TRIBUNWOW.COM - Khairil Anwar Notodiputro selaku pakar statistik Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menjelaskan hasil quick count (qc) yang berbeda dengan real count (rc) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Hal tersebut diungkapkan Khairil melalui akun Twitter miliknya @kh_notodiputro, Senin (2/7/2018), saat ada pertanyaan dari netizen.
Mulanya, akun netizen @eliya_mkom memberikan polling perumpamaan jika tanggal 9 Juli 2018, KPU menyatakan pemenang pilkada serentak 2018 berbeda dengan hasil quick count.
Akun netizen tersebut menambahkan, jika ada indikasi penyelenggara quick count partisan den mendukung kelompok politik tertentu, apakah penyelenggara quick count akan diberikan sanksi.
"Jikalau pada tanggal 9 Juli 2018, KPU menyatakan pemenang Pilkada serentak 2018 berbeda dengan hasil Quick Count, terindikasi bahwa penyelenggara Quick Count partisan dan mendukung kelompok politik tertentu, menurut kamu tuips sebaiknya penyelenggara QC itu diberi sangsi apa?" tulis akun @eliya_mkom.
• Cekcok dengan Luhut Pandjaitan, Ratna Sarumpaet Disebut Pahlawan Kesiangan oleh Ruhut Sitompul
Dari polling tersebut, mendapatkan final jawaban yang dipilih oleh netizen di Twitter sebanyak 55 persen dari 664 vote memilih untuk dipidanakan.
Menanggapi tweet itu, Khairil mengatakan jika hasil quick count sudah hampir pasti berbeda dengan real count dari KPU.
Bahkan, Khairil mengatakan tidak ada keraguan tentang hal itu.
Serta, ilmu dari quic count yaitu statistika mengatakan akan menjamin jika hasilnya akan berbeda.
• Gibran Rakabuming Komentari Aksi Massa 2019 Ganti Presiden di Depan Gerai Markobar Miliknya
"Sudah hampir pasti hasil QC berbeda dengan RC dari KPU. Tidak ada keraguan tentang hal itu, ilmunya (statistika) mengatakan dan menjamin akan spt itu," jawab Khairil.
• Hadiah yang Diberikan Ridwan Kamil untuk Nanda, Driver Ojol yang Promosikan Cagub No Urut 1
Sebelumnya, Khairil juga pernah mengatakan bahwa quick count adalah statistik yang berubah-ubah dari satu survei ke survei yang lain.
"Quick count itu adalah statistik. Hasil KPU adalah parameter. Selalu ada beda antara statistik dan parameter, Statistik itu berubah ubah dari satu survei ke survei yang lain. Karena itu hasil lembaga survei berbeda-beda. Perbedaan hasil itu adalah keniscayaan bukan keburukan," tulis Khiril melalui akun Twitter-nya, @kh_notodiputro.
Sementara jika ada yang sering bertanya mengapa hasil quick count berbeda dengan real count ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut.
Faktor tersebut bisa bersifat teori dan bisa berakibat mal praktek.
• Pakar Statistik IPB Khairil Anwar Beberkan Alasan Beda Hasil Survei Pra Pilkada dengan Quick Count
"Sering ada pertanyaan mengapa hasil QC berbeda dgn RC, bahkan bisa jauh sekali bedanya. Ada banyak faktor yang menyebabkan perbedaan itu. Bisa faktor yang bersifat teori dan bisa akibat malpraktek. Yang pertama tidak bisa dihindarkan, yang kedua bisa dihindarkan," tweet Khairil.
Khairil menambahkan quick count yang memiliki hasil yang berbeda jauh dengan real count tidak selalu salah.
Sebab, secara teori, kesalahan seperti itu bisa terjadi walaupun peluangnya kecil.
Namun, kesalahan seperti itu bisa juga karena mal-praktek dalam pelaksanaan survei.
• Sudjiwo Tedjo Angkat Bicara soal Aksi Demo di Depan Gerai Markobar Milik Gibran Rakabuming
"Apakah QC yg beda jauh dgn RC berarti surveinya salah? Tidak selalu, karena secara teori kesalahan seperti itu bisa terjadi walau peluangnya kecil. Tetapi kesalahan seperti itu bisa juga karena mal-praktek dalam pelaksanaan survei," tambah Khairil.
Pakar statistik ini juga menambahkan perbedaan quick count yang jauh dengan real count juga bisa karena kenakalan lembaga survei.
"Apakah perbedaan QC & RC yang besar bisa karena kenakalan lembaga survei. Bisa karena survei itu ibarat pisau. Bisa untuk kebaikan seperti untuk memasak, tapi bisa juga untuk membunuh. Begitu juga sarung, bisa untuk dipakai sholat tapi bisa untuk gantung diri. Saya tidak tertarik membahas kenakalan itu," tambah Khairil.
• Pencarian KM Sinar Bangun Dihentikan, Mardani Ali Sera Bandingkan dengan Pencarian Pesawat MH370
Sementara, praktek statistik quick count yang tidak jujur bisa merusak ilmu pengetahuan dan mental masyarakat.
"Karena itu dalam twit ini diasumsikan tidak ada kenakalan. Praktek statistik yang tidak jujur merusak ilmu pengetahuan dan mental masyarakat. Bukan saya tidak paham soal praktek ketidakjujuran ini, tapi saya tidak tertarik. Saya bahas yang lurus2 saja, jalan yang lurus insya Allah berpahala," tulis Khairil.
Namun, pakar statistik yang satu ini mengungkapkan bahwa berkomentar mengenai praktek kenakalan lembaga survei quick count bukan menjadi ranahnya.
"Selain itu saya soal kenakalan survei ini bukan ranah saya. Itu ranah praktek, biarlah dijelaskan oleh ahlinya Dr. @BurhanMuhtadi . Saya cuma guru dan pengamat yg berdiri di pinggir lapangan sambil sarungan pakai peci dan minum kopi," tungkas pakar statistik IPB ini.
(Tribunwow/Tiffany Marantika)