirin," tulis Mochtar.
Kicauan Mochtar ini dibalas oleh Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen) Partai Demokrat, Rachland Nashidik.
• Tsamara Amany Sindir Politik Dinasti AHY, Andi Arief dan Ferdinand Hutahaean Beri Tanggapan
Rachland menyambut kritikan yang diberikan mantan peneliti utama LIPI ini dan mengatakan jika akan menyampaikan hal tersebut pada AHY.
Selain itu, Rachland juga meminta Mochtar turut berkomentar atas pidato Jokowi yang sempat menuai polemik karena ajakan dari pidato tersebut.
"Kritik adalah obat. Saya akan sampaikan pada AHY. Terimakasih.
Pak Mochtar sudah berkomentar pada pidato Jokowi yang dinilai publik tak pantas karena menyuruh pendukungnya melayani perkelahian?," jawab Rachland melaui Twitter @RachlanNashidik.
Mochtar pun membalas permintaan Rachland dengan menuliskan pada kolom balasan.
Menurut Mochtar, pidato Jokowi di depan relawannya saat itu tidak mengandung unsur kebencian maupun ajakan untuk bertikai.
• Tantangan Momo Challenge Viral dan Membahayakan, KPAI Imbau Orangtua Awasi Anaknya
Purnabakti LIPI yang merupana lulusan S3 ilmu politik ini juga menambahkan pepatah atas pidato Jokowi.
"Pidato Jokowi di depan para relawan itu bagi saya sama sekali tak mengandung unsur kebencian, agresivitas, maupun ajakan bertikai. Justru pasifis.
Jika dipepatahkan, kira-kira bunyinya begini: "Musuh jangan dicari. Tapi jika bersua, janganlah lari!" Salam hangat, Bung Rachland!," tulis Mochtar.
Kicauan Mochtar Pabotinggi (Capture Twitter)
Diberitakan sebelumnya, dari Kompas.com, Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat, AHY, mengakui ada sejumlah pihak yang meragukan dirinya.
Keraguan itu, menurut dia, muncul karena umurnya yang dianggap masih terlalu muda.
"Ada yang mengatakan saya terlalu muda untuk melakukan sesuatu. Ya, memang saya muda. So what?" kata AHY dalam orasinya bertema "Muda adalah Kekuatan" di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (3/8/2018).
Padahal, AHY mengatakan, ia sebenarnya sudah tidak muda lagi apabila diukur lewat usia.
Apalagi, pada 10 Agustus mendatang, AHY akan genap berusia 40 tahun.
• Bandingkan dengan Jokowi, Rustam Ibrahim Sebut Kehidupan Ekonomi Era SBY Merosot Ditelan Inflasi
Sementara itu, definisi muda dari Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah 15-24 tahun.
"Saya merasa terhormat jika dibilang muda," ujar AHY, yang digadang-gadang Partai Demokrat sebagai cawapres ini.
Namun, lanjut AHY, muda tentunya tidak bisa dilihat dari usia biologis semata.
Bagi dia, muda bisa diukur dari tiga aspek, yakni fisik yang kuat, mental yang kuat, serta keingintahuan yang tinggi.
"Bagi orang pesimistis, muda identik kurang berpengalaman, kurang teliti, pokoknya serba kurang. Bagi orang optimistis, muda adalah kekuatan," kata AHY disambut tepuk tangan hadirin.
• Sekjen Demokrat Unggah Data Penilaian Kondisi Ekonomi, Pengamat Politik: Penjumlahannya Salah Deh
Sementara pidato yang dilakukan oleh Jokowi yang dilakukan di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor juga menimbulkan pro-kontra.
Penyebabnya, Jokowi yang akan mencalonkan diri kembali dalam pilpres 2019 meminta relawannya untuk berani jika diajak berkelahi.
"Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi, kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi.
Pernyataan Jokowi itu langsung membuat para relawan yang memadati ruangan acara bersorak dan berteriak heboh.
Jokowi membiarkan kehebohan berlangsung sekitar 15 detik sebelum ia kembali melanjutkan arahannya.
• Tanggapi Pidato Jokowi, Fahri Hamzah: Pertanda akan Ditinggal Parpol, Lihat Saja Lima Hari ke Depan
"Tapi jangan ngajak (berantem) loh. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak (berantem), tidak boleh takut," kata Jokowi lagi-lagi disambut antusias oleh para relawan.
Namun, sebelum Kepala Negara mengeluarkan kata-kata kontroversial tersebut, wartawan yang meliput sudah buru-buru diminta untuk meninggalkan ruangan acara.
Sejak awal, wartawan memang sudah diwanti-wanti oleh pihak Istana hanya diberi waktu lima menit untuk bisa meliput pidato Jokowi lima menit pertama.
"Ini berlaku untuk semuanya, baik wartawan tulis, kameraman dan fotografer," kata petugas Istana itu mewanti-wanti.
Hal ini berbeda dari kebiasaan.
Biasanya, apabila memang acara Jokowi berlangsung tertutup, maka wartawan tidak diizinkan meliput dan hanya diberi kesempatan mengambil gambar sebelum dimulainya acara.
• Fadli Zon Sindir Jokowi, Guntur Romli Berikan Tanggapan
Sementara, apabila acara berjalan terbuka, maka wartawan biasanya bisa meliput hingga pidato selesai.
Tepat setelah lima menit pidato Jokowi berjalan, petugas Istana dibantu oleh panitia acara pun langsung meminta wartawan keluar ruangan.
Sementara, kata-kata "berani diajak berantem" itu keluar dari mulut Jokowi di menit ke-8 detik ke-50.
Saat itu, kebanyakan wartawan yang meliput sudah keluar meninggalkan ruangan acara.
Namun, sebagian wartawan termasuk kompas.com masih berada di dalam ruangan karena tidak terpantau oleh petugas Istana.
Alhasil, bagian pidato Jokowi yang kontroversial itu juga tetap tersiar ke publik.
• Demokrat: Berdasarkan Hasil Survei AHY Tertinggi jadi Cawapres, Salim Segaf Jufri Terendah
Belakangan, potongan video pidato Jokowi yang direkam oleh relawan juga viral di media sosial.
Pidato Jokowi tersebut langsung direspon negatif khususnya oleh para lawan politik dan kelompok oposisi.
Mereka menilai Jokowi telah memprovokasi rakyatnya untuk berkelahi secara fisik.
Namun, mereka yang ada di kubu Jokowi justru memberikan pembelaan.
Menurut mereka, yang dimaksud Jokowi bukan lah berkelahi secara fisik, namun beradu argumentasi. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)