Tanggapi Omongan Pengamat soal Rupiah, Fadli Zon Sebut Pemerintah Kelihatan Tak Bisa Apa-apa

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Astini Mega Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fadli Zon

TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon turut menanggapi perihal nilai tukar rupiah yang semakin anjlok.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari postingan akun Twitter @fadlizon yang diunggah pada Jumat (29/6/2018).

Fadli Zon menyatakan jika melemahnya rupiah membuat pemerintah kelihatan tidak bisa melakukan apa-apa.

@fadlizon: "Rupiah makin terpuruk n kelihatan pemerintah raisopopo" (tidak bisa melakukan apa-apa-red).

Rayakan Ulang Tahun di Mako Brimob, Ahok Ungkapkan Perasaannya Melalui Lirik Lagu Elvis Presley

Pernyataan tersebut ia lontarkan ketika menanggapi omongan Zaim Saidi, seorang pengamat kebijakan publik PIRAC.

Melalui akun Twitter @ZaimSaidi, Zaim mengatakan jika rakyat semakin miskin dan rupiah semakin membele.

Dari unggah tersebut, nilai tukar rupiah per satu dollarnya mencapai Rp 14.390, hampir mendekati angka Rp 14.400.

@ZaimSaidi: "Lupakan Pilkadal. Lupakan Piala Dunia.

Ilusi semuanya.

Ini ysmg riil: rupiah makin membele, rakyat makin miskin spontan.

Udah mendekati Rp 14.400/dolar AS."

Andi Arief Beri Komentar Terkait Persebaran Hasil Pilkada jika Dihubungkan dengan Koalisi Partai

Unggahan Fadli Zon di Twitter 

Sementara itu, diberitakan Kontan pada Jumat (29/6/2018), pada pukul 08.59, rupiah tembus di angka Rp 14.415 per dollar AS.

Angka yang berasal dari Bloomberg itu menunjukkan jika rupiah melorot 0,14 persen dari level penutupan sehari sebelumnya yang berada di angka Rp 14.394.

Melemahnya rupiah membuat persepsi investor terkait investasi di Indonesia kembali meningkat.

Hal tersebut tampak dari naiknya credit default swap (CDS) Indonesia, terutama CDS tenor lima tahun.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan jika pelemahan rupiah semakin diperumit dengan meningkatnya yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun.

Lembaga Surveinya Dituding Sesatkan Publik, Direktur Charta Politika: Ayo Bawa ke Penegak Hukum

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah harus memprioritasnya upaya penstabilan rupiah.

Lebih lanjut, Mikail menyebut jika kenaikan suku bunga acuan BI untuk ketiga kalinya di tahun ini hampir dipastikan akan terjadi.

Ia menambahkan jika pemerintah sudah sepatutnya mengurangi defisit anggaran belanja guna mengurangi dampak kenaikan resiko investasi.

Yang artinya, penerbitan surat utang negara diharapkan tidak terlalu agresif.

Di sisi lain, menurutnya pemerintah juga perlu mencari opsi pendanaan lain.

Menang Versi Resmi Hitung Cepat KPU, Pendukung Paslon Umi-Ardie Berkeliling dengan Telanjang Dada

Seperti mencari pinjaman dana dari lembaga-lembaga internasional.

Dana pinjaman itu ia katakan tidak akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

"Dana yang berasal dari pinjaman sifatnya tidak tradable, jadi tidak mempengaruhi rupiah," ujar Mikail.

Meski rupiah terus terpuruk, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan jika investor tak akan panik.

"Enggak ada itu mereka panik. Baik-baik saja sebab mereka lihat fundamental Indonesia masih bagus dan mereka juga lihat pemerintah biasa-biasa saja, jadi enggak ada masalah," ucap Luhut di kantornya, Kamis (28/6/2018), dikutip Kompas.com.

Luhut menilai jika anjloknya rupiah adalah wajar, melihat dari dampak tekanan global.

Tak Percaya Hasil Quick Count, Gerindra Klaim Sudrajat-Syaikhu Menang di Pilgub Jabar

Di sisi lain, Deputi I bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Purbaya Yudi Sadhewa menambahkan bahwa tekanan terhadap rupiah merupakan dampak perang dagang antara AS dan China yang turut membuat ekonomi global tertekan.

Adapun kondisi tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran akan berulangnya krisis pada 1998.

Akan tetapi, Purbaya memastikan hal tersebut tak akan terjadi mengingat perekonomian domestik masih baik.

Selain itu, Indonesia juga telah belajar banyak pasca-krisis global 2008 yang mampu bertahan kala itu.

"Saya pikir pengetahuan kita sudah cukup untuk mengatasi global ekonomi fluktuasi yang sekarang dan perlu dicatat juga, ekspor kita ke PDB cuma 20 persen. Hampir 80 persen ekonomi kita domestik. Jadi fokus kita adalah menjaga ekonomi domestik supaya tetap tumbuh," katanya.

Adapun dengan fokus menjaga ekonomi domestik, Purbaya yakin ekonomi global Indonesia akan tetap tumbuh baik di tengah gejolak yang ada.

"Jadi kita enggak usah panik sebab ilmu kita sudah cukup, pengalaman sudah cukup. Jadi kalau diterapkan, ekonominya juga tetap baik," imbuhnya. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)