Pilpres 2019

Soal Kursi Cawapres, Ferdinand Hutahaean: Prabowo Bukan Petugas Partai yang Bisa Ditekan dan Dipaksa

Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Astini Mega Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ferdinand Hutahaean

TRIBUNWOW.COM - Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean angkat bicara mengenai calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

Hal tersebut disampaikan oleh Ferdinand melalui kicauan Twitternya, Sabtu (4/8/2018).

Dalam kicauan tersebut, Ferdinand meminta agar keputusan untuk memilih calon wakil presiden diserahkan kepada Prabowo Subianto.

Lebih lanjut, ia menambahkan jika Prabowo bukanlah seorang petugas partai yang bisa ditekan dan dipaksa.

Puji Menteri Susi, Faizal Assegaf: Kualitas Melebihi Retorika Fiksi Rocky Gerung

"KALIAN PERCAYA KEPADA @prabowo ?
KALIAN YAKIN DIA MAMPU MEMIMPIN?

Jika jawabanmu YA, maka serahkan hak absolut berdaulat kepada Prabowo memilih wakilnya.

Prabowo bukan petugas partai yg bs ditekan2 dan dipaksa2," kicau Ferdinand.

Kicauan Ferdinand Hutahaean, Sabtu (4/8/2018). (TWITTER)

Ketegangan antara Demokrat dan PKS

Dilansir dari Tribunnews.com, pengamat politik Ray Rangkuti melihat adanya ketegangan antara Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk berebut posisi Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

Ketegangan itu menurut dia, terjadi tatkala Demokrat ingin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putera sulung Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maju menjadi cawapres.

Sedangkan PKS bersikap tetap memperjuangkan rekomendasi Forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) yang mengusulkan nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri dan Ustad Abdul Somad (UAS) sebagai kandidat cawapres untuk Prabowo.

UAS telah menyatakan mundur.

Berarti kini menjadi saling berhadapan antara Demokrat dan PKS untuk mendapat kursi Cawapres dari Prabowo.

"Di sinilah ketegangan PD dan PKS khususnya," ujar Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Jumat (3/8/2018).

Kata dia, dua partai sangat mengerti betul siapapun yang dapat posisi itu akan menguntungkan bagi elektabilitas partai.

Halaman
12